Selama Azura sakit dan selalu berada di dalam kamar, para abang sepupunya menggunakan kesempatan tersebut untuk mencoba pendekatan dan membuat Azura tidak canggung dengan mereka.
Seperti saat ini, sebelas pemuda tinggi dan gagah berkumpul di sekitar ranjang Azura. Gadis itu tertidur pulas, matanya terpejam, tak menyadari tatapan penuh perhatian dari para abang sepupunya. Mereka berbisik satu sama lain, berbagi cerita tentang Azura dan bagaimana mereka ingin lebih dekat dengan adik sepupu mereka yang manis itu.
"Lihatlah dia, Sergio. Dia seperti malaikat kecil," bisik Jericho King De Luca, abang sepupu Azura yang kedua, dengan lembut.
"Ya, memang," sahut Sergio King De Luca, abang sepupu Azura yang paling tua. "Dia sangat manis dan baik hati. Aku selalu merasa kasihan padanya karena jarang bertemu dengan kita, terutama setelah dia ditemukan dan berada di sini."
"Aku juga," timpal Gerald Anzarion Smith, abang sepupu Azura yang paling muda. "Aku ingin mengajaknya bermain."
"Kita bisa mengajaknya ke taman bermain," usul Kaivan, Kakak kandung Azura yang kedua. "Atau ke bioskop."
"Atau kita bisa mengajaknya makan di restoran favoritnya," tambah yang lain.
Para abang sepupu Azura terus berbisik, merencakan berbagai kegiatan yang bisa mereka lakukan bersama Azura. Mereka ingin membuat Azura merasa nyaman dan bahagia bersama mereka. Mereka ingin menjadi abang-abang yang baik bagi Azura.
"Kalian semua terlalu bersemangat," kata seorang abang sepupu yang lebih dewasa. "Ingat, Azura masih sakit. Kita harus sabar dan pengertian."
"Iya, benar," sahut yang lain. "Kita harus memastikan Azura merasa nyaman dan tenang."
Para abang sepupu Azura mengangguk setuju. Mereka tahu bahwa Azura membutuhkan waktu untuk pulih dan untuk merasa nyaman dengan mereka. Mereka berjanji untuk bersabar dan pengertian.
"Kita akan menunggu sampai Azura sembuh," kata Sergio. "Dan ketika dia sudah sembuh, kita akan mengajaknya bermain dan bersenang-senang."
Para abang sepupu Azura tersenyum, penuh harapan. Mereka ingin membuat Azura bahagia. Mereka ingin menjadi keluarga yang utuh dan bahagia tidak seperti sebelumnya.
Di saat mereka hanyut dengan pikiran masing-masing, mata Azura perlahan terbuka. Cahaya redup dari lampu kamar membuatnya mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan penglihatannya. Saat matanya terbiasa dengan cahaya, dia langsung terkejut.
"Kenapa banyak sekali orang di sini," Azura mengeryitkan alisnya bingung, suaranya terdengar serak karena baru bangun tidur.
Dia melihat sekeliling ruangannya. Ranjangnya dikelilingi oleh sebelas pemuda tampan dan gagah. Mereka semua menatapnya dengan senyum hangat.
"Good Morning, Baby," sapa Davin, Kakak sulung Azura dengan suara beratnya menatap Azura sambil tersenyum.
"Siapa?" tanya Azura kebingungan tak mengenal pemuda tersebut yang menyapanya.
Davin yang mendapat pertanyaan seperti itu dari adik manisnya pun mengeryitkan alis tebalnya heran. Apakah adik manisnya lupa dengan dirinya? Pikirnya bertanya-bertanya.
"Apa kamu lupa denganku Baby?" tanyanya, nada suaranya sedikit terusik.
"Pfffftt.. Hahaha, dilupakan!" tawa ejek seorang abang sepupu yang lain, membuat raut wajah Davin mengkerut. Kekecewaan terpancar di matanya.
Azura yang menangkap raut kekecewaan itu dari mata Davin, langsung berinisiatif memeluknya. Davin terkejut, tak menyangka Azura akan bereaksi seperti itu. Tentu, tindakan Azura membuat para abang sepupu yang lain, terutama Kaivan, kakaknya sendiri, merenggut kesal. Mereka cemburu, ingin juga mendapatkan pelukan hangat itu dari adik manis mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZURA
FanfictionMenceritakan sebuah dua keluarga besar yang berkuasa dan bersatu yang dimana leluhur keluarga tersebut selalu mendapatkan anak laki-laki tanpa mendapat anak perempuan dari generasi ke generasi sekarang. Dan, saat generasi ke-40 lahirlah cucu perempu...