Part 2

513 69 11
                                    

Asa melemparkan tasnya kesembarang tempat setelah masuk kedalam kamar miliknya yang sepi. Hari ini sangat melelahkan untuknya. Bukan hanya fisiknya yang lelah, tapi pikirannya yang tak henti-hentinya seakan berdemo entah karna apa. Dia merutuki dirinya sendiri karna bersikap sedikit berlebihan kepada rora tadi. Tapi itu karna dia tidak sengaja. Sungguh!. Dia hanya kaget dan refleks melakukannya.

Gadis bermarga enami itu merebahkan tubuhnya yang lelah dikasur kasur empuk nan dingin. Kepalanya sudah mulai berdenyut sakit karna memikirkan sesuatu yang dia sendiri tidak tau apa jawabannya. Ia berjalan menuju balkon kamarnya yang langsung menghadap ke jendela kamar sahabat kecilnya, rora. Lampu kamar gadis lee itu belum juga menyala menandakan ia juga belum pulang, tapi jam sudah menunjukkan hampir tujuh malam. Tidak biasanya ia pulang terlambat seperti ini pikir asa.

Saat hendak kembali masuk kedalam kamar, lampu kamar rora tiba-tiba saja menyala. Asa tersenyum lega karna gadis itu baik-baik saja. Namun senyum luntur saat siluet tubuh rora yang mulai melepas bajunya sendiri terpampang begitu jelas karna lampu kamarnya yang menyala.

Asa menggeram kesal, sudah berkali-kali ia memperingati rora jika ingin melepas baju, dia harus mematikan lampu kamarnya terlebih dahulu, tapi anak kecil itu sepertinya lupa lagi akan perintah asa. Iyaa! Ini bukan pertama kalinya rora melakukannya.

"Bocah bodoh. Dia masih muda tapi sudah pelupa" kesal asa dan mengambil kasar handphone miliknya yang ia letakkan tadi dia atas meja.

"Waeeee!"

Suara keras diseberang telpon mengejutkan asa.

"Rami-yaa. Cepat hubungi rora katakan dia harus mematikan lampu kamarnya lebih dahulu sebelum melepas bajunya sendiri" jelas asa mampu membuat rami menggeram kesal.

"Yakk!! Kau kan punya nomor teleponnya. Kau hubungi sendiri saja. Kau mengganggu waktu ku eonni"

"Lakukan atau-"

"Siap laksanakan yang mulia"

Belum selesai asa meluncurkan ancamannya, rami lebih dulu melakukan perintah asa. Dia tau segala jenis ancaman asa adalah malapetaka baginya, maka dari itu ia harus melindungi dirinya lebih dulu

Tutt..tutt..

Asa tersenyum puas, dia tau rami tidak akan menolak permintaannya. Ya meskipun terpaksa karna dia harus diancam lebih dahulu. Asa kembali berjalan kearah balkon kamarnya dan melihat lampu kamar rora sudah mati. Udar malam kali ini sangat sejuk menerpa wajah asa yang kini memejamkan mata.

Brakk..

"Eonni!!"

Asa menggeram kesal karna gadis yang coba ia hindari untuk sesaat tiba-tiba saja masuk dan membanting pintu kamarnya dengan kasar.

"Kenapa kesini? Sana pulang dan istirahat" asa memutar kembali tubuh rora ke arah pintu.

"Lepas!" Sentak rora saat asa mendorongnya dari arah belakang.

"Eisa eonni kau ini kenapa? Apa aku ada salah?" Tanya rora sebab tingkah asa yang tiba-tiba saja berubah.

"Aku? Aku kenapa?" Tanya asa balik.

"Jika tidak ada apa-apa kenapa kau meninggalkan aku di sekolah tadi".

Asa menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia tengah memikirkan alasan yang tepat agar gadis didepannya tidak terus-menerus memborbardirnya dengan pertanyaan.

"Heumm..tadi aku ada urusan mendadak. Iya tepat sekali urusan mendadak" jelas rora namun rora masih melihat gelagat mencurigakan sahabatnya.

"Kau bohong eonni" ujar rora dengan suara rendahnya seraya maju selangkah mendekati asa yang langsung memundurkan tubuhnya.

FEELING LOVE [BM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang