XII

657 65 0
                                    

Plak!!

"Auh sakit sayang."

Hanni mendelik tajam, "tangan mu itu kurang ajar dan apa tadi, sayang? Kau pikir aku pacar mu?!"

Sean melotot, "lho kok gitu sih? Bukankah kita sudah menjadi sepasang kekasih?"

"Ha? Sejak kapan?"

"Sejak kita berciuman hari itu."

Hanni total shock matanya mengerjap pelan dengan senyum canggung menatap Sean, "be-benarkah? Ha haha."

Wajahnya muram Sean tak suka saat tau tanggapan Hanni seperti itu padahal sejak kejadian itu Sean sendiri sampai tak bisa tidur, memikirkan bagaimana 'mereka' yang sebagai sepasang kekasih melakukan banyak hal terlebih di atas ranjang. Sialan, jadi hanya durinya di sini yang beranggapan mereka berpacaran.

Sean lantas meraih kedua tangan Hanni lalu memojokkan nya di dinding kemudian mengunci tangan Hanni di atas kepalanya, "u-ugh! Sean?"

"Hm?"

"Ku tanya, jadi hanya aku yang menganggap kita sepasang kekasih?"

Hanni memalingkan wajahnya saat bibir Sean mendekat sayangnya pria itu malah semakin tak terkendali mengendus pipi Hanni lalu menggigitnya.

"Akh sakit Sean." Hanni berontak.

Matanya menatap tajam pada Sean yang malah tersenyum licik padanya sungguh menyebalkan pikirnya. "Kau ingin kita dalam posisi ini berapa lama huh?"

"Sampai kau mau jadi kekasih ku!"

"Kau gila? Ini pegal Sean~!"

"Kalau begitu jadilah kekasih ku!"

Ugh!

Sean tersenyum lebar dan semakin merapatkan tubuhnya Hanni mendongak menatap Sean sebenarnya simple, maksudnya tuh Hanni juga mau jadi kekasih seorang Sean apalagi pria di depannya ini bukan dari sembarang orang. Bibit-bebet-bobot nya sudah sangat terjamin tetapi yang membuatnya ragu ialah dirinya sendiri.

Sepantas apakah ia bisa berdanding dengan Sean?

Tak kunjung menjawab membuat Sean akhirnya kesal juga melihat Hanni yang masih terlihat berpikir membuat Sean nekat dan meraup bibir ranum itu, Hanni jangan ditanya bagaimana ia terkejut.

Hanya sejenak sebelum Hanni pasrah dalam pengaruh si dominan membiarkan Sean berlaku sesukanya. Melihat wajah pasrah Hanni di bawah kuasanya membuat Sean semakin menggila, dengan sebelah tangannya dia mengangkat Hanni lalu menopang nya dengan kedua kaki Hanni melingkar pada pinggangnya.

Kedua tangan Hanni bahkan sudah melingkar apik di leher Sean ikut meremas dan mengusap belakang kepalanya, menyalurkan kenikmatan yang pria itu berikan. Mengecap, mengulum, menjilat dan bahkan menggigit.

"Ahh.. mhhh!"

"Stophh... enghh!" Hanni memejamkan matanya saat ciuman Sean beralih pada lehernya memberikan tanda kepemilikan untuk wanitanya.

"Cukup Sean!" Tangan Hanni membungkam bibir Sean, "tunggu dulu." Ia kehabisan napas dan tubuhnya terasa panas.

"Kau menyukainya, kau juga menikmatinya apakah kau masih ingin berbohong? Kau menyukai ku, kan?"

Wajah Hanni total memerah ia membuang pandangannya setelahnya melempar kepalanya pada pundak Sean menyembunyikan wajahnya di sana, "aku- aku menyukai mu!"

"Aku mencintaimu Sean."

Ah begini kah? Begini kah rasanya perasaan cinta itu?

Sean kemudian mengeratkan pelukannya, "aku juga mencintaimu Hanni," balasnya seraya membubuhkan kecupan kupu-kupu di pelipis kekasihnya, iya kekasihnya.

Keduanya tertawa saat tak ada kecanggungan diantara keduanya.

***
Kakinya tertopang angkuh seraya menatap kakak sepupunya yang kini tengah berdiri di depannya sambil menarik kasar rambut Frans yang terlihat sekarat, Felicia tersenyum lebar melirik asisten pribadinya Anna.

"Sambungkan pada kak Timothy."

"Baik nona."

Brukk!!

Frans dilempar layaknya karung sampah, "ku kembalikan dia!"

"Kau mau pergi kak? Tidak ingin sekedar minum teh bersama ku?"

Sean berdecak mengelap tangannya yang berlumur darah dengan kemejanya.

Felicia mendekat mendekap tubuh besar Sean dari belakang, "aku merindukan mu kak."

"Kau tau keadaan rumah setelah kepergian mu jadi sangat sepi... aku sangat kesepian tanpa mu kak."

Dengan kasar Sean melepaskan pelukan Felicia lalu menepuk-nepuk bekas dimana wanita itu memeluknya, tanpa bicara apapun Sean langsung pergi.

Felicia berdecih lalu menatap keadaan sang kakak yang mengkhawatirkan, "dasar tidak berguna!" Kaki jenjang berbalut sepatu high-heels itu menendang tubuh Frans, kakaknya itu sungguh tak berguna.

Setelah ini ia yakin Timothy akan lebih menghabisinya!

Tbc.

My Mr. Big boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang