Curahan Hati Dan Tragedi

728 51 0
                                    

Malam dingin berbintang itu sang panglima kembali merasa cemas. Mencemaskan masa depannya sudah pasti, mungkin lebih tepatnya mencemaskan apa yang belum tentu terjadi. Kekhawatirannya tentang waktu yang akan datang membuatnya tidak bisa mengistirahatkan tubuhnya dengan benar. Malam yang semakin menggelap itu tak mampu membawanya ke alam mimpi, kedua matanya masih terjaga dengan kondisi tubuh yang sudah siap diatas ranjang menghadap ke langit-langit kamar, akan tetapi rasa kantuk belum juga menyerang.

Apakah dia akan secantik putri Larissa? Sesopan dan seanggun sang pujaan hati? Apakah calon istrinya itu akan menghormatinya kelak? Apakah ia akan sanggup menghadapi sikapnya yang mungkin saja bertolak belakang dengannya? Apakah dia akan memberikannya cinta seperti yang putri Larissa berikan padanya meski ia tak berbuat apapun? Kehidupan macam apa yang akan dia jalani setelah menikah nanti? Bahagiakah? Atau justru menderita?

Arzean menghela nafas untuk semua pertanyaan-pertanyaan yang bermunculan didalam otaknya. Menyebalkan sekali rasanya jika rasa ingin tahu mu tidak tertuntaskan, dan itulah yang tengah Arzean rasakan sekarang.

Tok.. tok.. tok..

Ketukan di pintu kamarnya membuat Arzean berhenti sesaat untuk berfikiran macam-macam tentang masa depannya, kemudian disusul sebuah suara milik pengawal.

"Mohon maaf mengganggu istirahat anda panglima Arzean, yang mulia raja Arzata dan ratu Amanda ingin menemui anda." Mendengar hal itu sang panglima segera bangkit dari rebahannya dan berjalan menuju pintu kamar.

Begitu pintu tersebut terbuka, nampaklah kedua orang tuanya yang sedang berdiri tepat didepannya dan tengah menunggunya.

"Ayah, ibu, apakah ada sesuatu?." Tanya Arzean.

"Bolehkah kami masuk?." Tanya Arzata.

"Tentu saja." Arzean mempersilahkan kedua orang tuanya untuk masuk ke dalam kamarnya, sedangkan ia menyusul seraya menutup pintu. Arzata dan Amanda duduk berdampingan sedangkan Arzean duduk si sebuah single sofa.

"Apa ada sesuatu yang ingin kalian bicarakan?." Tanya Arzean padahal sudah jelas sekali tujuan keduanya berkunjung ke kamarnya malam-malam seperti ini.

"Ini tentang calon istri mu." Jawab Amanda.

"Ada apa dengan calon istri ku?."

"Aku tidak yakin kau masih tidak mengerti." Ujar Arzata cukup gemas.

"Tidak. Aku bahkan sangat mengerti."

"Lalu?."

"Lalu apa? Apakah kalian ingin melihat ku dipenggal karena menolak perjodohan itu?."

"Tentu saja tidak!." Ujar Amanda.

"Aku sangat tau kekhawatiran kalian, aku akan mencoba menerimanya, ayah dan ibu sendiri yang berkata pada kaisar bahwa kalian juga akan mencoba menerima semuanya. Apakah kalian berubah pikiran hanya dalam satu malam? Bahkan itu tak dapat merubah apapun."

"Sekarang aku benar-benar merasa kesal dengan raja Nevan dan ratu Milan, bagaimana bisa mereka menyembunyikan putrinya selama ini?." Ujar Amanda. Nada bicaranya kentara sekali bahwa ia memang sedang marah.

"Sudahlah.. ayah dan ibu tidak perlu mencemaskan ku, aku akan menyelesaikan masalahku sendiri dan aku yakin aku akan bisa mengatasinya." Ujar Arzean menenangkan, padahal sudah jelas bahwa apa ia yang ucapkan adalah sebuah kedustaan, sebab ia sendiri selalu gelisah di setiap malam.

"Ucapan mu tak cukup untuk menenangkan kami." Ujar Arzean, ia benar-benar sudahlah hafal dengan karakter anaknya dan apa yang sedang Arzean rasakan saat ini.

Arzean menghela nafasnya sesaat. "Semakin ayah dan ibu mencemaskan ku, semakin banyak juga kemungkinan yang aku pikirkan. Aku memang mengkhawatirkan segala hal yang belum tentu terjadi, tapi setidaknya ada setitik keyakinan dalam diri ku bahwa semua takdir yang telah ditetapkan ini akan berbuah indah pada waktunya."

Benevolence of fate (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang