Threat

511 58 28
                                    

Malam ini, Haruto dan Jihan menginap di rumah orang tua Jihan. Masih dalam rangka menjaga rumah itu.

Merasa haus, Jihan pun keluar dari kamarnya dan berjalan menuju dapur. Saat melewati ruang tengah, ia menemukan tv dalam keadaan menyala dengan Haruto yang tertidur di sofa.

"Kenapa gak tidur di ruang tamu?" Gumam Jihan.

Gadis itu pun memilih untuk tetap menuju dapur dan mengabaikann keberadaan Haruto.

Setelah menyelesaikan niatnya untuk minum, entah mengapa arah pandangnya terus menuju pada Haruto. Hingga kini ia berjalan menuju sofa, dimana lelaki itu berbaring dengan kedua mata yang terpejam.

Jihan berjongkok di samping sofa sembari menatap wajah Haruto yang terkena cahaya dari tv, sebab lampu ruangan itu sudah dimatikan.

Jihan tersenyum melihat wajah damai Haruto saat tertidur. "Kenapa lo nunjukin wajah dingin terus kalau bisa sehangat ini?" Gumam Jihan.

Gadis itu menelusuri lekuk wajah tampan seorang Haruto dengan jari tangannya perlahan. Ia merasa tersihir setelah menyadari betapa paras lelaki itu terpahat dengan sempurna oleh Tuhan.

"Alisnya kenapa bisa setebel ini?" Gumam Jihan lirih sembari mengusap alis Haruto.

Ia terdiam saat mengusap ujung mata Haruto. Mata yang selalu menatapnya tajam, namun sangat memikat hingga membuatnya tersihir saat lelaki itu hendak menciumnya.

Kegiatan jari Jihan berlanjut, dengan perlahan ia mengusap hidung mancung Haruto, Jihan kembali dibuat kagum dengan paras itu.

Gerak jari Jihan terhenti di depan bibir Haruto. Ia ragu saat hendak menyentuhnya. Membuat sekelebat bayangan dirinya yang berciuman dengan Haruto datang menghampirinya. Perlahan jantungnya berdegup kencang dan semu merah memghampiri pipi gadis itu.

Cup

"Eh!" Pekik Jihan saat Haruto mencium jarinya. Gadis itupun terkejut bukan main. Terlebih saat melihat mata sayu lelaki itu perlahan terbuka dan menatapnya.

Jihan pun refleks hendak berdiri namun Haruto malah menarik tangan Jihan. Hingga kini tubuh Jihan menindih Haruto.

"Haruto, sorry tadi gue-"

"Ck, pervert girl." Ejek Haruto dengan suara seraknya dan mata menyipit seolah menyalahkan perilaku Jihan.

"Eh?! Enggak! Jangan nuduh sembarangan!" Bela Jihan.

"Terus ngapain lo pegang-pegang?"

"Hmm... itu.. anu-"

"Apa, hm?"

Mampus! Jihan sendiri tidak tau mengapa ia melakukan itu tadi.

"If you want me, just say it." Goda Haruto dengan mengerlingkan salah satu matanya.

"E-enggak! Ge-er banget!" Elak Jihan gugup. Hingga ia tidak sadar menaikkan nada suaranya.

"Gak usah teriak-teriak, gue gak suka." Peringat Haruto dengan raut seriusnya. Jihan pun hanya mampu terdiam merasa takut dengan tatapan itu.

Jihan terkesiap saat Haruto memindahkan posisinya hingga tertidur di samping Haruto dengan dekapan dari lelaki itu juga. Sofa di ruangan itu cukup besar, jadi masih muat untuk mereka berdua.

"Kenapa belum tidur?" Tanya Haruto sembari mengusap surai Jihan dengan mata terpejam. Sepertinya Haruto masih mengantuk.

"Gue kebangun tadi, haus." Lirih Jihan karena jantungnya masih berdegup kencang. Untung yang ada di depannya adalah dada Haruto. Jadi, ia tidak perlu menyembunyikan semburat merah di pipinya.

Bad Boy Beside Me [Haruto Ver.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang