Terdengar suara pecahan kaca membangunkan Singto dari tidurnya, Singto melepas tangan Krist yang melingkar di perutnya, dia turun dari ranjang, memungut pakaiannya di lantai, kemudian memakainya.
Singto berjalan ke balkon kamarnya, dia melihat banyak pecahan kaca di sana.
Orang gila mana yang melempar kaca rumah orang sembarangan?
Singto melihat sebuah batu yang di selimuti oleh kertas, dia mengambil batu tersebut dan melihat isi kertasnya.
Aku akan membunuhmu! Tulisan di kertas tersebut.
Singto menatap ke bawah, dia melihat seperti seseorang berdiri di dekat kegelapan, Singto mengucek matanya memastikan sekali lagi jika itu benar-benar orang.
"Apa yang kamu lakukan disini, sayang?" Ucap Krist.
Krist memang terbangun setelah Singto beranjak dari ranjang.
"Krist, bukankah itu orang?" Ucap Singto sambil menunjuk ke bawah.
"Dia melempar ini menggunakan batu sehingga membuat kaca pecah" Ucap Singto sambil memberikan secarik kertas yang di pegangnya.
Krist membaca tulisan yang ada di kertas itu kemudian dia langsung berlari turun ke lantai bawah.
Singto melihat orang itu masih berdiri disana seakan memang menantang agar mereka temui.
Singto langsung berlari menyusul Krist, saat Krist membuka pintu depan, orang yang di lihat oleh Singto tadi melarikan diri dengan memanjat pagar rumah Singto, Krist melakukan hal yang sama sedangkan Singto membuka pagar dan berlari mengejar Krist.
"Krist, tunggu!!" Teriak Singto.
"Hey... Berhenti!!" Teriak Krist pada orang itu.
Orang itu lari dengan sangat kencang sehingga membuat Krist tak bisa mengejarnya, begitu juga dengan Singto yang sudah menyerah mengejar Krist.
Krist melihat kebelakang, Singto berdiri di tengah jalan, dan di belakang Singto ada sebuah mobil yang melaju kencang.
Krist langsung berlari menghampiri Singto.
"Singto, awas!" Teriak Krist.
Singto melihat ke belakang, sebuah mobil melaju ke dekatnya. Tubuh Singto mendadak kaku, dia masih terdiam karna sangat terkejut.
Krist menarik tangan Singto sehingga membuat mereka sama-sama terjatuh ke samping, dan mobil itu gagal menabrak Singto.
"Kenapa kamu hanya diam, Sing" Ucap Krist.
"A-aku--" ucapan Singto terhenti, dia tampak sangat shock sekarang.
Krist melihat mobil tadi sudah menghilang, dia gagal melihat plat mobilnya.
"Ayo pulang" Ucap Krist.
"K-krist... A-apa tadi aku benar-benar ingin di bunuh?" Ucap Singto yang masih mencerna semuanya.
"Tidak, itu mungkin hanya orang mabuk yang mengendarai mobil secara ugal-ugalan" Ucap Krist sambil menggendong tubuh Singto ala bridal style.
Singto mengalungkan tangannya di leher Krist, dia masih shock, masih mencerna semuanya, apa benar dia ingin di bunuh tadi? Tapi apa salahnya? Bukankah dia tak punya musuh?
"Tadi benar-benar manusia 'kan?" Tanya Singto.
"Apa kamu berpikir tadi hantu?" Ucap Krist.
"A-apa salah ku? Apa ada orang yang tak menyukai ku?" Ucap Singto.
Singto pikir hanya hantu Clara yang ingin membunuhnya tapi ternyata manusia juga mengincar nyawanya.
"Itu mungkin hanya orang mabuk, jangan pikirkan itu" Ucap Krist.
"T-tapi... Siapa orang yang menggunakan Hoodie tadi? Mereka pasti bekerja sama" Ucap Singto dengan wajah pucatnya.
"Entahlah, Sing" Jawab Krist seadanya.
Sekarang mereka sudah tiba di depan rumah Singto, Krist mengunci pagar rumah, dan membawa Singto masuk ke dalam rumah.
Dia merebahkan tubuh Singto dengan perlahan ke atas ranjang, Singto masih terdiam dengan tatapan kosongnya.
"Sekarang istirahat, besok kita ganti kaca balkon mu dengan kaca anti peluru agar tak bisa di pecahkan lagi oleh orang gila" Ucap Krist sambil mengusap rambut Singto.
Singto hanya diam, dia mengeratkan pelukannya di tubuh Krist dan menenggelamkan wajahnya di dada Krist.
Padahal baru 1 minggu dia dan Krist menjalin hubungan, bahkan hantu Clara belum menemuinya, kenapa ada orang gila yang lebih dulu mengincar nyawanya?
****
Papa Singto membuka cctv dekat pagar tempat Singto melihat orang mencurigakan tadi malam, tapi wajahnya benar-benar tak terlihat karna dia menggunakan Hoodie hitam, topi Hoodie menutup kepalanya, dia juga menggunakan kaca mata hitam dan masker."Beruntung Singto baik-baik saja, pa" Ucap mama Singto yang kini sedang menangis karna mendengar cerita dari Krist tentang kejadian tadi malam.
Satpam yang biasa berjaga di rumah Singto memang sudah berhenti, hingga kini mereka belum mendapatkan pengganti, jika semalam ada satpam, orang itu mungkin tak bisa memanjat pagar.
Singto hanya diam sambil memeluk tubuh Krist, sedangkan Krist ikut melihat orang yang tertangkap cctv itu, mencoba mengingat apa dia mengenali postur tubuh itu.
Krist dan Singto memang sudah mengatakan tentang hubungan mereka kepada kedua orang tua mereka, itu sebabnya Singto tak sungkan memeluk Krist di depan kedua orang tuanya sekarang.
"Apa benar kalian tak mengenal orang ini?" Tanya papa Singto pada Krist.
"Aku merasa tak punya teman yang memiliki postur tubuh seperti itu" Ucap Krist.
"Ayo ke kamar ku" Ucap Singto pada Krist.
Krist mengangguk, kini mereka keluar dari ruang cctv, berjalan ke kamar Singto melihat beberapa orang tukang yang sedang mengganti kaca di balkon kamar Singto.
Singto duduk di ranjangnya sambil memperhatikan tukang yang sedang bekerja, sedangkan Krist menghampiri para tukang itu.
Hari ini mereka memang sengaja tak masuk kerja, awalnya Singto ingin merahasiakan kejadian tadi malam pada orang tuanya, tapi Krist sendiri yang mengatakan itu dan meminta untuk melihat cctv depan rumah.
Setelah kaca di ganti, Krist memberi bayaran pada para tukang itu, dan mengantar para tukang itu ke depan rumah.
Singto berdiri di balkon kamarnya, melihat sang kekasih berbicara dengan para tukang.
"Krist..." Ucap Singto sehingga membuat Krist menatap ke atas.
"Apa?" Ucap Krist.
"I love you" Ucap Singto.
Krist tersenyum kecil mendengarnya.
"Kamu tak menjawab!?" Ucap Singto sambil cemberut.
"I love you more" Teriak Krist, sehingga membuat Singto tertawa puas mendengarnya.
Tbc.
![](https://img.wattpad.com/cover/335985448-288-k856098.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And You ✓
FanfictionKrist benar-benar heran, kenapa setiap orang yang menjalin hubungan dengannya pasti akan berakhir tragis? Apa yang salah darinya? *Top Krist, bot Singto.