Krist benar-benar heran, kenapa setiap orang yang menjalin hubungan dengannya pasti akan berakhir tragis? Apa yang salah darinya?
*Top Krist, bot Singto.
Singto terbangun dari tidurnya saat merasakan sesuatu lewat di dekatnya, dia melihat Krist masih terlelap di sampingnya, Singto memegang kepalanya yang terasa pusing, mungkin dia demam sekarang karna kejadian tadi di kafe.
Tirai kamar bergerak tak karuan padahal tak ada angin. Sebuah bayang tiba-tiba lewat sehingga membuat Singto langsung beranjak dari posisinya, berjalan mengikuti kemana bayangan itu pergi.
Singto seakan terhipnotis, jantungnya berdetak kencang, dia takut, namun entah kenapa dia merasa harus mengikuti kemana bayang itu pergi.
*Ceklek... Singto membuka pintu kamarnya, dan berjalan dengan tatapan kosongnya. Bayang yang di lihatnya tadi berubah menjadi wanita cantik, wanita itu terus berjalan menuruni tangga membuat Singto terus mengikutinya.
"C-clara?" Gumam Singto saat dia menyadari apa yang di lakukannya sekarang.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Wanita itu berhenti melangkah saat Singto mengeluarkan suaranya, perlahan dia membalik tubuhnya dan tersenyum sinis sambil menatap Singto.
Wajahnya benar-benar menyeramkan sehingga membuat Singto berteriak kencang karna ketakutan.
"Aarrghhhhh...!!!" Teriak Singto.
"Singto..." Lirih gadis itu sambil berjalan menghampiri Singto.
Singto ingin melarikan diri namun kakinya terasa berat, dia terus berteriak meminta tolong berharap ada yang mendengar teriakannya.
"Tolong jangan ganggu, aku. Maaf jika aku merebut Krist dari mu, ku mohon, maafkan aku" Ucap Singto pada clara yang semakin dekat padanya.
"Sing..."
"Singto..."
"Pergi... Pergi dari sini!! Pergi...!!" Teriak Singto ketakutan.
"Chimon... Krist..." Lirih wanita itu.
"Pergi!!!" Teriak Singto.
"Singto..." Ucap Krist sehingga membuat Singto terbangun dari tidurnya.
Apa tadi hanya mimpi? Jantung Singto berdetak kencang, kenapa dia bisa memimpikan clara?
"Krist... Aku... Aku memimpikan clara" Ucap Singto.
"T-tadi... T-tadi clara menemui ku" Ucap Singto.
"Lalu?" Ucap Krist.
Singto menatap Krist dengan wajah pucatnya, kenapa clara menemuinya!? Apa benar karna Clara tak suka dia dekat dengan Krist? Apa Clara merasa dia merebut Krist darinya?
"Menjauh dari ku!!" Ucap Singto sambil mendorong tubuh Krist.
"Apa salah ku?" Ucap Krist yang bingung dengan perubahan sikap Singto.
"Clara menemui ku karna aku dekat dengan mu! Clara pasti tak mau aku dekat dengan mu itu sebabnya dia terus menghantuiku akhir-akhir ini" Ucap Singto sambil menangis.
"Tadi di kafe lampunya benar-benar mati, itu pasti peringatan dari Clara agar aku segera menjauhimu... Hikkss... Aku tak ingin mati, Krist" Ucap Singto sambil menghapus air matanya.
"M-maafkan aku, beristirahatlah. Aku akan pulang" Ucap Krist.
Singto melihat jam di dinding yang ternyata baru jam 2 dini hari. Jalanan komplek perumahan rumah mereka mungkin masih sangat sepi sekarang.
"Krist... Apa kamu yakin akan pulang?" Ucap Singto.
"Ya, bukankah kamu tak mau aku berdekatan dengan mu?" Ucap Krist.
"B-bagaimana jika Clara menemuimu nanti" Lirih Singto.
"Aku akan dengan senang hati bertemu Clara, dan jika benar dia terus menghantuimu, aku akan meminta dia berhenti melakukan itu" Ucap Krist.
"T-terserah" Ucap Singto sambil merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.
Terdengar suara pintu kamar di buka, lalu tertutup, itu artinya Krist sudah keluar dari kamarnya.
Entah kenapa Singto merasakan atmosfer yang berbeda sekarang, bulu kuduknya tiba-tiba merinding, perlahan Singto membuka selimut yang menutup seluruh tubuhnya. Gelap... Ya, sekarang sangat gelap, bukankah kamarnya terang tadi?
"K-krist... A-apa kamu mengerjai ku!" Lirih Singto dengan tubuh yang bergetar.
Bukankah Krist tahu sendiri Singto sangat takut dengan kegelapan? Kenapa Krist tega mematikan lampu kamarnya.
Tirai kamar bergerak tak karuan sehingga membuat Singto dapat melihat cahaya bulan yang terang melalui kaca kamarnya.
"Sing..." Terdengar suara dingin dan menyeramkan menyebut namanya.
"C-clara.. hikkss.. pergi ku mohon..." Gumam Singto sambil menutup telinganya.
"Singto..."
"Sing..."
"Pergi!! Pergi!! Kenapa kamu terus menemui ku!! Krist mengatakan jika dia merindukan mu tadi! Pergi temui dia sekarang, dan jangan ganggu aku!" Teriak Singto.
"Berhati-hatilah dengan Chimon..." Ucap Clara sehingga membuat Singto menatap pada bayang hitam di dekat kaca kamarnya.
"Huh... M-maksud mu" Gumam Singto.
Bayang hitam itu menghilang dan kamar Singto kembali terang. Ada apa dengan Chimon? Apa Clara juga mengenal Chimon? Tapi bukankah Chimon baru berkenalan dengan mereka setelah Clara meninggal?
***** "Apa kamu baik-baik saja?" Ucap Krist menyadarkan Singto dari lamunannya.
Singto memang berjalan sambil melamun sejak tadi, dan tak menyadari jika Krist berada di dekatnya sekarang.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"A-aku--"
"Selamat pagi" Ucap Chimon yang baru saja datang.
Singto menatap pada Chimon, kemudian beralih menatap Krist.
"Apa kamu mengenal Clara?" Tanya Singto pada Chimon sehingga membuat Krist dan Chimon sedikit terkejut mendengar itu.
"Clara? Aku tak punya teman yang bernama Clara" Ucap Chimon.
"Kenapa kamu menanyakan itu, Sing?" Tanya Krist penasaran.
Singto hanya menggelengkan kepalanya kemudian memilih untuk pergi dari sana.
"Ada apa dengan teman mu itu, dan siapa Clara?" Ucap Chimon pada Krist.
Krist hanya mengendikan bahunya kemudian memilih untuk pergi dari sana meninggalkan Chimon sendiri.