14. the return of the past

3 1 0
                                    

Di saat kita tau apa arti dari sebuah kehidupan, di situ kita paham, pentingnya sebuah kenangan!

_________

"Sayang, menurut kamu gimana?"

Neina menghentikan langkahnya saat Roro tiba-tiba saja bertanya. Dirinya baru saja pulang sekolah, dan Roro malah bertanya tidak jelas.

"Gimana apanya sih, Mah?"

Roro menarik tangan Neina, mengajaknya duduk di ruang tamu"Jadi gini--"Roro menggantung ucapannya, menelisik ekspresi Neina saat ini.

Roro was-was, jika Neina tidak suka dengan ucapannya.

"Apa sih Mah!"Neina berkata ketus, mungkin karena efek lelah baru saja pulang sekolah.

"Mau ngga kalo...kamu coba ketemu dia lagi?"

Neina tertegun sejenak, menatap Roro yang mengigit bibirnya karena cemas.

"Mamah sadar ngomong gitu?"Lalu menarik nafasnya dalam, dan melanjutkan perkataannya"Kasih aku alesan, kenapa aku harus ketemu sama dia?"

"Sayang, Araf itu--"

"Ga usah pake di sebut segala namanya"Potong Neina, saat Roro dengan mudah mengatakan nama yang sangat ia hindari.

"Oke jadi gini, rencananya om Kadaf mau kalian deket lagi--"

"Buat apa?"Lagi-lagi Neina memotong perkataan Roro, dan itu membuatnya kesal.

Roro menjewer telinga anaknya itu, membuat Neina meringis sakit"Mangkanya kalo orang tua ngomong tuh, ga usah asal potong gitu aja!"

"Om Kadaf tuh mau kalian deket lagi, dia ngerasa bersalah banget sama kalian berdua. Dia mau nebus kesalahannya, dengan cara mempertemukan kalian lagi. Di coba dulu ya sayang, mau?"Roro membujuk Neina dengan lembut.

Neina menarik nafas panjang, menatap ke arah Roro dengan pandangan sendu. Roro tau jika Neina tertekan dengan permintaannya, tapi mau bagaimana lagi, Neina juga harus menyelesaikan masalalu nya saat ini. Sebelum melangkah ke arah yang lebih serius dengan Araf, atau mungkin dengan orang baru.

"Kalo misalkan ga berhasil, Nei ga mau coba lagi, Mah"

Roro mengangguk mantap, lalu mengelus kepala Neina lembut.

Madafa menatap tajam Kadaf, kedua tangannya mengepal menahan emosi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Madafa menatap tajam Kadaf, kedua tangannya mengepal menahan emosi. Sedangkan Kadaf hanya menghela nafasnya lelah, Kadaf tau dirinya memang sering kali membuat masalah tapi tidak dengan kali ini.

"Kenapa kamu, ngeliatin Papah kaya gitu?"

Madafa berdecak lalu melangkahkan kembali kakinya ke arah kamar. Tapi perkataan Kadaf menghentikan pergerakannya.

"Papah lagi baik mau ngajak kamu, mau ikut ketemu calon pacarnya Araf?"

Madafa langsung membalikkan tubuhnya, menatap penampilan Kadaf dengan balutan jas mewah. Mereka memang bukan orang berada, tapi entah dari mana Papah-nya, selalu mendapatkan barang-barang mewah.

MADAFA'S EVIL EYES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang