5. stalker?

6 3 0
                                    

Bulan itu selalu ada saat di butuhkan, tapi senja selalu cepat menghilang saat di datangi!

________

Suasana kelas cukup sepi, karena sebagian orang sedang mengganti bajunya di kamar mandi. Berbeda dengan kaum laki-laki yang mengganti bajunya di dalam kelas saja.

Satu persatu murid kembali berhamburan masuk kedalam kelas. Madafa buru-buru menurunkan kausnya yang sempat tersingkap, saat melihat Neina berjalan ke arahnya dengan mata genit.

Ayolah, baru semalam Neina memaki-maki Madafa. Tapi lihatlah hari ini, perempuan itu sudah kembali ke wujud aslinya. Tidak mendengarkan peringatan yang Madafa beri semalam.

"Ehem, ke atasin lagi dong bajunya. Gue belum sempet liat"

Madafa langsung membulatkan matanya terkejut. Astaga perempuan ini benar-benar berani mengatakan hal seperti itu.

Madafa berdehem sekilas, untuk melegakan tenggorokannya. Lalu buru-buru berdiri keluar saat sebagian orang sudah berlari kelapangan. Hari ini jadwalnya kelas mereka untuk berolahraga.

"Dafa ,ko gue di tinggal sih?"Neina memberengut kesal, lalu berlari menyusul Madafa ke lapangan.

"Oke anak-anak, hari ini kita pemanasan dulu oke. Cukup lari 3 putaran aja, ayo ayo cepet!"

"Satu putaran aja pak!"

Pak Rifky, guru olahraga itu mendelik saat mendengar ucapan protes anak muridnya"Protes aja kamu, mau Bapak tambah jadi 5 putaran?"

"Eh becanda doang Pak!"Buru-buru mereka semua berlari mengelilingi lapangan yang tidak cukup luas itu.

Neina menghentikan langkahnya saat sudah berhasil mengelilingi lapangan. Nafasnya tersengal-sengal, tenaganya terkuras habis. Jangan lupakan Neina yang tidak sarapan tadi pagi, menambah badannya yang terasa lemas semakin lemas.

"Aw!"Neina reflek berteriak saat kakinya di tarik oleh Madafa, lalu dengan pelan Madafa meletakkan kaki Neina di atas pahanya, memijatnya area pergelangan kakinya.

"Apaan sih, awas ah"

"Diem"Madafa langsung menarik kembali kaki Neina, memijitnya dengan penuh kelembutan.

Neina memandang wajah Madafa yang penuh dengan keringat. Apakah Neina tidak salah lihat, kenapa sebuah keringat bisa menambah ketampanan seorang Madafa Firstalandra.

"Iya gue ganteng"

Dengan cepat Neina langsung menarik kakinya kembali, lalu bangkit dari duduknya dan langsung meninggalkan Madafa begitu saja.

Madafa mengerutkan keningnya bingung"Gue salah ngomong?"Madafa hanya mengangkat bahunya tidak peduli, lalu kembali ke tengah lapangan untuk mengikuti olahraga kembali.

Dari kejauhan Neina terus memandang ke arah Madafa yang sedang ikut bermain basket, matanya mengikuti pergerakan lincah Madafa. Saat menggiring bola, ataupun saat berhasil memasukkan bola itu ke dalam ring.

"Mulut lo mingkem Nei, lalernya masuk tuh"

Neina buru-buru mengatupkan bibirnya saat Sila menatapnya menggoda.

"Apaan sih lo? ganggu aja"

Sila terkekeh lalu menatap arah pandangan temannya. Bisa Sila lihat, di depan sana sosok yang akhir-akhir ini membuat Neina sedikit berubah.

Sila cukup tahu tentang Neina, mereka berteman hampir tiga tahun dari sejak masuk SMA, sampai sekarang mereka masih bersama.

Awalnya Sila pikir, Neina sosok yang cuek tentang sekitar. Tapi entah kenapa, sejak kedatangan laki-laki itu Neina cukup memperhatikan sekitanya.

MADAFA'S EVIL EYES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang