Dengan adanya pertemuan ini, semoga kita akan selalu bisa bertemu!
_________
Ada banyak luka yang kita sendiri tidak tahu ada berapa macam jenisnya. Dan bahkan ada berbagai jenis obat atau penawar untuk menyembuhkan luka itu.
Ketika hati berkata lain, tapi logika pun ikut serta dalam meramaikan pikiran, maka diam atau memendam sebuah rasa adalah jalan yang utama.
"Kenapa ga ke kantin?"Dia menolehkan kepalanya ke samping, tepat pada orang yang baru saja duduk di sebelahnya.
"Lagi males"
Temannya hanya dapat menghembuskan nafasnya pelan"kenapa sih, lo mikirin apa?"
Tapi lagi-lagi gelengan kepala yang ia lakukan"Yaudah kalo ga mau cerita, tapi ga usah nangis diem-diem kaya kemaren"
"Neina! di panggil pak gula tuh!"Suara cempreng orang yang baru saja berteriak, mendapatkan cibiran dari beberapa orang yang merasa terganggu oleh suaranya.
"Eh mulut lo berisik banget Fita, pengen gue ulek tuh mulut"
Fita yang namanya di sebut, hanya duduk kembali di bangkunya seakan tidak mendengar jika namanya di maki-maki.
"Udah ya, gue pergi dulu, lo ga usah ribut terus sama si Fita"
Sila, mencibirkan mulutnya tidak terima, lalu setelahnya memandang Neina kembali"Gue ikut lo ya?"
"Dih ngapain?"Neina, perempuan itu berjalan lebih dulu meninggalkan temannya Sila yang langsung mengikutinya.
"Gue bosen mau ke kantin tapi ga ada temen, lo nya sih dari tadi di ajak ke kantin nolak terus"
Tapi dengan cepat Neina mendorong pundak Sila ke arah kantin. Dan dirinya berlari menuju ruang guru.
"Lo duluan aja! tar gue nyusul Sil"Teriaknya dengan kencang.
Mata itu selalu memancarkan cahaya ke takutan bukan ke kaguman. Mata itu pula yang selalu memberikan perhatian perhatian, hingga orang-orang tertarik untuk melihatnya.
Jenis mata yang unik bagi sebagian orang yang memiliki pengetahuan cerdas. Tapi, tidak semuanya menganggap mata itu indah. Sebagian orang mengatakan mata itu seram, bahkan pembawa sial bagi orang yang menatapnya.
Miris bukan?
Mata tajam itu menatap sekeliling bangunan yang berdiri kokoh di depannya. Sekolah yang sangat semua orang impikan, tapi tidak dengan dirinya.
Kakinya melangkah dengan pelan, mencoba menatap orang-orang yang juga menatapnya penasaran.
Topi yang ia kenakan berhasil menutupi sebagian wajahnya. Terutama matanya.
Kemana tujuannya? tentu saja ruang guru, bukan?
"Permisi"
Bahkan suaranya begitu tegas, terdengar serak tapi juga lembut secara bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MADAFA'S EVIL EYES
Teen FictionAda banyak luka untuknya. Ada banyak cinta untuknya. Bahkan ada banyak cara untuk menyembuhkannya. Tapi kenapa akhirnya, memilih mengakhiri? Dia Madafa, pemilik mata iblis semerah darah. Keunikan yang dia miliki membawanya pada kesialan, dirinya ter...