Kebencian berawal dari sebuah kebohongan, dan kebenaran berawal dari sebuah kejujuran!
_________
"Tangan lo ga usah modus, ya"
Neina tidak perduli, dan malah mengeratkan pelukannya pada pinggang Madafa. Sesekali Madafa menatap tangan itu yang mengelus-elus perutnya dari balik bajunya.
Neina memang nakal.
"Nei tangan lo, ga bisa diem?"
"Hah? apa Daf, gue ga denger serius!"Neina berteriak kencang di atas motor. Padahal jelas-jelas telinganya mendengar perkataan Madafa barusan.
Tapi tidak di pungkiri, entah perasaan macam apa yang membuat Madafa merasa nyaman dengan keberadaan Neina. Hatinya menghangat saat melihat Neina tersenyum atau tertawa ke arahnya.
"Kalo mau meluk tangannya diem aja, ga usah pegang sana-sini"Madafa langsung memegang tangan Neina yang sedang memeluknya. Madafa malah mengeratkan tangan itu, seolah takut Neina melepaskannya.
"Tadi aja ngatain gue modus, terus tangan lo juga apa ini namanya. Kalo bukan modus, pake pegang-pegang tangan gue segala?"
"Reflek doang"Setelah itu Madafa langsung melajukan motornya dengan kencang. Membuat pegangan Neina semakin menguat di pelukannya.
"Dafa, pelanin dikit!"
Madafa malah tertawa kencang, seolah-olah melihat Neina yang ketakutan adalah sesuatu yang menyenangkan di matanya.
"Pegangan aja yang kenceng!"
"Tapi gue takut!"
"Peluk yang erat Nei!"
Neina masih sempat-sempatnya memukul kepala Madafa yang tertutup helm, saat mendengar ucapan Madafa yang terkesan modus. Padahal dalam hatinya berteriak kencang karena... senang, mungkin?
Madafa menghentikan motornya saat sudah sampai di depan gerbang rumah Neina yang cukup besar. Jika di lihat dari materi, Neina memang dari kelurga yang cukup berada. Tidak seperti dirinya.
Tanpa sadar Madafa menatap rumah Neina. Akan sangat tidak mungkin jika dirinya di dampingkan dengan Neina, Madafa masih tau diri.
Madafa menggelengkan kepalanya pelan. Astaga bisa-bisanya dia berpikir seperti itu, lagi pula untuk apa Madafa memikirkan hal yang tidak mungkin. Neina sendiri tidak mungkin menyukainya, meskipun terkadang perempuan itu begitu gencar mendekatinya. Sedangkan dirinya hanya merasa nyaman saat dekat dengan Neina, seolah dirinya mendapatkan penyemangat baru. Bukan hanya bully-an di sekolah barunya.
"Lo kenapa?"Tanya Neina, saat melihat Madafa yang menatap rumahnya dengan lekat.
Seakan tersadar, Madafa menatap Neina yang...
Astaga!
Sebenarnya ada apa dengan pikirannya kali ini, kenapa sekarang Neina di matanya terlihat sangat cantik. Tiba-tiba saja hatinya juga ikut berdebar dengan kencang.
"Lo kenapa sih?"Neina bertanya sekali lagi, saat Madafa malah balik menatapnya.
"Gue...gue duluan ya, lo masuk gih sana"Madafa langsung menaiki motornya kembali, lalu pergi begitu saja. Tanpa berbalik menatap Neina.
KAMU SEDANG MEMBACA
MADAFA'S EVIL EYES
Teen FictionAda banyak luka untuknya. Ada banyak cinta untuknya. Bahkan ada banyak cara untuk menyembuhkannya. Tapi kenapa akhirnya, memilih mengakhiri? Dia Madafa, pemilik mata iblis semerah darah. Keunikan yang dia miliki membawanya pada kesialan, dirinya ter...