Jika tuhan mentakdirkan kita untuk bersama, kenapa tidak mencobanya lebih dulu!
______________
Madafa mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Menyelip pengendara lain dengan keahlian nya sendiri.
Tidak memperdulikan umpatan-umpatan yang orang lain berikan, tujuannya saat ini ingin segera sampai. Tapi sepertinya kesialan itu tidak pernah hilang dalam dirinya.
"Udah gue bilang, dateng tepat waktu!"
Madafa langsung mendapatkan siraman air kotor tepat di wajahnya, air itu masih menyisakan busa-busa sabun di sana. Dan dengan entengnya Araf menyiramkan air bekas cucian mobil ke arah wajahnya?
"Gue ga bakal ngasih toleransi, kalo sampai lo telat lagi... udah benerin tuh, mobil yang rusak warna putih"
Madafa memejamkan matanya erat-erat. Sabar, bukannya penghinaan seperti ini sudah biasa Madafa dapatkan.
Lalu untuk apa Madafa marah?
Siapa yang harus dia salahkan?
"Gue ga bisa gini terus, gue juga cape"Madafa berjalan dengan lesu, lalu mengambil peralatan yang nantinya dia butuhkan. Sesekali menyeka keringat yang mengalir di wajahnya.
"Ceroboh banget lo jadi orang, pake topi lo"Araf langsung melempar sebuah topi ke arah Mada.
Madafa sendiri melupakan hal itu, lalu dengan patuh langsung memakainya untuk menutupi mata miliknya.
"Untung bengkel masih sepi"Gumaman itu masih sempat Madafa dengar, dan dia tidak merasa tersinggung sama sekali.
Sudah Madafa katakan, jika kehidupannya selalu sial. Jangan pernah mengharapkan ke indahan dalam hidupnya.
Terkadang Madafa berpikir, apakah kehidupannya se'sial ini?
Di saat orang-orang bahagia dengan keluarganya, Madafa hanya selalu berdoa supaya mendapatkan hal yang sama. Di saat orang-orang menerima baik fisik mereka, Madafa juga selalu ingin melakukan hal itu. Bisa menerima fisiknya sendiri.
Ada sebagian orang yang menganggap Madafa itu unik dengan sebelah warna mata merahnya. Tapi ada sebagian lagi yang menganggap itu menyeramkan.
Madafa sendiri tidak bisa melawan takdir, mata ini satu-satunya harapan dia hidup.
Tak!
Sebuah kerikil kecil tepat mengenai kepalanya, Madafa langsung menatap tajam orang tersebut.
"Lo kerja apa ngelamun Daf"Orang itu terkekeh geli, lalu berjalan ke arah Madafa.
"Gue lagi ga pengen di ganggu"Katanya, lalu melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.
Memberikan satu buah batang rokok yang tidak di sangka langsung di ambil oleh Madafa, sedangkan orang yang menyodorkannya sudah tersenyum lebar. Tapi sekejap senyum itu luntur begitu saja, saat Madafa malah membuangnya ke tempat sampah.
"Kalo mau nyebat, ga usah ngajak gue Gal"
Gala langsung mendatarkan ekspresinya saat melihat Madafa yang menatapnya tajam"Gue kan butuh temen Daf...eh malem ke club yuk, cari hiburan kita"Gala menaik turunkan alisnya menggoda ke arah Madafa.
Gala. Satu-satunya orang yang mau berteman dengannya, apakah Madafa bisa menyebutnya salah satu keberuntungan atau kesialan. Gala juga termasuk orang yang menyesatkan, itu sih kalo menurut Madafa. Tapi Gala sendiri selalu mengatakan jika seharusnya Madafa itu bersyukur mempunyai teman sepertinya.
Madafa langsung menggeleng, menolak ajakan Gala"Ga, dulu deh"
Siapa yang berfikir jika Madafa itu anak polos yang tidak tau dunia luar?
KAMU SEDANG MEMBACA
MADAFA'S EVIL EYES
Novela JuvenilAda banyak luka untuknya. Ada banyak cinta untuknya. Bahkan ada banyak cara untuk menyembuhkannya. Tapi kenapa akhirnya, memilih mengakhiri? Dia Madafa, pemilik mata iblis semerah darah. Keunikan yang dia miliki membawanya pada kesialan, dirinya ter...