Kini baik Jihan maupun Haruto sudah berada di area pemakaman. Di tangan Jihan, sudah ia genggam sebuah bouquet bunga lily. Ia melirik Haruto yang nampak diam saja sejak tadi. Bahkan tidak ada tanda-tanda lelaki itu akan ikut keluar dari mobil.
"Lo gak ikut keluar?" Tanya Jihan sembari menatap tanya pada Haruto yang duduk dibelakang kemudi.
"Lo aja," ucap Haruto. Entah memang Jihan yang sangat peka atau apa, tapi Jihan tau sedari tadi lelaki itu sedikit gusar.
"Lo gak apa-apa?" Tanya Jihan sedikit khawatir.
"Hm,"
Jihan pun terdiam mencoba menerka keadaan Haruto. Hingga setelah beberapa saat, Haruto dikejutkan dengan tangan gadis itu yang menggenggam tangannya. Sontak Haruto pun menatap Jihan yang sedang tersenyum tipis di sampingnya.
"Lo masih... berduka ya?" Terka Jihan yang tidak disahuti sama sekali oleh Haruto. Lelaki itu masih terdiam.
"Gak apa-apa kok, kalau gue jadi lo, mungkin gue bisa gila karena kehilangan bunda. Tapi lo gk usah khawatir, perasaan kehilangan itu wajar. Gue temenin sampai lo bisa ikhlas." Ucap Jihan tulus yang cukup membuat Haruto terhenyak.
Jihan pun melepas genggaman itu.
"Ok, kalau gitu gue aja yang keluar. Lo tunggu di sini." Ucap Jihan lalu membuka pintu dan keluar dari mobil Haruto.
Baru beberapa langkah menjauhi mobil, Jihan mendengar panggilan Haruto.
"Jihan,"
Jihan pun berbalik dan menatap tanya pada lelaki itu. Ia melihat Haruto sudah keluar dari mobil. Bukannya memberi penjelasan, Haruto malah melangkah mendekatinya.
"Ayo," ucap Haruto singkat lalu melangkah terlebih dahulu meninggalkan Jihan. Senyum pun terbit di paras gadis itu.
Saat hendak menghampiri Haruto untuk menyamakan langkah, Jihan menyadari tangan Haruto yang sedikit bergetar. Lelaki itu nampaknya benar-benar masih merasa kehilangan.
Haruto kembali dikejutkan dengan genggaman tangan Jihan. Lelaki itu pun menatap gadis yang berjalan berdampingan dengannya.
"Apa?" Ketus Haruto.
"Gue gandeng." Ucap Jihan.
"Lepas,"
"Gak mau," Keukeuh Jihan dengan senyum simpulnya.
"Han-"
"Kan tadi gue udah bilang. Gue bakal temenin lo. Udah nurut aja!" Seru Jihan lalu menarik tangan Haruto untuk mengikutinya menuju makam mama.
Hingga kini mereka berada di depan makam mamanya Haruto.
Dengan senyum yang tak pernah luntur, Jihan meletakkan bouquet bunga yang ia bawa.
"Sini," ajak Jihan pada Haruto agar ikut duduk di samping makam mamanya. Namun lelaki yang masih dengan raut dinginnya itu, menghindari tatapan Jihan.
"Tanggung ih, udah sampai sini." Ucap Jihan.
Merasa kesal, Jihan pun menarik jaket jeans Haruto hingga lelaki itu akhirnya mengalah dan duduk di samping Jihan.
Jihan bisa melihat perubahan raut lelaki itu saat melihat sebuah nisan bertuliskan nama mamanya di sana.
Jihan pun berinisiatif untuk memecah keheningan, "Mama, Jihan kangen. Mama pasti kangen juga kan sama Jihan? Maaf ya ma, kita baru bisa dateng hari ini. Jihan sibuk ngurusin kelakuan Haruto," ucapan Jihan terjeda sembari menatap Haruto yang memasang raut tidak terima.
"Bener kata mama, Haruto bandel. Jihan kadang capeeek banget ngurusinnya." Sambung Jihan dengan cengirannya yang ditanggapi dengusan oleh Haruto.
"Maaf Jihan belum bisa ubah sikapnya Haruto. Tapi mama tenang aja, Jihan bakal terus berusaha. Doain Jihan ya ma, supaya Jihan bisa menghadapi anak mama yang ngeselin ini." Haruto pun berdecak mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Beside Me [Haruto Ver.]
Roman pour Adolescents"No, even you can't handle me." ♧A bad boy loves me♧ ●Song playing: Butterfly by J.Una