Shilla telah masuk perangkap. Itulah yang Shilla pikirkan ketika mengalami kejadian tak terduga yang berlangsung dengan begitu cepat. Dimulai dari Fina dan Geisha yang memanggilnya, menemui Laura dan berdebat dengannya di kelas 12 IPA 2, hingga disalahpahami oleh siswa-siswi dan guru BK yang mencatat sikap buruknya.
Dua tahun tiga bulan menjadi siswa di SMA Garda Citya, Shilla dikenal sebagai siswa yang baik. Namun, hari ini nama baiknya rusak begitu saja. Semuanya seolah telah direncanakan. Fina dan Geisha memberikan bukti pendukung kepada guru BK kalau Shilla sudah melakukan hal yang tidak pantas pada Laura sampai gadis itu menangis dan menjadi orang yang paling tersakiti. Padahal, Laura yang lebih dulu menampar wajahnya.
Shilla berusaha membela diri tetapi dia bahkan tidak punya bukti yang bisa mendukung argumennya. Karena hal itulah, dengan berat hati Shilla menerima hukuman skors dua hari.
Shilla ingin menangis tetapi rasa takutnya lebih besar dibandingkan kesedihannya. Entah bagaimana dia mengatakan hal yang terjadi di sekolah pada ibunya. Maka dari itu, setelah pulang les, Shilla tidak langsung pulang ke rumah. Meskipun searah dengan Galaksi, Shilla memilih pulang sendiri kemudian duduk di sebuah ayunan yang berada di taman kompleks perumahannya.
Tak lama, seekor kucing menghampirinya. Shilla segera mengeluarkan makanan kucing yang selalu dia bawa kemana-mana. Kucing itu tampak senang dan makan dengan lahap. Melihat kucing itu, rasanya Shilla sedikit terhibur.
Malam ini taman sepi, tetapi terasa hangat dan tidak begitu menakutkan karena lampu-lampu yang menyala di setiap penjurunya. Langit malam juga tampak lebih hidup dengan kerlap-kerlip bintang dan bulan purnama yang menghiasinya bak sebuah lukisan. Seolah semesta pun tidak berempati dengan rasa sedih dan takut yang sedang Shilla alami. Seolah semuanya tetap berjalan baik-baik saja meskipun dia sedang jatuh dan terluka. Apakah memang begitu cara kerja semesta?
Shilla menatap langit Kota Bandung dengan tatapan hampa. Gadis itu baru mengalihkan atensinya kala suara decit besi ayunan yang berkarat disampingnya terdengar. Seseorang duduk di sana, menyimpan ransel dengan gantungan kepala tengkorak di atas pangkuan, menarik resletingnya dan mengambil sesuatu dari ransel itu.
“Kali ini bukan Keanu yang beli,” ujar Galaksi seraya memberikan dua bungkus jelly bintang kesukaan Shilla.
Selain menjadi teman Shilla kalau sedang belajar, jelly bintang juga selalu menjadi teman Shilla saat sedang sedih atau marah karena dengan hal itu dirinya bisa pulih dan kembali baik-baik saja. Namun, dia tidak pernah mengatakannya pada siapapun. Seingatnya, Shilla juga mengatakan pada Galaksi kalau jelly bintang ini cocok dimakan saat pusing mengerjakan latihan soal fisika. Bagaimana Galaksi bisa tahu?
Jika kebetulan, itu cukup menyenangkan.
Shilla menerima dua bungkus jelly bintang itu dan menggumamkan kata terima kasih. Sepuluh menit berlalu, tidak ada percakapan di antara mereka. Hanya suara jangkrik, deru kendaraan bermotor dari jalan raya yang terdengar samar, suara decit ayunan berkarat yang menemani mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
I(A)MPERFECT (END)
Fiksi RemajaShilla Agista Florentina dan Galaksi Andromeda Sakti adalah dua siswa dengan reputasi sempurna di sekolah mereka. Namun, keduanya memiliki sisi gelap yang tidak diketahui orang lain. Shilla memiliki kemampuan melihat masa depan yang membuatnya meras...