8. just friends?

10 2 0
                                    

Jika seseorang tidak akan kembali lagi, maka mengikhlaskan cara untuk tetap bertahan!

____________

Mereka berdua masih terdiam canggung, masih larut dalam pikirannya masing-masing. Apalagi baru saja Madafa mempermalukan dirinya dengan muntah di depan Neina secara langsung.

Memalukan sekali menurutnya!

"Mau minum lagi?"Tawar Neina saat di antara mereka tidak ada yang membuka suara. Madafa sendiri langsung menggeleng pelan, merasa tidak haus.

"Lo kenapa bisa di sini?"Akhirnya Madafa berani menyuarakan suaranya, setelah menelan rasa malunya.

"Biasa, gue abis bereksperimen kabur"Tanpa dosa Neina langsung tersenyum lebar, saat mengingat wajah Wira yang pasti sedang mencarinya panik.

Tidak, ralat. Pasti Wira tidak akan sepanik itu, menurut Wira kaburnya Neina pasti pada akhirnya akan pulang ke habitat aslinya.

Madafa menatap Neina aneh, tergambar jelas dengan adanya kerutan di dahinya"Kabur?"

"Iya gue di suruh nemenin Papah, tapi gue bosen. Masa di sana isinya kakek-kakek semua"Neina melunturkan senyumnya saat kembali teringat salah satu kakek-kakek yang mengedipkan matanya genit. Tadinya ia ingin mengadu ke pada Wira, tapi Neina takut Wira malah mengejeknya.

Madafa menahan tawanya, saat melihat Neina yang bergidik negeri.

Seakan teringat kejadian yang membuatnya sempat panas, Neina langsung menatap Madafa tidak suka"Lo sendiri ngapain di sini?"

Madafa menatap Neina yang terlihat kesal entah karena apa, lalu mengangkat bahunya acuh"Cari sensasi lama"

"Hah?"

Madafa menggelengkan kepalanya pelan, lalu mengacak-acak rambut Neina hingga berantakan"Udah gue bilang, jangan terlalu berekspektasi tinggi tentang gue. Yang lo liat baik, belum tentu selalu baik"

Neina tertegun sejenak menatap Madafa yang mendekatkan wajahnya. Bahkan kini Neina bisa merasakan parfum bercampur keringat di tubuh Madafa. Semakin dekat hingga tanpa sadar Neina memejamkan matanya, Madafa yang melihat itu menipiskan bibirnya, mencoba menahan tawanya saat ini.

Sebenarnya, apa yang Neina pikirkan saat ini?

"Lo... ngapain?"

Reflek Neina langsung membuka matanya, yang pertama kali ia lihat mata semerah darah itu agak sedikit menyipit. Lalu bibir itu yang mencoba menahan senyumnya, dan wajah Madafa yang...

"Ih ngeselin! jauh-jauh lo dari hadapan gue!"Neina langsung mendorong Madafa hingga tersungkur, dan di situlah tawa Madafa langsung meledak.

Bahkan Neina sampai tertegun melihat tawa itu, setelah di berikan senyuman sekarang dia juga mendapatkan bonus tawa nyaring seorang Madafa Firstalandra?

"Ga usah ketawa, sumbang banget suara lo"

Madafa menganggukkan kepalanya pelan, lalu menatap wajah Neina yang sudah memerah. Entah karena malu atau karena cuaca yang semakin tidak kondusif.

Semakin dekat dengan Neina, membuat Madafa semakin tau tentang perempuan itu. Tingkahnya yang unik terkadang membuatnya jengkel tapi juga terhibur, dan jujur saja Madafa nyaman dengan Neina. Hanya sekedar nyaman tidak lebih, mungkin belum.

"Gue ga sebaik yang lo kira Nei. Terkadang gue cuma mengekpresikan apa yang gue mau, apa yang gue butuhin dan apa yang gue lakuin. Meskipun gue tau cara yang gue ambil mungkin salah, gue cuma takut dengan kepribadian gue ini, orang bisa nganggep gue manipulatif"

MADAFA'S EVIL EYES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang