Selama beberapa hari ini, perasaan takut dan gelisah Azura semakin menjadi-jadi. Tifanny dan Zeora pun merasakan hal yang sama apalagi saat mereka berdua dikabarkan jika penghuni mansion sudah menyadari jika Azura menghilang.
"Kak Fanny bagaimana ini?" tanya Zeora gelisah.
"Kakak bingung Zeora, apakah rencana kita gagal?"
"Iya juga tidak--,"
Tifanny yang mendengar hal itu dari Zeora pun mengangkat alisnya bingung.
"Iya, Karena penghuni mansion pasti akan berusaha mencari kita bukan lebih tepatnya Azura. Sedangkan tidak, Dikarenakan keberadaan kita belum diketahui dengan terbuktinya mereka belum ada tanda-tanda datang ke tempat ini." tambah Zeora dengan praduganya itu.
Tifanny pun mengangguk paham, dirinya sedikit lega saat menyadari hal ini.
"Mereka sampai sekarang belum ada tanda-tanda datang ke tempat ini maka dari itu aku akan mencoba membawa kembali Azura ke tempat yang jauh," batin Tifanny bergelut dengan pikirannya itu.
"Zeora. Apakah kita pergi saja dari Villa ini dan membawa Azura pergi bersama kita ke tempat jauh?" tanya Tifanny meminta pendapat Zeora.
"Kita akan melakukannya saat malam hari," jawab Zeora melewati Tifanny untuk menuju dapur dan dia mengambil segelas air untuk membasahi tenggorokannya yang kering.
Tifanny pun mengangguk dan dirinya duduk disofa ruang tengah.
Sementara disisi lain, seseorang yang berada disebuah ruangan yang berbeda sedang menghadap komputernya dan memantau gerak-gerik mereka apalagi saat dua wanita dewasa itu memulai percakapan, sungguh membuatnya terkekeh geli.
"Hahaha, sungguh berani. Kalian kira kita tidak akan menemukan titik lokasi keberadaan kalian? Sungguh konyol pikiran kalian itu." ujarnya menyeringai sinis.
Saat orang itu sedang serius mengawasi, seorang pria dewasa tiba-tiba saja langsung memeluknya dari belakang.
"Sweetheart. Jangan terlalu dipaksakan buat mengawasi mereka 24 jam," ucap pria dewasa itu perhatian.
"Ck! Jangan melarangku untuk melakukan hal ini Stev, kau tidak tau rasanya saat menjadi diriku. Aku serba salah Stev." balas orang tersebut yang ternyata adalah Floryn dan kalimat terkahirnya dia lakukan didalam hati.
Hmm, Apakah ada sesuatu yang membuat Floryn bersikap tak semestinya terhadap putrinya?
"Jika kamu merasa lelah, Tolong biarkan aku yang bertindak Flo. Jangan paksakan dirimu untuk melakukan hal yang tak semetisnya kau lakukan terhadap putrimu itu, Aku tidak mengetahui kenapa sikapmu itu berbeda dengan saat Azura belum ditemukan dan saat Azura ditemukan, sungguh sikapmu begitu kejam Flo." ucap Stevan mengeluarkan unek-uneknya itu kepada istrinya.
"Karena kau tidak mengetahui alasannya, kenapa aku harus bertindak seperti ini Stev. Saat, kau mengetahui alasannya. Sungguh, kau pun akan bersikap seperti diriku. Aku tidak ingin kau sama seperti diriku Stev yang diliputi akan rasa bersalah." batin Floryn sendu memantau pergerakan seseorang yang berada dibalik selimutnya itu. Dia, adalah Azura.
"Biarkan saat ini aku yang bertindak dan kau hanya menunggu hasil. Tolong jangan menolak Flo," ujar Stevan mutlak. Floryn pun hanya bisa mengangguk pelan.
🍉🍉🍉
Malam Hari
Tifanny dan Zeora begitu sibuk mempersiapkan segala hal untuk kepergian mereka dari Villa ini. Azura yang dibiarkan untuk berada di kamar dan tidak boleh ikut membantu mereka, Dikarenakan takut Azura kecapean.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZURA
FanfictionMenceritakan sebuah dua keluarga besar yang berkuasa dan bersatu yang dimana leluhur keluarga tersebut selalu mendapatkan anak laki-laki tanpa mendapat anak perempuan dari generasi ke generasi sekarang. Dan, saat generasi ke-40 lahirlah cucu perempu...