XXI

652 63 5
                                    

"Apa tidak sakit?"

Hanni menatap wajah Sean melihat gelengan kepala pria itu malah semakin membuatnya khawatir.

Sean tertembak di area perutnya dan juga memar disekujur tubuhnya. Melihat bagaimana banyaknya bekas luka apalagi di punggungnya, bekas sayatan melintang panjang yang sengaja ditutupi tatto ular naga yang menyeramkan.

"Kau tak usah khawatir Hanni, tuan tak selemah itu."

Benar itu Malik, dia cukup handal di bidang pengobatan. Kotak peralatan kesehatan selalu dia bawa kemana-mana untuk berjaga-jaga jika sesuatu hal seperti ini terjadi.

Awalnya Hanni agak terkejut dengan hubungan antara Malik dan Sean serta seluruh sisi gelap masa lalunya. Saat pertama mendapati Malik matanya seketika menatapnya tajam seakan berkata, "kau hutang penjelasan pada ku!"

"Heii aku baik-baik saja ok."

Luka Hanni pun sudah diobati ia mengangguk saja dan tak menolak saat Sean menarik dirinya hingga duduk di pangkuannya.

"Kalau begitu saya permisi tuan."

Kini hanya tersisa mereka di kamar dengan pencahayaan temaram, entah memang suasanya mendukung atau rasa rindu berat yang sudah menemui pelampiasannya.

Sean menarik tengkuk Hanni lalu mencium kekasihnya itu dengan lembut. Semakin lama keduanya semakin terbuai oleh masing-masing afeksi yang diberikan, hingga tak sadar posisi Sean kini menindih tubuhnya.

Hanni tersentak pelan saat tangan Sean mengelus paha nya dari balik kemeja putih kebesaran milik Sean. Sengatan aneh menggelitik membuat Hanni membusungkan dadanya, "ahh... emmhh!"

Memberi jarak di kedua bibirnya membuat benang tipis transparan terjalin, Sean mengelus sayang pelipis Hanni yang berkeringa padahal hanya sebuah ciuman.

"Tidurlah besok pagi kita akan langsung pulang."

"Pulang?"

Sean mengangguk lalu mencium kening Hanni, "Hu'um kita akan pulang, ke rumah kita."

***

Hari itu musim semi hawa hangat menyelimuti ibu kota yang padat merayap harum bunga yang menjadi ikon musim itu terlihat cantik bermekaran dengan bebagai warna dan bentuk.

"Amma!"

Puk!

Puk!

Tangan kecil mungil itu menepuk-nepuk sebuah album foto di pangkuan kedua kaki kecilnya.

"Amma! Amma!"

Sedangkan si kecil tengah sibuk membalik-balik album foto dengan begitu antusias pria yang memangkunya tersenyum lembut, mengelus kepala berambut halus itu dengan sayang.

Duduk di atas karpet berbulu dengan pemandangan taman cantik di balik jendela kaca yang membatasi. "Mama mu cantik bukan?"

"Hum Appa... Amma tik ugh!"

Melihat perubahan ekspresi sang putra membuat pria itu panik, "hei boy kenapa hum? Rindu Mama yaa...." pelukan hangat sang Ayah berhasil menenangkan putra kecilnya.

"Amma!"

Teriakan si kecil membuat kejutan yang dibuat gagal, "yaahh sayang Mama gagal ngagetin Papa."

"Amma kic ugh..." si kecil menggeliat di rengkuhan Sean tangannya menggapai-gapai agar sang ibu memeluknya.

"Anak Mama sayang," Hanni mengambil alih putra kecilnya memberikan banyak kecupan di seluruh wajahnya membuatnya tertawa terbahak.

Luca Immanuel Axe Bert, putra tampan yang lahir 2 tahun lalu. Semua menyambut kelahirannya dengan penuh suka cita, nama Axe diberikan langsung oleh kakek buyutnya Axelion yang satu tahun lalu berpulang.

Cup!

"Selamat datang kembali Mama," pria itu Sean, mengecup pipi sang istri dengan lembut.

"Terima kasih telah menjaga Axe selama aku pergi sayang," senyum Sean semakin merekah sebab bibirnya di kecup ringan.

"Terima kasih kembali bee."

"Amma huh Appa." Kedua tangannya begitu bersemangat bergerak.

"Mama rindu sekali pada bayi Mama ini..." si kecil tertawa saat Hanni menggelitik perut buncitnya.

Sean menarik Hanni kedalam dekapannya memeluk sang istri dari belakang. "Aku tau kau lelah istirahat lah."

Hanni dengan nyaman menyandarkan dirinya dipelukan hangat sang suami. Lalu di siang hari yang terik keluarga kecil itu terlihat nyaman saling berpelukan di atas karpet tebal ruang keluarga, menumpahkan segala lelahnya di atas awan mimpi.

Harapan ketiganya sama, sama-sama ingin selalu bersama tanpa kenal waktu dan umur yang semakin bertambah. Setelah ini mari kita akhiri kisah bahagia ketiganya menyisakan perasaan hangat yang terukir indah, sampai jumpa semuanya!

End.

Halo para beri-beri!

Ini adalah episode terakhir dari 'My M. Big Boy'  aku ingin mengucapkan banyak terima kasih atas semua dukungan kalian. Terima kasih juga karena selalu setia menunggu cerita ini update, cukup singkat pertemuan kita di cerita ini bahkan bisa dikatakan sangat singkat.

Cerita ini masih lah banyak kekurangan dan aku juga masih harus terus banyak belajar. Meskipun begitu ku harap cerita ku ini membekas di ingatan kalian para pembaca sekalian.

Jangan katakan ini adalah perpisahan.

See you guys di cerita ku yang masih on going. Jangan bosan menunggu ya🤗

My Mr. Big boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang