🏀END

448 29 0
                                    

PRRIIITTTTTT

WOOOOHOOO!!

WAAAAA!

"Ladies and Gentlemen!! Lakers win the champion!!!!"

Tim Mahessa memenangkan pertandingannya 20-18, skornya tidak beda jauh dengan musuh tetapi tim Mahessa berhasil menjuarai pertandingan tersebut. "Tegangin banget tadi" ujar Amaras setelah ia melihat 3 babak pertandingan.

Musuh dan tim Mahessa memiliki skill yang hampir sama sehingga membuat satu arena sempat mencengkam. "Untungnya Mahessa bisa menangin..." lanjut Satya, dianggukin setuju oleh Amara dan Karina.

Semua penonton sudah bubar, kecuali pemain basket yang masih kumpul di lapangan dan juga wartawan yang sedsnh mewawancarai beberapa pemain. "Papa!!!!"

Mahessa menoleh ke sumber suara dan melihat sang anak tengah berlari ke arahnya. "Hai Jagoan papa" ucap Mahessa sambil menggendong anak berusia 5 tahun itu. "Papa! That was cool! Kok bisa sih Papa sekeren itu? Bola baksetnya bisa dilempar jauh, terus papa bisa masukkin bolanya dari jauh..."

Karina dan Mahessa tertawa pelan mendengar semua ocehan dari Henry. "Itu namanya usaha, Henry. Papa sudah belajar dari saat papa masih kecil, semakin kamu mengasah kemampuanmu...kamu bisa menjadi lebih jago dan keren seperti papa" ucap Mahessa sambil mencubit pelan pipi tembem anaknya, membuat sang anak tertawa.

"Jangan lupa dengan sahabatmu ini, Mahessa Andhika" ujar Satya datang dari kerumunan bersama dengan Amara.

"Gw udah lupa sori,.."

"Anjirlah" Mahessa tertawa lalu ia membawa Satya ke pelukan dan menepuk punggung sang sahabat dengan cukup kencang. "Good to see you bro!" Ujar Mahessa, Satya tertawa mendengarnya.

"Amara hamil?" tanya Mahessa, Satya menoleh singkat ke istrinya yang tengah berbincang dengan Karina dan mengangguk. "Udah 6 bulan" jawab Satya.

"Cwk/cwk?"

"Cwk"

Mahessa mengangguk, sejujurnya ia tidak tau cwk itu mengarah ke perempuan atau laki-laki. Tetapi, sudah menjadi perbincangan sehari-hari dirinya dengan Satya, dia jadi menunggu aja hasil momongan itu saat Amara lahiran.

"Oh ya, lu kan udah lama gak ke Kwangya ya. Gw kerjs sebagai promotor basket disana. Lu mau gak ikut sparing bareng pemain disana? Toh ada Jevano, Ricky..."

"Ricky masih main?"

"Hooh, dia jadi pemain nasional basket di Kwangya. Lu harus tau dia rengek-rengek ke gw pingin ikut nonton lu, cuman dia gabisa karena si Jay yang jadi pelatih basketnya itu menolaknya"

Tidak menyangka Mahessa mendengar semua sahabatnya menjadi pemain dan pembisnis yanh sukses. Sudah lama ia tidak mendengar kabar semua teman-temannya disana. "Boleh sih, oh ya si Acil jadi apa?"

"Dia jadi penerus saham bapaknya" ujar Satya diangguki oleh Mahessa. "Okeh deh, kabarin aja kapan pertandingannya. Gw bisa ijin ke pelatih gw disini"

Satya mengangguk, "papa mau pergi?" tanya Henry.

"Papa mau bertanding lagi di tempat lahir papa, kamu nanti ketemu sama oma opa juga ya disana" ujar Mahessa sambil tersenyum ke arahnya.

Basketball • HEERINA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang