Terkadang kita tidak perlu mendengar perkataan orang lain, yang menurut kita tidak penting. Teruslah tutup telinga seolah tidak mendengar suara apapun!
_____________
"Lesu banget tuh muka"
Neina melirik ke arah Sila tanpa minat, lalu kembali menelungkupkan kepalanya di atas meja kantin.
"Pusing gue Sil, tuh om-om malah dateng lagi"
Sila mengerutkan keningnya bingung, tidak mengerti maksud dari perkataannya barusan.
"Om-om, siapa anjir?"
Neina mengangkat kepalanya menatap Sila, lalu mengambil semangkuk bakso milik Sila yang masih mengepul panas"Bapaknya si Afar"
Sila reflek memukul meja dengan keras, menimbulkan tatapan orang-orang ke arah mereka berdua. Sila tidak perduli, lalu matanya menajam menatap Neina"Terus respon lo gimana?"
Neina mengangkat bahunya acuh"Ga gimana-gimana sih"Katanya, lalu kembali menyuapi bakso itu hingga tersisa airnya saja.
"Nei! kira-kira juga dong, itu punya gue malah lo abisin"
Neina mengelap mulutnya dengan tisu, lalu meneguk susu botol milik Sila juga. Sila hanya menatap temannya kesal.
Pandangan Neina langsung tertuju pada sosok yang baru saja masuk kantin, dengan menundukkan kepalanya. Mengeratkan cengkramannya pada topi yang dia kenakan.
Madafa terus berjalan tapi tidak menemukan kursi yang kosong, tapi ada satu laki-laki yang menarik Madafa hingga terduduk di sebelahnya.
"Lo telat, jam segini bangku udah penuh"
Madafa tidak menjawab, bahkan tidak berniat untuk mengangkat kepalanya. Madafa bukan pengecut, dia hanya tidak ingin orang lain sampai terganggu atau merasa risih oleh matanya.
"Lo anak baru ya?"
Sepertinya orang itu tidak akan berhenti bertanya sebelum puas. Akhirnya Madafa mengangkat kepalanya. Menunjukkan mata miliknya pada orang tersebut.
Terlihat orang itu cukup terkejut menatap arah matanya. Sudah Madafa duga orang ini juga akan berlari takut atau mungkin mengejeknya habis-habisan.
Madafa tersenyum miring, memperlihatkan senyum khas miliknya. Orang-orang selalu menyebutnya senyuman iblis.
"Lo takut sama gue?"
Orang itu langsung mengembalikan ekspresi wajahnya, lalu kembali menatap Madafa"Mata lo asli?"Dia tidak menjawab pertanyaan Madafa dan malah balik bertanya.
Menggaruk tengkuknya bingung karena Madafa tidak menjawab pertanyaannya sama sekali, akhirnya dia lebih memilih memperkenalkan dirinya sendiri.
"Gue Zaki, terserah kalo mau ngatain gue sokab, karena gue emang gini. Nama lo sendiri siapa?"
Madafa bukan tipe orang yang menilai seseorang dari cara berpakaiannya atau cara bicaranya. Dan bisa Madafa lihat orang yang bernama Zaki termasuk anak berandalan menurutnya, itu jika di lihat dari segi berpakaian. Tapi entahlah, Madafa tidak pandai menilai seseorang.
"Madafa"
Sangat singkat bukan?
"Lo ga takut sama gue?"Madafa mengulangi perkataannya, saat sadar pertanyaan belum Zaki jawab.
"Mata lo asli?"Zaki balas bertanya, saat Madafa pun belum menjawab pertanyaan.
Madafa berdecak kesal menatap Zaki, ternyata Zaki termasuk orang yang banyak bicara seperti Neina.
KAMU SEDANG MEMBACA
MADAFA'S EVIL EYES
Ficção AdolescenteAda banyak luka untuknya. Ada banyak cinta untuknya. Bahkan ada banyak cara untuk menyembuhkannya. Tapi kenapa akhirnya, memilih mengakhiri? Dia Madafa, pemilik mata iblis semerah darah. Keunikan yang dia miliki membawanya pada kesialan, dirinya ter...