Semenjak Stevan memberitahukan keluarga besarnya jika putrinya ditemukan. Mereka setiap jam, menit, dan detik selalu menganggu hari-hari mereka berdua, apalagi Floryn yang mengetahui jika suaminya sudah memberitahukan hal ini sebenarnya kesal dan jengkel tapi sudah terlanjur.
"Stev, keluargaku selalu menelponku tanpa henti membuat aktivitasku terganggu." keluh Floryn duduk disamping sofa kamar, Azura sudah tidur siang hari ini di kamar mereka berdua.
"Mau tidak mau kita berdua harus kembali pulang," balas Stevan menatap lurus kearah ranjang yang diatasnya Azura sedang tertidur lelap.
"Hufff.. yah itu harus." jawab Floryn lelah.
"Tapi Flo apakah putri kita akan kuat menghadapi.. itu?" ucap Stevan gelisah.
"Emang kita bisa menghindar?" tanya Floryn menatap dingin suaminya yang berada duduk disampingnya.
"No..." Geleng Stevan pelan.
"Besok kita bertiga akan pulang kembali ke mansion dan jika putriku memberontak tidak ingin ikut, aku akan memakai cara kasar." ujar Floryn dengan wajah datar.
"Jangan terlalu berlebihan Flo apalagi ini putri kita yang baru ditemukan bukan putra kita yang lain yang sudah terbiasa dengan dirimu," ucap Stevan menatap tajam Floryn.
Floryn hanya mengedikan bahunya acuh dan melangkah pergi meninggalkan Stevan yang masih menatap tajam dirinya.
Di malam hari, Bibi Meri selaku kepala pelayan dengan dibantu para pelayan mansion mengemaskan pakaian dan barang-barang majikannya tanpa sisa, karena memang mereka disini bukan untuk menetap selamanya tapi hanya sementara.
Azura yang duduk diatas ranjang dan melihat jika Bibi Meri dan pelayan mansion yang lain begitu sibuk merasa penasaran dan bingung, semua pakaiannya dimasuki kedalam koper besar dan diikuti oleh pakaian Floryn dan Stevan. Sampai, lemari-lemari tersebut menjadi kosong.
"Bibi.. kenapa baju Azura dimasuki kedalam koper?" tanya Azura menatap Bibi Meri yang tersenyum manis menatapnya.
"Oh ini Non, Nyonya menyuruh saya buat mengemasi semua pakaian dari tuan, nyonya, dan nona." jawab Bibi Meri dengan tangannya begitu sibuk memasuki-masuki semua pakaian majikannya.
"Emang Zura mau kemana Bi?" tanya kembali Azura belum puas.
Bibi Meri pun menjeda pekerjaanya dan kembali menatap Azura tersenyum manis.
"Setau Bibi yah Non kalau Nona mau pulang ke mansion utama yang berada dibenua..eropa," balas Bibi Meri kembali melanjutkan pekerjaannya.
Deg..
Azura terdiam kaku saat mendengar hal ini, jika dirinya dibawa ke mansion utama yang berada di eropa. Bagaimana dengan sekolahnya, teman-temannya, dan pekerjaanya itu pikir Azura cemas.
"Bibi jika Azura tidak ingin ikut boleh?" ucap Azura polos. Tanpa diketahui Azura dan yang lain, jika ada seseorang yang baru masuk kedalam kamar dan mendengar Azura mengatakan ini menjadi emosi.
"TIDAK, kau harus ikut pulang dengan kami." ucap tegas orang tersebut yaitu Floryn. Azura yang merasa jika dirinya dibentak menjadi takut dan gemetar.
"T-tapi..g-gimana sama sekolah Zura..Mommy," ujar Azura tidak berani menatap Floryn yang sedang menatapnya tajam.
"Kau bisa homeschooling.."
"T-tapi..t-temen-temen Azura gimana?" ucap Azura melengkungkan bibirnya kebawah.
"Tidak usah memikirkan sesuatu yang tidak penting Azura, mau tidak mau kau harus ikut pulang dengan kami tanpa penolakan." tekan Mommy Floryn menatap tanpa ekspresi Azura.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZURA
FanfictionMenceritakan sebuah dua keluarga besar yang berkuasa dan bersatu yang dimana leluhur keluarga tersebut selalu mendapatkan anak laki-laki tanpa mendapat anak perempuan dari generasi ke generasi sekarang. Dan, saat generasi ke-40 lahirlah cucu perempu...