Keluarga Kaisar

1.2K 59 0
                                    

"Aku pamit ayah, ibu, kakak, sampai jumpa lagi." Ujar Arzean pagi itu sebelum ia menaiki kudanya untuk menuju ke Castil kekaisaran.

"Kau harus makan bekal mu ditengah perjalanan nanti." Nasihat sang ibu seperti biasa.

"Tentu saja."

"Hati-hati di jalan." Kini giliran sang ayah yang memberi nasihat.

"Iya ayah."

"Jaga hati!." Nasihat Edgar tak ingin kalah disertai alisnya yang naik-turun menggoda.

"Kau ini benar-benar!." Ujar Arzean kesal kearah sang kakak. Ia harus sangat sabar menghadapi sikap kakaknya yang bermulut besar itu. Edgar hanya terkekeh lirih begitu bahagia mengganggu sang adik, apalagi dengan ekspresi kesalnya itu, sungguh sebuah hiburan baginya sebab jarang sekali Edgar melihat sisi adiknya yang seperti ini.

"Aku pergi." Arzean memilih menaiki kudanya, daripada harus lebih banyak meladeni ucapan Edgar yang mungkin saja dapat menimbulkan kecurigaan orang tuanya.

"Semuanya baik-baik saja bukan?." Tanya Amanda merasa ada sesuatu yang disembunyikan kedua anaknya. Ibu satu ini memang sangat peka, batin Arzean lalu membuang nafasnya jengah. Ini semua salah Edgar!

"Tidak ada ibunda ratu, semuanya baik-baik saja." Itu suara Edgar, ia memilih menjawab sebab mungkin tau apa yang adiknya rasakan sekarang, lagi pula siapa yang memanggil sebutan ibunda ratu jika bukan Edgar?

"Baiklah, aku akan benar-benar pergi sekarang." Pamitnya untuk yang terakhir kali, tanpa menunggu jawaban dari anggota keluarganya ia memutuskan untuk melajukan kuda hitamnya segera.

Dalam perjalanan yang memakan waktu satu jam lebih itu, Arzean tidak berhenti untuk memakan makanannya sebagaimana yang dinasihatkan oleh sang ibu, ia sudah tidak bernafsu lagi dengan makanan sebab seleranya hancur seketika mengetahui fakta bahwa mungkin sang kakak akan terus mengejeknya dengan perkara yang sama setiap ia kembali ke kerajaan Kasatria.

"Edgar menyebalkan!."

Arzean terus melajukan kudanya dengan cepat tanpa peduli dengan apapun, terus memaksa sang kuda agar lebih cepat dan lebih cepat lagi dalam berlari. Hingga satu jam lebih itu seakan tak terasa baginya sebab rasa kesalnya yang jauh lebih besar dari apapun. Ia sampai didepan gerbang Castil Diamond, dengan penjagaannya yang lebih dari empat orang itu ia hanya menatap lurus ke depan seakan penglihatannya bisa saja menembus pagar besi yang menjulang tinggi itu. Dengan lambang harimau hitam berkalung permata dan lebih memilih menggigit bunga mawar alih-alih daging, lambang kekaisaran Diamond itu sungguh bermakna dalam.

Harimau hitam itu melambangkan bahwa kekaisaran Diamond adalah yang terbesar dan terkuat dibanding dengan kekaisaran lainnya. Sedangkan makna dari kalung itu adalah bahwa kekaisaran ini juga kaya akan hasil tambangnya. Begitupun dengan hasil hutannya berupa tanaman maupun hewan itu sendiri sehingga mawar menjadi simbol seakan mewakili semua jenis tumbuhan yang berhasil hidup di kekaisaran Diamond.

Lama sang panglima memandang gerbang menjulang tinggi itu. Seperti tengah bimbang bagaimana ia akan bersikap setelah ini setelah sang kakak berkata untuk menjaga hati, padahal sudah sangat jelas bahwa hatinya sudah tidak bisa ia jaga lagi dengan baik. Ia sudah mencintai seseorang yang bahkan sudah ditetapkan siapa yang akan menjadi masa depannya. Arzean menarik nafasnya dalam dan menghembuskannya perlahan mencoba untuk menguatkan diri.

"Kenapa juga aku harus tegang? Arzean! kau sudah sangat pandai bersandiwara didepannya selama ini seakan kau tidak memiliki rasa apapun padanya, lalu apa yang perlu kau takutkan?." monolognya. Yah.. jika pun perasaannya diketahui nantinya, itu semua bukanlah sebuah kesalahan selagi dirinya tidak berbuat diluar batasan. Sekedar mencintai meski pada orang yang salah bukanlah sebuah dosa yang bisa berujung pada kematian bukan?

Benevolence of fate (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang