Galaksi tidak paham dengan jalan pikiran Shilla. Gadis itu tiba-tiba datang entah dari mana, menariknya, membuatnya jatuh, kemudian menangis di hadapannya seraya mengatakan hal-hal aneh. Karena melihat kondisi Shilla yang kacau, akhirnya Galaksi menunggunya sampai dirinya tenang kemudian membawanya ke salah satu ruangan di rumah sakit tersebut supaya luka di lutut dan tangan Shilla dibersihkan.
Selama itu, Shilla dan Galaksi tidak mengatakan apapun. Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing. Sampai luka ringan Shilla dan Galaksi sudah dibersihkan dan diobati, mereka pun berjalan keluar rumah sakit dengan Shilla yang melangkah duluan di depan sedangkan Galaksi di belakangnya.
Galaksi sebenarnya masih penasaran bagaimana Shilla bisa berada di tempat itu. Namun, dia memilih untuk tidak bertanya.
“Galaksi, itu…” Shilla mendadak berbalik dan menahan ucapannya. Galaksi diam saja menunggu Shilla melanjutnya ucapannya.
“Ehm, itu. Maaf, ya?” Shilla menggigit bibir bawahnya. “Tadi gue narik lo sampai jatuh. Lo nggak harus bilang makasih kok ke gue karena gue ikhlas nyelamatin lo. Mulai sekarang lo harus hidup dengan baik, banyak-banyakin bersyukur dan jauhi pikiran negatif. Okay?”
Sebelum Galaksi menjawab, Shilla sudah berceloteh lagi. “Oh, iya. Jangan bilang ke orang-orang di sekolah gue nangis di depan lo, apalagi ke temen-temen lo itu yang ngeselin. Okay?”
Galaksi baru saja hendak mengangguk dan menjawab, tetapi gadis yang 25 cm lebih pendek darinya itu lagi-lagi bicara dengan cerewetnya. “For your information aja ya, gue sebenarnya bukan anak yang cengeng. Cuma tadi tuh tiba-tiba ada angin yang berembus, kan? Namanya juga di atap. Terus jadinya debu-debu kecil masuk ke matanya gue. Jadinya gue kelilipan, terus gitu deh, keluar air mata. Gue juga nggak begitu khawatir kok sama lo, haha. Untung ada gue, kan? Haha,” ujar Shilla dengan tawa sumbang di akhir kalimatnya.
Melihat respon Galaksi yang diam-diam saja, akhirnya Shilla mengatupkan mulutnya. Baru sadar dengan alasan konyol yang telah dia buat.
“Dari tadi gue ngomong apa, sih? Bodoh, bodoh!” batin Shilla seraya mengutuk dirinya sendiri.
Terlanjur malu, akhirnya Shilla pun memutuskan untuk segera pergi saja dari hadapan Galaksi.
“Ya udah deh kalau gitu. Gue balik duluan, ya. Dadah,” ujar Shilla dengan sangat canggung sambil berbalik dan berlari kecil meninggalkan Galaksi yang sejak tadi diam saja menatapnya.
“Sialan, kebiasaan bodoh nggak ilang-ilang. Kenapa gue harus bilang dadah, sih? Deket sama dia aja nggak, main dadah-dadah aja argh,” gumam Shilla seraya mengotak-atik handphone-nya, berharap segera mendapatkan driver dan menghilang dari sana. Namun, area sekitar rumah sakit sama macetnya dengan tadi sehingga Shilla terus mendapatkan penolakan.
“Ih, kalau ditolak terus kapan dong gue baliknya?” keluh Shilla. Pada saat dia berusaha mencari driver ojek online, tiba-tiba sebuah motor berhenti di hadapannya kemudian pemiliknya mengangsurkan sebuah helm.
KAMU SEDANG MEMBACA
I(A)MPERFECT (END)
Novela JuvenilShilla Agista Florentina dan Galaksi Andromeda Sakti adalah dua siswa dengan reputasi sempurna di sekolah mereka. Namun, keduanya memiliki sisi gelap yang tidak diketahui orang lain. Shilla memiliki kemampuan melihat masa depan yang membuatnya meras...