Chimon melepas pakaiannya dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Dia berdiri di bawah shower yang mengalir, meremas rambutnya sambil memejamkan matanya.
Tiba-tiba air berhenti mengalir membuat Chimon membuka matanya, dia bahkan baru menyadari jika lampu di kamar mandinya mati sekarang.
Chimon memakai handuk, dia ingin membuka pintu kamar mandi namun tak bisa terbuka, bukankah tadi dia menguncinya dari dalam? Apa ada yang sedang mengerjainya sekarang?
"Buka pintunya!!" Teriak Chimon kesal.
Lampu kamar mandi menyala kembali, dan air shower kembali hidup, hanya seperkian detik lampu kembali mati, tubuh Chimon mendadak merinding, dia mendobrak pintu kamar mandi hingga pintunya terbuka dan dia terjatuh ke lantai.
Tirai kamar bergerak dengan sendirinya padahal tak ada angin, bahkan jendela kamarnya tertutup rapat, apa yang menggerakkan tirai? Sesosok bayang hitam muncul di balik tirai sehingga membuat Chimon berteriak ketakutan dan berlari keluar dari kamarnya.
******
"Apa kamu yakin jika kamu baik-baik saja, sayang?" Ucap mama Singto pada anaknya."Aku baik-baik saja, ma. Tak ada yang sakit. Kepala ku hanya pecah sedikit" Ucap Singto sambil menyengir lebar agar mamanya tak khawatir.
"Coba ku lihat" Ucap Wave sehingga membuat Singto mendekatkan kepalanya pada phinya.
"Benar 'kan? Hanya sedikit, tapi kata dokter memang sedikit dalam, dan mendapatkan 3 jahitan," keluh Singto sambil cemberut.
"Tapi beruntung hanya 3, jika lebih dari 3, rambut ku pasti akan di cukur habis agar mempermudah dokter menjahitnya!" Ucap Singto lagi.
Wave terkekeh kecil mendengarnya.
"Krist pasti akan memutuskan hubungan kalian, dia tak mungkin mau mempunyai kekasih yang tak punya rambut" ejek Wave.
"Phi Wave!!" Ucap Singto kesal.
"Lain kali hati-hati bekerja, Sing" Ucap papa Singto.
Krist dan Singto memang sudah sepakat jika mereka tak akan menceritakan kejadian tadi malam kepada siapapun, termasuk orang tua Singto.
Singto mengatakan dia lembur tadi malam, dan kepalanya terbentur meja kerjanya sendiri, itu di lakukan agar orang tuanya tidak terlalu mengkhawatirkan dia.
Wave yang mendengar adiknya masuk rumah sakit langsung pulang, dia hanya pulang sendiri tanpa membawa anak dan istrinya.
"Dimana kekasih mu itu?" Tanya Wave yang tak melihat keberadaan Krist sejak dia datang tadi.
"Ke kantor" Ucap Singto.
"Bagaimana bisa dia meninggalkan mu ke kantor!?" Ucap Wave.
"Ayolah, aku tak sedang sakit parah! Jangan berlebihan, ada beberapa pekerjaan dan meeting penting yang memang tak bisa di tinggal hari ini" Ucap Singto.
Pintu ruangan terbuka, Singto melihat kedatangan orang tua Krist.
"Bagaimana keadaan mu, Sing?" Tanya mama Krist.
"Aku baik-baik saja, tante. Dari mana tante tahu aku disini?" Ucap Singto.
"Krist yang mengatakan pada tante tadi, tante tentu ingin melihat keadaan calon menantu tante kan?" Ucap mama Krist sehingga membuat Singto tersenyum malu mendengarnya.
****
Di lain tempat saat ini, Krist berjabat tangan dengan rekan bisnisnya setelah itu berjalan keluar dari ruang meeting.Jika bukan karna meeting penting yang tak bisa di batalkan Krist enggan meninggalkan Singto sendiri di rumah sakit, walau dia tahu sekarang ada kedua orang tua Singto, dan orang tuanya yang menjenguk Singto tapi rasanya Krist khawatir jika Singto sendiri tanpa dia.

KAMU SEDANG MEMBACA
Me And You ✓
FanfictionKrist benar-benar heran, kenapa setiap orang yang menjalin hubungan dengannya pasti akan berakhir tragis? Apa yang salah darinya? *Top Krist, bot Singto.