Rami mengerang kesakitan saat dadanya kembali terasa nyeri secara tiba-tiba. Keringat dingin sudah membasahi wajahnya, dan detak jantungnya yang berpacu lebih cepat dari biasanya. Ini bukan kali pertamanya dia merasakan hal seperti saat ini. Gadis shin itu mengibaskan selimutnya dengan kasar, ini masih sangat pagi untuknya merasakan kesakitan yang tidak terbendung seperti sekarang ini.
"Sial, kenapa harus kambuh tiba-tiba" rami dengan tergesa-gesah menghirup oksigen mini yang selalu ia siapkan di meja samping tempat tidurnya.
"Eomma..help" ucapnya berlirih pelan. Dia ingin berteriak untuk melampiaskan sakit yang ia rasa sekarang.
"Tenang rami..kau hanya perlu tenang~" ucapnya pada dirinya sendiri.
Menarik napas panjang dan menghembuskannya secara perlahan dilakukan ramu secara terus-menerus selama beberapa menit. Ini hal yang selalu ia lakukan saat sakitnya kembali kambuh.
"Ahhh majjayo.. aku harus menghubungi dokter choi" ucapnya lalu mengambil handphone miliknya yang selalu ia letakkan diatas meja.
"Yoboseyo rami-ssi" ucap orang diseberang telpon.
"D-dokter, tolong. Rasanya sakit sekali" ucap rami dengan terbata-bata, ia tidak tahan dengan rasa sakit yang tengah ia rasakan.
"Rami-ssi, dengarkan saya baik-baik. Kau hanya perlu menenangkan diri dan menghirup oksigen dengan pelan. Ingat lakukan secara perlahan" ujar dokter choi dengan sedikit panik.
"Huffttt.."
Rami melakun apa yang dokter choi instruksikan tadi.
"Bagus seperti itu rami-ssi. Lakukanlah terus menerus".
Rami menghela napas lega saat rasa sakit yang sebelumnya ia rasakan telah hilang. Meski hanya muncul untuk sesaat, rami tetap tidak siap jika penyakitnya kambuh secara tiba-tiba.
"Gomawo, dokter choi" rami berterimakasih dengan lawan bicaranya.
"Nee.. ingat besok jadwal mu untuk pemeriksaan rutin rami-ssi. Jangan sampai lupa" ucap dokter choi.
"Nee.. dokter choi" ucap rami lalu memutuskan panggilan telpon mereka.
Gadis shin itu kembali menjatuhkan tubuhnya dikasur empuk. Jam dinding masih menunjukkan pukul setengah enam pagi, masih ada waktu untuknya menenangkan diri setelah mendapat serangan tiba-tiba seperti tadi.
Dering telpon yang tengah digenggamnya, berhasil mengambil perhatian rami, ia menghela napas sekali sebelum menggeser tombol hijau yang bertuliskan nama "kukang cebol" disana.
"Heumm wae?" Tanya rami langsung.
"Rami?" Sahut ruka diseberang telpon dengan nada ragu.
"Tentu saja, siapa lagi kalau bukan aku" jawab rami dengan tidak santai, ruka merusak paginya.
"Eohh..sepertinya aku salah nomor" ujar ruka dengan sedikit kekehan,lalu memutus sambungan telpon mereka secara sepihak.
Rami menatap tidak percaya pada handphone miliknya yang sudah menampilkan layar hitam. Ini bukan kali pertamanya ruka melakukan hal seperti tadi.
"Dasar kukang cebol" ucap rami meletakkan kembali handphone miliknya diatas meja. Dia harus bersiap untuk ke sekolah.
Mengabaikan rasa sakit yang beberapa saat yang lalu ia rasakan. Rencana hari dia tidak ingin ke sekolah, rasanya ia tidak bersemangat karna harus bertemu asa dan juga rora nantinya. Masih sangat segar diingatannya tentang apa yang ia lihat kemarin. Kedua sahabatnya sukses membuat hatinya terasa sakit yang tidak bisa rami bendung.
KAMU SEDANG MEMBACA
FEELING LOVE [BM]
FanfictionLee dain atau yang lebih akrab dengan panggilan rora, memiliki dua sahabat bernama enami asa dan shin rami. Mereka bersahabat sejak kecil karna rumah mereka yang berdekatan. Namun tanpa mereka sadari, perasaan yang tidak harusnya ada diantara mereka...