I(A)MPERFECT | 11. TEMAN MAKAN

9 1 0
                                    

“Lo bisa bawa motor nggak, sih?” 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Lo bisa bawa motor nggak, sih?” 

Itu ucapan pertama Galaksi setelah sepuluh menit duduk di boncengan Shilla yang mengambil alih motornya. Untungnya motor Galaksi itu motor matic. Shilla masih memungkinkan untuk mengendarai NMAXX berwarna merah itu meskipun ukurannya terlalu besar baginya. Karena hal itulah, Shilla sangat berhati-hati. Saking berhati-hatinya, dia mengendarai motor itu dengan kecepatan 20 km/jam. Lambat sekali, sampai beberapa kali diklakson pengendara lain. 

“Bisa,” jawab Shilla dengan berteriak. “Ini juga maju ‘kan dari tadi. Ya … meskipun keong banget, sih. Tapi, inget kata Pak Polisi waktu sosialisasi di sekolah dulu. Utamakan keselamatan, bukan kecepatan.”

Galaksi hanya menghela napas mendengar ocehan Shilla. Cowok itu pun memilih diam saja sepanjang perjalanan yang terasa lebih lama itu. Harusnya dalam waktu sepuluh menit itu dia sudah tiba di rumah. Namun, saat ini dia baru menempuh setengah perjalanan.

Sekitar dua puluh menit mereka akhirnya tiba di kompleks perumahan tempat mereka tinggal. Galaksi pun mengarahkan Shilla untuk lurus sampai taman kompleks dan belok ke kiri dua kali hingga mereka sampai di rumah Galaksi. 

“Nah, sampai juga,” ujar Shilla setelah memberhentikan motor Galaksi di depan pagar rumahnya. Galaksi pun turun dari motornya disusul oleh Shilla. Gadis itu tidak lupa membuka helm-nya dan memberikannya pada Galaksi.

“Deket juga rumah lo. Kok, gue nggak tau ya selama ini?” tanyanya pada diri sendiri. “Nggak pernah lihat lo juga.”

“Gue pernah lihat lo,” gumam Galaksi pelan.

“Hah? Lo ngomong apa?” 

“Bukan apa-apa,” ujar Galaksi. Setelah menerima helm dan kunci motor dari Shilla, lantas cowok itu membuka pagar rumahnya. Namun, saat akan memasukkan motornya, dia masih menemukan Shilla berdiri di samping motornya dengan tatapan tak lepas dari Galaksi.

Galaksi menghela napas. Paham persis dengan gelagat Shilla. “Ada yang mau lo sampein ke gue?” 

Shilla menyipitkan matanya. “Kok lo tahu sih?”

Galaksi pikir siapapun akan tahu kalau Shilla ingin mengatakan sesuatu tetapi ada keraguan dalam dirinya, apakah dia harus menyampaikannya atau tidak. Ekspresi wajah kebingungan dan keraguan gadis itu terlalu jelas.

“Lo mau bilang apa?” tanya Galaksi tanpa basa-basi.

Shilla menunduk seraya menggigit bibir bawahnya dan menendang-nendang kerikil di depan kakinya. Masih menimbang-nimbang sejenak apakah sebaiknya dia mengatakan hal ingin dia katakan atau tidak. Namun, setelah berpikir singkat, Shilla memutuskan lebih baik mengatakannya.

“Em … gue cuma mau bilang lo jangan lupa istirahat dan makan makanan yang sehat,” ujar Shilla. “Maksudnya gini, kita ‘kan udah kelas 12. Ya, pasti stres lah mikirin nasib kita setelah lulus gimana, diterima di jurusan dan PTN impian kita atau enggak. Intinya, jangan kenapa-napa dulu sebelum kita capai semua itu. Gitu. Lo jangan geer gue perhatian sama lo, ya!”

I(A)MPERFECT (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang