Esok harinya, disebuah Villa dengan keadaan sepi dan tenang ada satu helikopter yang datang ke Villa tersebut. Dengan, perlahan helikopter itu mendarat di depan Villa.
"Nyonya, Silahkan turun dengan perlahan dan hati-hati." kata seorang Pilot memberikan intruksi kepada salah satu majikannya yang duduk dibelakang sebagai penumpang.
"Yah. Terimakasih," balasnya mulai turun dengan perlahan dan saat dirinya sudah turun, helikopter itupun langsung terbang kembali dengan kode sang pilot memberikan lambaian tangan.
Saat dirinya melihat jika helikopter itu telah pergi, dia pun langsung melangkah kearah Villa tersebut.
Tok.. tok.. tok
Pintu Villa tersebut langsung dibuka oleh salah satu Bodygroud yang sedang berjaga dari malam hari sampai matahari mulai muncul dengan malu-malu.
"Nyonya Tifanny.. Selamat Pagi!" sapa Bodygroud itu membungkukkan tubuhnya sopan.
"Yah, Pagi." jawab Tifanny kembali melangkah melewati Bodygroud tersebut dan duduk disebuah sofa ruang tengah. Saat Tifanny duduk dengan santai, salah satu maid yang dikirim pada malam hari itu melayani Tifanny dengan baik.
"Nyonya ingin cemilan dan minuman apa?" tanya Maid itu dengan sopan.
"Tolong, Saya ingin teh melati dengan biskuit sebagai pelengkap." balas Tifanny menatap maid tersebut dengan tersenyum.
Maid itupun mengangguk dan langsung pergi kedapur membuatkan pesanan majikannya tersebut.
Saat keadaan Villa yang tenang dan damai, tiba-tiba saja sebuah suara tangisan mendekat ke ruang tengah. Ternyata, dia adalah Zeora yang mengendong Azura sedang menangis sesenggukan.
"Apa yang terjadi dengan keponakanku?" tanya Tifanny langsung beranjak mendekati mereka dan mengambil Azura dari gendongan Zeora.
"Dia mimpi buruk dan yah berakhir menangis." jawab Zeora jujur, dan ia duduk di sofa yang dekat dengan dirinya.
Tifanny dengan sifat keibuan-nya itu langsung mencoba menghentikan tangisan Azura dengan segala caranya.
"Keponakan manis Aunty ini kenapa hmm?" tanya Tifanny lembut membawa Azura mengelilingi ruang tengah.
"Z-zura M-mimpi B-buruk," balas Azura dengan sirat ketakutan.
"Coba cerita sama Aunty, Azura mimpiin apa?" ujar Tifanny berjalan pergi meninggalkan ruang tengah dan membawa Azura ke taman samping Villa.
Ditaman, Azura mulai menceritakan segala isi didalam mimpinya itu dan membuat Tifanny mengeryitkan alisnya.
"Aunty, Azura takut isi didalam mimpi itu Mommy sama Daddy datang dengan keadaan marah besar dan membawa Azura pergi dari kalian, terus nanti Azura tidak bisa kemana-mana--" jelas Azura gelisah.
Deg..
"Apakah itu tanda? Jika iya, aku harus waspada." batin Tifanny mulai siaga.
"Aunty didalam mimpi itu juga akan ada tumpah darah," lanjut Azura menatap Aunty Tifanny dengan arti yang tidak bisa ditebak, Tifanny yang ditatap seperti itu oleh Azura pun tersenyum lebar.
"Jangan dipikirkan sayang itu hanya bunga tidur, tidak akan ada tumpah darah yang terjadi seperti didalam mimpi Azura dan Mommy Flo maupun Daddy Stev tidak akan kesini dengan keadaan marah besar. Karena Azura, Aunty Zeora, dan Aunty Tifanny kan hanya mengajak Azura bersenang-senang." jelas Tifanny mencoba menghalau kegelisahan Azura.
"Oh iya. Terimakasih Aunty Azura jadi merasa lega," ucap Azura memeluk Tifanny sayang.
Setelah drama pagi itu, siang ini mereka bertiga akan bersenang-senang dengan cara mereka. Dimulai dari berenang di laut, mereka bertiga sudah memakai pakaian renang masing-masing dengan diawali Zeora yang sudah berada di air laut, Tifanny memegang erat tangan mungil Azura dan menuntunya ke air laut menyusul Zeora yang sudah berenang kesana-kemari.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZURA
FanfictionMenceritakan sebuah dua keluarga besar yang berkuasa dan bersatu yang dimana leluhur keluarga tersebut selalu mendapatkan anak laki-laki tanpa mendapat anak perempuan dari generasi ke generasi sekarang. Dan, saat generasi ke-40 lahirlah cucu perempu...