Akhir Kisah

1.5K 70 0
                                    

Di taman kediaman Razella dengan angin yang bertiup lembut, bunga bermekaran dengan aroma semerbak, kupu-kupu berterbangan penuh keceriaan, disebuah kursi panjang di taman itulah Arzean tengah mengelus lembut perut Razella yang terlihat begitu besar itu. Senyum cerah tidak henti-hentinya menghiasi wajah tampannya bahkan semenjak  kabar kehamilan Razella terdengar untuk pertama kali. Kini usia kandungannya sudah mencapai sembilan bulan dan sebentar lagi ia akan benar-benar menjadi seorang ayah. Hal yang lebih mengejutkan dan tidak disangka oleh keduanya adalah menurut pemeriksaan tabib, Razella sedang mengandung dua bayi sekaligus, itulah mengapa perutnya terlihat lebih besar dibandingkan wanita hamil pada umumnya.

Banyak hal telah mereka lalui. Banyak hal tidak terduga yang sudah mereka lewati. Namun satu yang selalu dan selamanya pasti, bahwa cinta mereka akan senantiasa bersemi bahkan bertambah dari hari ke hari.

"Kau tidak lelah?." Tanya Arzean.

"Tidak. Aku ingin bersantai lebih lama."

"Pasti punggung mu sangat pegal."

"Kau selalu mengatakan itu, bahkan hampir setiap waktu."

"Aku ingin sekali rasanya menggantikan ku."

"Jangan mengada-ada. Kondrat perempuan memang seperti ini. Kita diciptakan kuat untuk menghadapi semua ini."

"Aku ingat saat pertama kali bertemu dengan mu."

"Kenapa tiba-tiba?."

"Ingin saja. Lucu rasanya pertemuan kita diawali dengan adegan seperti itu."

"Aku juga tidak menyangka. Bahkan ku kira kau tidak akan ke kamar sampai tengah malam atau kira-kira sampai aku tertidur."

"Saat itu perasaan ku sungguh sulit untuk dijabarkan, ada takut, cemas, bingung. Karena aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan dan kata apa yang harus aku ucapkan."

"Aku paham maksud mu."

"Tak ku sangka ternyata..."

"Kenapa?."

"Aku menikahi seorang bidadari."

"Hentikan! Itu sangat berlebihan."

"Sungguh. Saat pertama kali aku melihat mu, kau terlihat sangat cantik."

"Aku tahu aku sangat cantik, tapi tidak sampai pada tingkat bidadari juga."

"Intinya kau sangat cantik."

"Terserah kau saja." Razella dan Arzean tertawa bersama. Kebahagiaan sebenarnya adalah senantiasa menerima dan mengerti apa arti dari sebuah kehidupan hingga tidak akan pernah ada yang namanya penderitaan.

"Kau ingin sesuatu?." Tanya Arzean. Ia selalu bertanya terlebih dahulu sebelum Razella mengatakan keinginannya. Padahal biasanya Arzean lah yang menginginkan sesuatu secara berlebihan. Sudah dijelaskan bahwa sang pangeran lah yang merasakan masalah-masalah pada kehamilan istrinya kali ini.

"Tidak... AKH! Sakit."

"Kenapa? Mana yang sakit?."

"Perut! Perut ku sakit." Ujar Razella seraya merintih dan memegangi perutnya kuat.

"Kau akan melahirkan?." Tanya Arzean dengan wajah panik luar biasa.

"Tidak." Jawab Razella. Lalu tersenyum cerah setelah berhasil mengelabui Arzean.

"Kau membohongi ku?." Ujar Arzean dengan mimik wajah pura-pura marahnya. Razella mengangguk polos seraya tersenyum lebih cerah. "Kau ini! Aku sudah sangat panik karena mungkin saja bayi kita akan keluar."

"Aku jadi tidak takut lagi untuk melahirkan nanti setelah melihat wajah panik mu tadi. Aku yakin aku bisa karena kau pasti akan selalu menemani ku."

"Tentu saja." Balas Arzean tanpa ragu. "Dengar nak! Ibu mu sangat menyebalkan karena membodohi ayah, ayah kira kau akan keluar karena ayah sudah sangat tidak sabar untuk melihat kalian." Ujar Arzean bercerita pada anak-anaknya.

Benevolence of fate (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang