I(A)MPERFECT | 4. RENCANA PERTAMA

30 5 0
                                    

Bunyi bel istirahat pada pukul sepuluh tepat membuat guru matematika terpaksa mengakhiri kegiatan pembelajaran dan membiarkan June lolos meskipun cowok itu belum bisa memecahkan soal dimensi tiga yang diberikan di depan papan tulis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bunyi bel istirahat pada pukul sepuluh tepat membuat guru matematika terpaksa mengakhiri kegiatan pembelajaran dan membiarkan June lolos meskipun cowok itu belum bisa memecahkan soal dimensi tiga yang diberikan di depan papan tulis. June yang kesenangan karena lolos dari soal matematika pun dengan bahagia menghampiri meja Shilla dan Rhea.

“Kantin kuy!” ajaknya.

Namun, ajakan June tidak mendapatkan respon. Dia menatap Shilla yang sejak pagi menjadi lebih pendiam dan terus melamun. Sebagai teman sebangkunya dan sahabat yang paling dekat dengan Shilla, Rhea tentu menyadari perubahan yang terjadi pada Shilla.

“Apa gara-gara rankingnya turun, ya?” batin Rhea, menatap Shilla dengan khawatir.

Ketika kelas sudah agak sepi karena sebagian besar siswa kelas 12 IPA 3 pergi ke kantin, Rhea memutuskan bertanya pada Shilla terkait hal apa yang mengganggu pikirannya. Rhea dan June bersedia mendengarkan keluhan Shilla. Namun, baru saja Rhea membuka mulut, Shilla sudah lebih dulu bicara.

“Rhe, gue boleh pegang tangan lo bentar?” tanya Shilla.

“Eh.” Rhea agak terkejut tetapi dia mengangguk saja. “Boleh.”

Shilla pun memegang tangan Rhea dan merasakan tiba-tiba ada hal yang menariknya ke dimensi lain. Kemudian, Shilla melihat berbagai potongan kejadian yang diputar secara cepat. Shilla mengatur napasnya ketika jiwanya sudah kembali dari menjelajahi masa depan Rhea.

“Bisa, kok,” gumam Shilla. Namun, dia masih penasaran. Dia pun kini beralih memegang tangan June.

“June, gue pinjem tangan lo.” Tanpa harus menunggu jawaban June, Shilla langsung memegang tangannya dan dirinya merasakan hal yang sama pada June sebagaimana ketika dia memegang tangan Rhea.

“Masih bisa,” ucap Shilla dengan kening berkerut.

“Lo kenapa, sih?” tanya June. “Dari pagi kayak orang linglung.”

Shilla menatap Rhea dan June secara bergantian kemudian segera menceritakan secara garis besar kejadian kemarin hingga pada saat Shilla menyadari bahwa dirinya tidak bisa membaca masa depan Galaksi. Shilla juga menjelaskan asumsinya terkait penyebab dia tidak bisa membaca masa depan Galaksi.

“Jadi, umur Galaksi bisa jadi nggak lama lagi gitu?” tanya Rhea, memastikan. Raut wajahnya terlihat sangat terkejut dan mulutnya menganga lebar.

“Kasian ya, mana masih muda,” gumam June.

“Tapi gue pengen mastiin sekali lagi. Takutnya emang kemarin gue lagi capek aja makanya energinya dikit dan akhirnya nggak bisa ngelakuin hal itu,” ujar Shilla dengan perasaan tidak tenang. Ya, dia harus memastikan itu.

“Masalahnya? Ya, tinggal pegang doang tangannya, kan?” tanya June yang merasa kekhawatiran Shilla ini tidak perlu karena yang perlu Shilla lakukan sangatlah mudah.

I(A)MPERFECT (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang