Stubborn

452 49 17
                                    

Dua hari setelah proses pemakaman, akhirnya Jihan pun mulai pindah dan tinggal di apartement milik Haruto. Jihan memasuki apartment itu dengan perasaan kikuk. Ia menatap punggung milik lelaki yang sudah menjadi suaminya itu, berjalan terlebih dahulu mendahuluinya.

"Kamar lo," ucap Haruto sembari menunjuk salah satu kamar yang ada di sana.

Ya, mereka memang diwajibkan untuk tidur terpisah sampai lulus sekolah. Itu kesepakatan  orang tua mereka, mengingat mereka masih berstatus sebagai pelajar.

"Thanks," ucap Jihan yang tidak disahuti sama sekali oleh Haruto karena lelaki itu langsung memasuki kamar di sebelahnya. Kamar mereka memang bersebelahan.

Jihan pun memasuki kamarnya sendiri. Ia menghela napas beratnya. Kembali merasa ragu akan keputusannya. Jihan rasa, sepertinya akan sulit merubah perilaku Haruto. Terlebih mereka tidak dekat dan lebih sering bertengkar.

Gadis itu menggendikan bahunya seolah malas memikirkan hal itu. Jihan pun memilih untuk membereskan barang bawaannya.

Hingga waktu berlalu dan malam pun mulai tiba.

Mendengar suara pintu utama terbuka, Jihan pun berinisiatif keluar dan menemukan Haruto yang hendak pergi.

"Mau kemana?" Tanya Jihan dengan hati-hati. Ia takut dikira sok perhatian. Padahal dia hanya penasaran.

"Bukan urusan lo." Ucap Haruto dengan cuek dan angkuhnya.

"Yaelah, gue cuma tanya-"

"Bacot, gak perlu." Tegas Haruto sembari menatap tajam pada Jihan. Bukan merasa takut, Jihan malah kesal dengan sikap lelaki itu.

"Anjir, yaudah pergi aja sana lo! Terserah!" Bentak Jihan lalu kembali memasuki kamar dan menutup pintunya dengan keras.

"Jadi orang kok kasar amat, dih." Gerutu Jihan.

Haruto tidak ambil pusing akan sikap Jihan. Ia tetap kembali melangkah pergi dari apartment nya. Meninggalkan Jihan sendiri.

Tidak terasa, jam berlalu hingga sudah menunjukkan pukul 1 dini hari. Jihan keluar dari kamar untuk mengisi gelasnya dengan air putih. Ia baru saja selesai berkutat dengan PR-nya.

Jihan mengernyitkan dahinya setelah menyadari bahwa Haruto belum pulang.

"Ck, bener-bener gak tau aturan. Jam segini belum pulang." Gerutu Jihan dengan nada kesalnya. Ia kembali teringat dengan ucapan kasar dari Haruto tadi.

TING!

CKLEK

Mendengar pintu utama terbuka, Jihan pun melirik ke arah pintu. Ia terkejut ketika tidak hanya mendapati Haruto yang memasuki apartemen itu, melainkan bersama Jeongwoo yang memapah tubuh Haruto. Haruto nampak sempoyongan.

"Eh, kenapa?" Tanya Jihan sembari berjalan mendekat ke arah mereka berdua. Jeongwoo jelas terkejut bukan maim melihat keberadaan Jihan.

"Lah, lo Jihan kan? Ngapain lo disini?" Tanya Jeongwoo.

"Ck, nanti lo tanya sendiri deh sama Haruto. Ini anter dia ke kamarnya dulu, cepet!" Ucap Jihan yang panik melihat keadaan Haruto.

Jeongwoo pun memapah tubuh Haruto sampai berbaring di atas kasur lelaki itu.

"Dia mabuk?" Tanya Jihan yang diangguki Jeongwoo.

"Kalian biasa minum-minum kayak gini?" Tanya Jihan lagi.

"Iya," jawab Jeongwoo sembari mengusap lehernya sendiri, merasa tidak enak mengakuinya pada Jihan.

"Thanks udah lo anter." Ucap Jihan setelah beberapa saat terdiam mencoba memahami dunia Haruto.

Bad Boy Beside Me [Haruto Ver.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang