Part 21

309 53 93
                                    

Hehehe i'm back😉😉

~~~🌼🌼🌼~~~~

Selepas kejadian kemarin ketika asa yang tiba-tiba datang kerumahnya, pikiran rora pun mulai tak tenang. Dirinya sebisa mungkin mengalihkan pikirannya dari ucapan asa kemarin padanya. Tapi kenyataannya tidak semudah itu ia bersikap acuh.

Setelah menimang ribuan kali, kini disini lah sekarang rora berada. Tempat yang dipenuhi bau obat-obatan. Dirinya belum siap untuk bertemu lagi dengan rami setelah pengakuan mengejutkan dari sahabatnya itu. Rasa kecewa masih memenuhinya, namun meski begitu rasa khawatir juga timbul secara bersamaan.

"Tidak masalah, rora. Bersikap seperti biasa saja dan lupakan ucapan rami pada mu. Kau hanya perlu menemaninya dan dia akan lakukan operasi, setelah itu tugas mu selesai"

Berulang kali gadis lee itu meyakinkan dirinya sendiri. Sampai akhirnya ia mengambil tas miliknya dan membuka pintu dibagian belakang penumpang. Dia harus pergi menemui rami jika tidak ingin menyesal dikemudian hari.

Rora akhirnya mau datang ke rumah sakit yang sebelumnya telah diberitahu oleh pharita. Dirinya menghela napas berat ketika baru saja menginjakkan kaki di loby rumah sakit. Ia terus melanjutkan langkah lakinya menuju lift yang akan membawanya kelantai 6. Tidak butuh waktu lama, lift pun berhenti tepat lantai 6, ia segera mencari kamar rawat sang sahabat.

Tidak sulit bagi rora untuk menemukan ruang rawat rami. Kini ia pun telah berdiri didepan pintu kamar rawat berwarna biru itu. Perlahan, tangan rora terangkat memegang knop pintu. Ia menghembuskan napas berat sebelum membukanya. Ia terdiam untuk sesaat, didalam kamar sudah ada para sahabat mereka termasuk pharita yang diapit oleh ruka dan junghwan, sepertinya pria itu ikut datang bersam pharita karna sebelumnya ia tidak dekat dengan rami, namun sekarang dirinya ada didalam ruangan ini.

Tatapan rora beralih pada asa dan juga hyein, asa yang duduk di kursi samping brankar rami dan hyein yang duduk di ujung brankar rami.

Rora berjalan mendekati ranjang rami dengan langkah kecilnya. Matanya tidak berkedip menatap sosok rami yang sekarang terlihat sangat lemah. Sangat berbanding terbalik dengan rami yang ia kenal.

"Kau datang?" Tanya rami membuka percakapan. Ia tersenyum lemah melihat rora yang kini berdiri disampingnya.

"Rami.." rora mendesis pelan seraya mengelus punggung tangan rami dengan lembut.

"Kenapa jadi seperti ini? Kenapa kau tidak jujur tentang kesehatan mu?" Lanjutnya dengan suara pelan.

"Maafkan aku. Aku hanya tidak ingin membuat mu dan asa eonni khawatir" jawab rami menatap sekilas asa yang duduk di kursi samping ranjangnya.

"Lalu jika sudah seperti ini apa kau pikir kami tidak khawatir?" Ujar asa dengan suara pelannya.

Rami menggelengkan kepalanya pelan, ia menundukkan kepalanya. Kini rasa bersalahnya pun muncul.

"Maafkan aku. Aku pikir, aku bisa melaluinya sendiri".

"Apa kau tau, dengan kau seperti ini, aku merasa tidak berguna jadi seorang kakak untuk mu" ujar asa lagi, matanya kembali berkaca-kaca melihat rami yang berbaring dibantu dengan selang oksigen yang terpasang di hidungnya.

"Eonni, tolong jangan berbicara seperti itu"

"Yakk! Apa yang kau lakukan!"

Rora berseru saat rami akan melepaskan oksigen yang sedari tadi menjadi penunjang hidupnya saat ini.

"Selain punya masalah paru-paru, apa otak mu juga sudah tidak berfungsi dengan baik?" Asa berujar dengan sarkas.

"Mianhe"

FEELING LOVE [BM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang