Dia terlalu sempurna untuk disakiti, dia terlalu rapuh untuk dicaci maki!
__________
"Dafa bagi soal nomor tiga dong"Neina berbalik ke arah belakang, menatap Madafa yang fokus dengan soalnya sendiri.
"Sttt Daf, bagi nomor tiga aja, jangan pelit"
Madafa hanya menatapnya sekilas, tidak memperdulikan Neina yang menggerutu kesal karenanya.
"Pelit banget sih"Lalu membalikkan lagi tubuhnya ke arah depan.
Tak!
Kertas itu berhasil mengenai tengkuk Neina.
Neina berbalik menatap Madafa yang kembali fokus pada tulisannya, tidak perduli dengan Neina yang sudah menatapnya dengan cengiran lebar di bibirnya.
Neina buru-buru membuka kertas itu dan langsung menyalin tulisan Madafa, Neina berdecak kagum saat melihat tulisan itu sangat rapih. Berbeda dengannya yang seperti ceker ayam.
Lihat ini, Madafa tidak hanya memberikannya nomor tiga, tapi juga semuanya?
Neina buru-buru kembali menatap Madafa yang ternyata juga sedang menatapnya"Lo gila ya, ngasih gue semua jawabannya. Gue kan cuma minta satu soal doang"Neina berkata dengan suara pelan, takut jika pak Sugar mendengarnya.
"Tanggung"
Lihat bukan, satu kata tapi cukup membuatnya kesal.
Neina bertekad hanya ingin menyalin jawaban Madafa satu soal, tapi Neina ragu sekarang. Jawaban miliknya dengan jawaban Madafa jelas sangat berbeda dari nomor satu hingga sepuluh.
Neina bingung, ia harus mengikuti kata otaknya yang tidak ada isinya. Atau mengikuti kata hatinya yang kosong karena jomblo.
Tapi selama hampir satu bulan ini, yang Neina lihat Madafa memang anak yang pintar. Jadi semua jawaban miliknya ini salah?
Tidak mungkin juga kan Madafa sengaja memberikannya soal yang sal---
"Ayo tinggal dua menit lagi!"
Matilah Neina!
Tidak ada cara lain, ia juga tidak mau mengecewakan orang tuanya, tapi ia juga tidak mau jika ini hasil dari otak orang lain.
Neina pasar, ia lebih yakin dengan jawabannya sendiri. Lagi pula jika menulis ulang waktunya tidak akan sempat.
"Ayo kumpulkan, remedial akan tetap berjalan meskipun ini hanya sekedar kuis, mengetes kemampuan otak kalian"
Neina pasrah!
Kantin cukup ramai, dan itu membuat Neina berdecak karena kesal. Matanya terus melihat orang-orang yang berlalu lalang mengantri atau sekedar membayar tagihannya.
Satu titik berhasil mengalihkan atensinya.
Di sana laki-laki yang akhir-akhir ini mengganggu pikirannya, Neina sendiri tidak tahu ada apa dengan isi otaknya. Padahal mereka tidak begitu dekat, mungkin Neina sendiri yang selalu sok dekat dengan Madafa.
KAMU SEDANG MEMBACA
MADAFA'S EVIL EYES
Teen FictionAda banyak luka untuknya. Ada banyak cinta untuknya. Bahkan ada banyak cara untuk menyembuhkannya. Tapi kenapa akhirnya, memilih mengakhiri? Dia Madafa, pemilik mata iblis semerah darah. Keunikan yang dia miliki membawanya pada kesialan, dirinya ter...