part 8

498 64 12
                                    

"Pharita, tunggu"

Ruka, gadis yang memiliki darah jepang itu mengejar kekasihnya yang berjalan didepannya. Ohh, ralat lebih tepatnya mantan kekasih.

"Tunggu dulu" ucap ruka saat berhasil menggapai tangan pharita.

"Ada apa?" Tanya pharita tanpa ekspresi, tidak seperti biasanya yang selalu tersenyum ramah.

"Kamu tidak serius kan untuk mengakhiri hubungan kita" tanya ruka menatap penuh harap mantan kekasihnya.

"Tidak. Aku serius, sangat serius mengakhiri hubungan kita" jawab pharita yang masih mempertahankan raut wajah datarnya.

"T-tapi apa alasannya riri-yaa" tanya ruka sekali lagi.

"Stop panggil aku riri.. Riri sudah tidak ada lagi. Kini hanya ada pharita chaikong!" Ucap putri tunggal keluarga chaikong itu dengan tegas.

"Sekali lagi ku ingatkan, kita bukan lagi sepasang kekasih!" Lanjutnya lalu melenggang pergi meninggalkan ruka yang terdiam kaku ditempatnya.

Ruka. Gadis itu diam dengan mulut yang terkunci rapat. Dirinya masih belum menemukan kesalahannya yang membuat pharita memilih mengakhiri hubungan mereka. Mantan kekasihnya itu jelas berubah hanya dalam waktu satu malam sejak terakhir mereka 'melakukannya'.

Setelah beberapa menit dalam keterdiamannya. Akhirnya ia juga mengikuti langkah kaki pharita yang sudah lebih dulu menuju kelas. Meski dalam suasana hati yang jelas tidak baik, ia harus tetap mengikuti mata pelajarannya hari ini.

Matanya menatap seisi kelas yang sudah dipenuhi oleh para siswa. Netra hitam pekatnya menangkap sosok mantan kekasihnya yang kini sudah berpindah posisi menjadi duduk disebelah asa. Ingin marah tapi ia sadar sudah tidak bisa berbuat apa-apa. Ia melangkah menuju kursinya berada.

"Kau ada masalah apa dengan pharita?" Tanya rami yang kini menjadi teman sebangku ruka setelah posisinya digeser oleh pharita beberapa saat yang lalu.

"D-dia mengakhiri hubungan kami" tutur ruka pelan, rasanya masih menyesakkan ketika mengingatnya.

"Mwo!!" Seru rami dengan nada suara yang menggema didalam kelas. Dia menutup mulutnya tidak percaya. Matanya kini beralih menatap pharita yang seperti tidak peduli dan hanya menyibukkan dirinya dengan handphone yang sedari tadi gadis itu gunakan.

"Yakkkk pharita, apa-apaan kau" rami berdiri seraya berkacak pinggang menatap pharita yang hanya mengangkat alisnya.

"Kenapa kalian pu-"

"Ssttts diam bodoh. Jangan bilang kalau kami sudah putus, nanti banyak siswa yang mendekatinya. Dia kan primadona sekolah" ruka dengan cepat membekap mulut rami yang hampir saja membeberkan status hubungan mereka yang telah berakhir.

"Haisshhhh jinjaa!! Kau habis pegang apa, tangan mu bau sialan!" Ujar rami tentu saja dengan sedikit berbohong. Dia tau sahabatnya itu sedang merasa sedih, jadi dia sebisa mungkin harus menghiburnnya.

"Benarkah?" Tanya ruka sedikit ragu, ia mencium tangannya sendiri untuk memastikan, "tidak bau. Kau jangan memfitnah ku" lanjut ruka setelah memastikan sendiri.

"Sungguh?" Balas rami dengan wajah dibuat bingung"

"Sialan" ruka memukul lengan rami pelan yang justru dibalas dengan keras oleh sahabatnya itu. Tidak terima, ruka pun kembali memukul lengan rami dengan sedikit keras dan lagi-lagi dibalas oleh rami lebih keras lagi. Begitu seterusnya dan tak ada yang mau mengalah diantara mereka. Bahkan tak hanya tangan, kali ini mereka pun sampai menggunakan kaki untuk saling menyerang.

Kegiatan kedua sahabat itu pun tak luput dari perhatian pharita yang ternyata sejak tadi memperhatikan mereka. Ini bukan kali pertama ruka dan rami melakukannya jadi pharita hanya diam dan terus memperhatikan. Namun saat serius melihat dua sahabat itu yang sekarang sudah saling beradu mulut, tiba-tiba ruka melihat kearahnya. Dia dengan cepat memalingkan kembali wajahnya kearah jendela agar tidak ketahuan jika ia tengah memperhatikan mantannya itu.

FEELING LOVE [BM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang