Part 9

618 70 24
                                    

Celah matahari mulai memasuki ruang kamar membuat singto terbangun dari tidurnya karna merasa silau, dia melihat krist masih betah terlelap di sampingnya dengan memeluk erat tubuhnya.

Ya, krist memang tak pulang semalam itu karna permintaan singto yang tak ingin krist pulang, singto masih takut mengingat kejadian aneh itu.

Singto mendekatkan wajahnya ke wajah krist dan mengecup bibir krist membuat krist terbangun dari tidurnya. Krist membalas lumatan singto sedangkan tubuh singto kini sudah berada di atas tubuh krist.

Tangan krist meraba setiap lekuk tubuh singto, dia mengubah posisi tubuh mereka dengan dirinya yang berada di atas tubuh singto.

Krist mencium ceruk leher singto menghisap dan menjilatnya hingga membuat singto mendesah, krist juga meninggalkan satu tanda kemerahan di sana.

Singto mendongakkan kepalanya memberi akses pada bibir krist agar lebih mudah menjelajahi lehernya.

Tubuhnya bergerak tak karuan karna mendapatkan serangan yang bertubi-tubi, rasanya lubang singto berkedut kencang ingin segera di masuki.

"Krist..." Ucap singto.

"Hmm?" Gumam krist di sela-sela kegiatannya.

"A-ahh... A-aku... Siap..." Lirih singto membuat krist menghentikan kegiatannya dan menatap mata singto.

"L-lakukanlah..." Ucap singto kecil, dia benar-benar malu mengatakan itu tapi dia juga menginginkannya.

Singto membuka celana krist dan memegang milik krist yang sudah mengembung di dalam celananya, ia membuka celana dalam krist dan mengocok penis krist dengan lembut sedangkan krist memejamkan matanya menikmati itu.

Singto mengoral penis krist, menggoda penis tersebut membuat banyak precum keluar dari lubang penis krist hingga di rasa cukup krist membaringkan singto lagi.

Krist membuka celana singto dan membuka lebar paha singto hingga lubangnya terlihat, krist meneguk ludahnya, ini kali pertama dia melakukan ini dengan seorang pria apa lagi itu sahabatnya sendiri.

Krist menatap wajah singto untuk memastikan sekali lagi dan singto menganggukkan kepalanya.

Krist mencium lubang singto menjilat dan menghisapnya hingga lubang itu basah, ia juga mengikut sertakan tiga jarinya untuk mempersiapkan lubang tersebut sedangkan tubuh singto terus menggelinjang sedari tadi karna merasakan nikmat.

Krist mulai memposisikan penisnya di depan lubang singto dan perlahan memasukan itu.

"K-krist... Hikkss... S-sakit..." Gumam singto.

"Sakitnya hanya sebentar" ucap krist sembari terus berusaha untuk memasukan seluruh penisnya.

*Jleb... Milik krist tenggelam sempurna di sertai dengan air mata yang menetes di pipi singto. Wajah singto juga memerah, bibirnya terlihat membengkak namun semua itu malah menambah kesan yang manis di wajah singto. Kenapa krist baru menyadari itu?

"Kamu cantik" ucap krist membuat wajah singto benar-benar tambah memerah, apa benar krist memujinya?

Perlahan krist mulai bergerak maju mundur sembari menikmati wajah indah singto, bibir singto mulai meloloskan beberapa desahan membuat krist bersemangat untuk menyetubuhinya.

Keringat kecil mulai membasahi kening mereka, hentakan krist juga semakin kasar.

"Ketatkan lubang mu, sing..." Ucap krist di sela-sela hentakannya.

Tangan singto mengalungkan indah di leher krist sedangkan bibir singto sibuk membuat beberapa kiss mark di sana.

*Plok... Plokkk... Plokkk.... Beberapa menit kemudian keduanya mengeluarkan cairan mereka bersamaan.

Keduanya saling menatap setelah mencapai klimaks mereka, singto mengusap tanda merah di leher krist hasil karyanya tadi.

"Milik ku" lirih singto di dalam hatinya.

Tiba-tiba krist beranjak dari atas tubuh singto dan melepas penyatuan mereka hingga lubang singto terasa kosong, sperma krist juga banyak keluar dari lubangnya.

"Ayo mandi bersama" ucap krist sembari menggendong tubuh singto.

Setelah mandi dan memakai pakaian lengkap mereka keluar dari kamar singto bersama, di ruang tamu mereka bertemu dengan phi wave.

"Selamat pagi, phi" sapa krist pada phi wave.

"Hmm, apa yang kau lakukan pagi-pagi di sini?" Ucap wave.

"Dia memang menginap di sini" ucap singto.

"Hah? Kapan?" Ucap wave terkejut.

"Semalam" ucap singto.

"Krist memang sering menginap di sini jadi mama sudah tak heran lagi jika melihat dia pagi-pagi berada di rumah kita. Ayo sarapan bersama" ucap mama singto yang baru saja datang entah dari mana itu.

"Sebaiknya aku langsung pulang saja, tante" ucap krist.

"Jangan, ayo sarapan bersama. Papa singto sudah menunggu di meja makan" ucap mama singto.

"Baiklah" ucap krist.

Mereka semua berjalan ke dapur dan duduk bersama di meja makan.

Krist benar-benar merasa tak nyaman sekarang, dia takut kiss mark di lehernya dan di leher singto akan di lihat oleh wave atau orang tua singto.

"Apa kalian berpacaran?" Ucap wave membuat krist tersedak makanan mendengarnya.

"T-tidak, phi" ucap krist.

"Bukankah mama bilang krist sering menginap? Apa yang kalian lakukan?" Tanya wave mulai mengintrogasi.

"Kami berkerja, bukankah aku berkerja di perusahaan krist sebagai sekertaris krist?" Ucap singto.

"Lagi pula apa kamu melupakan kedekatan mereka? Itu hal yang wajar jika krist sering menginap" ucap mama singto yang masih mencoba untuk berpikir positif.

"Ayo berangkat, krist" ucap singto setelah makanannya habis.

Singto juga takut wave akan semakin banyak bertanya, itu sebabnya ia mempercepat sarapannya.

"Kami berangkat berkerja dulu, om, tante, phi wave" ucap krist sopan.

Mereka hanya menganggukkan kepala mereka dan membiarkan krist dan singto pergi dari sana.

"Apa papa tak mencurigai mereka?" Tanya wave pada papanya.

"Tidak" ucap papanya.








*****
Mobil krist masuk ke area tempat parkir kantor dan berhenti di sana.

Setelah krist mematikan mesin mobilnya singto langsung menyambar bibir krist, melumatnya dengan penuh kelembutan dan di balas lumatan juga oleh krist, mereka beradu lidah di sana hingga terdengar suara ketukan pintu membuat mereka terpaksa melepas lumatan mereka.

Krist dan singto sama-sama keluar dari mobil, singto mendengus kesal saat melihat chimon dengan wajah polosnya seakan tak mempunyai salah sama sekali.

"Apa yang kalian lakukan?" Tanya chimon.

"Kami hanya membahas perkerjaan" ucap krist.

Chimon tahu krist berbohong, dia bahkan dapat melihat kiss mark di leher krist dan singto, apa mereka sudah melakukannya hingga sejauh itu?

"Ayo masuk" ucap singto, dia berjalan lebih dulu meninggalkan krist dan chimon.

"Sepertinya dia tak menyukai ku" ucap chimon pada krist.

"Dia memang seperti itu dengan orang baru, cepat atau lambat dia akan terbiasa dengan kehadiran mu" ucap krist.



















Tbc.

Me And You ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang