Part 1

949 74 7
                                    

***

Hari senin yang cerah menyabut seorang gadis yang tengah terburu-buru melangkah menuruni tangga rumahnya. Ia  kesiangan karna lupa waktu bermain game semalaman.

Rora, gadis berusia 15 tahun yang kini berada di semester pertama sekolah menengah atas.  Hari ini adalah hari pertama ia mendudukkan di bangku SMA. Namun sialnya ia harus terlambat dihari pertamanya, bukankah tidak sopan bagi siswa baru?

"Eomma, rora berangkat sekarang" teriaknya dengan nyaring agar sang eomma yang tengah berada di dapur dapat mendengar suaranya.

"Tidak sarapan dulu sayang?".

"Ande..aku tidak sempat untuk itu"

Ia pun berlari kecil kearah garasi rumahnya, ia mengambil sepeda miliknya yang berwarna pink lalu mengayuhnya menuju rumah sahabatnya yang tepat berada disamping rumahnya.

"Eisa-yaa!!" Teriaknya dari pagar sang pemilik rumah.

Tidak lama setelah itu, pemilik rumah memunculkan diri dari balik pintu yang tadinya tertutup rapat. Lengkap dengan seragam sekolah yang sudah rapi, asa melangkah mendekati rora yang sudah tersenyum lebar menantinya.

"Ini hari pertamamu sekolah tapi kau langsung terlambat" ujarnya lalu memegang stang sepeda.

"Ini salahmu karna mengajakku bermain game sampai lupa waktu" rora memberi pembelaan, tak ingin disalahkan sepenuhnya.

Asa memutar matanya dengan malas, ia tahu  pasti tidak akan pernah menang melawan gadis didepannya meski sudah berusaha.

"Annyeong sahabat-sahabat ku"

Suara dari arah belakang mengejutkan rora dan juga asa yang masih saling menatap dengan sengit.

"Rami-yaa, kau pun terlambat juga! Aku pikir kau sudah pergi duluan meninggalkan kami" ujar rora setelah gadis bernama rami berada tepat disebelahnya dengan menenteng skateboard ditangannya.

"Yaak! Aku lebih tua dari kau, panggil aku eonni mulai sekarang".

"Andee.. wleee" tolak rora seraya menjulurkan lidahnya mengejek.

Asa menggelengkan kepalanya pelan, ia sudah terbiasa melihat kedua sahabatnya bertengkar akan hal sepele seperti sekarang. Ia mulai mengayuh sepeda milik rora, jika menunggu keduanya selesai beradu mulut, maka akan menghabiskan waktu mereka.

"Rami-yaa" panggil rora.

"Wae?"

"Kau pasti merasa keren kan menggunakan itu" ia menunjuk skateboard yang rami gunakan.

"Heumm , bagaimana yaa mengatakannya?" Rami sedikit mempercepat skateboardnya untuk menyesuaikan asa yang tengah mengayuh sepedanya dengan rora yang tengah dibocengnya.

"Tapi bukannya aku memang keren yaa dari mulai lahir" rami menaik turunkan alisnya.

"Hahahahaha" gelak tawa rami mengudara ketika melihat wajah datar rora.

Sepanjang jalan tak henti-hentinya rora dan juga rami terus beradu mulut bak kucing dan anjing yang tak pernah akur. Berbeda dengan asa, gadis itu lebih memilih tidak ikut campur jika kedua sahabatnya tegah bertengkar kecil persis seperti sekarang.

FEELING LOVE [BM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang