Ketika malam harus di sandingkan dengan bulan dan bintang, maka di situlah persaingan di mulai!
_________
Neina mengerutkan keningnya bingung, saat nomor tidak di kenal terus menghubunginya. Meletakkan handphonenya kembali, lalu merebahkan tubuhnya ke atas kasur. Memejamkan matanya untuk tertidur.
Ting!
Satu pesan masuk dari nomor yang sama. Dengan kesal Neina langsung membacanya, tapi tiba-tiba saja Neina membulatkan matanya terkejut.
Astaga! dia sungguh menyesal mengabaikan telpon dari nomor itu.
Neina buru-buru berlari keluar dari kamarnya, tidak lupa mengambil jaket dan tas kecilnya. Lalu dengan mengendap-endap berjalan menuju pintu keluar. Ini memang sudah cukup malam untuk keluar rumah, apalagi dirinya seorang perempuan. Bisa di marahi Roro jika sampai ketahuan.
Di sana bisa Neina liat, sosok Madafa yang masih duduk di atas motornya, sambil tersenyum tipis ke arahnya.
Kenapa Madafa harus tersenyum, itu benar-benar sangat manis.
"Ini mau kemana, sebenarnya?"
Madafa menyerahkan sebuah helm tapi Neina tidak langsung mengambilnya.
"Ini mau kemana dulu Daf? gue ga bisa pergi gitu aja, apalagi tanpa tujuan"
Madafa terlihat berfikir sejenak, lalu menghela nafasnya panjang"Naik aja, muterin jakarta ga ada salahnya kan?"
Neina terlihat kesal dengan jawaban yang Madafa katakan"Jadi maksudnya, lo ga punya tujuan?"
Madafa menggelengkan kepalanya tanpa dosa. Sungguh Neina ingin memukulkan helm yang sedang dipegangnya ke kepala Madafa.
"Udah deh, naik aja cepet"
Akhirnya dengan terpaksa Neina menaiki motor itu, memeluk pinggang Madafa sebelum di suruh pemiliknya.
"Tapi inget, di jalan jangan tidur"Neina tidak menjawab, hanya mengangguk kecil saja.
Udara malam cukup dingin bagi sebagian orang yang berkendara dengan motor. Kulitnya jelas akan bersentuhan langsung dengan angin malam. Begitupun yang dirasakan Neina saat ini, pelukan di pinggang Madafa semakin mengerat, setiap kali Madafa menambah kecepatan motornya.
"Daf, pelan aja. Dingin!"Neina berteriak, berharap Madafa mendengar suaranya yang sedikit serak.
Saat sadar dirinya terlalu cepat, Madafa pun memelankan laju motornya. Sebelah tangannya mengelus-elus tangan Neina di perutnya. Dan sebelahnya lagi tetep memegang setang motornya.
Madafa menghentikan motornya saat sampai di tempat tujuannya.
Bohong jika Madafa tidak mempunyai tujuan. Nyatanya dia sudah menyiapkan tujuannya sebelum menjemput Neina di rumahnya.
Neina turun dari motor Madafa dengan bantuan tangan Madafa yang memegangnya. Lalu matanya menatap sekeliling. Di sini kita bisa melihat gedung-gedung tinggi yang bersinar karena lampu. Dan di atas bintang berhamburan seperti bubuk-bubuk kecil yang menambah kesan cantik di tempat ini.
Neina tidak merasakan jika tangannya di genggam oleh Madafa, lalu di tarik pelan untuk mengikutinya. Di sana mereka duduk di sebuah pohon tumbang yang cukup besar. Tempat ini sangat nyaman menurutnya, apa lagi jika sore-sore, akan terlihat indah jika menyaksikan sunset dari sini.
"Gimana, suka?"
Neina menatap Madafa yang duduk di sampingnya. Lalu kepalanya mengangguk dengan cepat"Suka banget. Ko, lo bisa kepikiran buat kesini. Katanya tadi ga punya tujuan"
![](https://img.wattpad.com/cover/370642795-288-k919887.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MADAFA'S EVIL EYES
Teen FictionAda banyak luka untuknya. Ada banyak cinta untuknya. Bahkan ada banyak cara untuk menyembuhkannya. Tapi kenapa akhirnya, memilih mengakhiri? Dia Madafa, pemilik mata iblis semerah darah. Keunikan yang dia miliki membawanya pada kesialan, dirinya ter...