Part 19

415 60 23
                                    

😉😉

~~~🌼🌼🌼~~~

Asa duduk santai di gazebo taman belakang rumahnya, sebelah tangannya menopang dagu sementara tangan sebelahnya memegang handphone menunggu panggilan dari rora atau setidaknya pesan singkat yang dia kirimkan.

Bukan tanpa alasan, sejak asa meninggalkan rumah tuan kim kemarin, perasaannya menjadi gelisah tidak tenang. Meski kecewa atas pilihan yang rora ucapkan kemarin, asa tidak memungkiri jika ia tengah diliputi rasa khawatir yang teramat besar pada sahabatnya itu.

Asa menghela napas berat, ia beranjak dari gazebo. Tujuannya saat ini ingin kerumah nyonya lee, ia tengah merindukan rora. Dan yang terlintas dipikirannya adalah kamar gadis itu. Mungkin saja itu bisa mengurangi sedikit rasa rindunya?.

Langkah asa kian melambat, kerutan di dahinya terbentuk melihat mobil sedan hitam yang terparkir didepan halaman rumah rami. Rasa penasarannya mendorong dirinya untuk mengubah haluan kearah rumah sahabatnya itu, mengurungkan niat untuk kerumah rora.

"Bibi han" panggil asa pada pekerja yang ada di rumah rami.

"Siapa yang datang? Apakah eomma shin sudah pulang?" Tanya asa penasaran sebab ruang tamu dan juga ruang tengah tidak ada orang lain selain dirinya dan juga wanita paruh baya yang ada didepannya saat ini.

"Eohh,,bukan nona, asa. Tapi itu dokter choi, dia datang memeriksa nona rami di kamarnya sekarang" jelas wanita paruh baya itu.

Mata asa membulat sempurna, ia merasa parno sendiri jika mendengar nama dokter pribadi rami tengah berada di rumah sahabatnya. Dengan langkah cepatnya, ia berjalan menaiki tangga menuju kamar rami.

Cklekk..

Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, asa menerobos masuk kedalam kamar rami. Benar saja dugaannya, jika rami sedang dalam kondisi buruk. Dua orang didalam kamar itu pun kompak menoleh kearah pintu yang terbuka. Rami memejamkan matanya erat-erat saat mendapati asa yang tengah berdiri diambang pintu dengan dada yang naik turun, mengatur napasnya sendiri karna berlari menaiki tangga.

"A-apa kondisi rami semakin buruk, dokter?" Tanya asa berusaha setenang mungkin, meski perasaannya sudah tidak mulai tenang melihat rami didepannya tengah memakai alat bantu pernapasan.

"Eonni, aku baik-baik saja".

"Diam, aku tidak bicara dengan mu" ucap asa menatap rami yang nampak lemah saat ini.

"Nona asa. Seperti yang saya katakan sebelumnya, jika nona rami tidak segera melakukan operasi maka kondisinya akan semakin buruk. Dan kesehatannya pun akan semakin menurun seiring berjalannya waktu" jelas dokter choi.

"Atur jadwalnya sekarang dokter. Ak-".

"Ande! Eonni. Aku bisa sembuh tanpa melakukan operasi" Rami dengan cepat menyela ucapan asa. Ia melepaskan alat bantu pernapasan yang sejak tadi digunakannya.

"Yakk! Apa yang kau lakukan!" Seru asa melihat tindakan ceroboh yang rami lakukan.

"Dokter choi, katakan jika aku tidak harus operasi"

Sang empu nama terdiam untuk sesaat, dihelanya napas berat saat mendapati tatapan penuh harap dari gadis didepannya, "dengan sangat menyesal saya harus mengatakan jika anda harus melakukan prosedur operasi itu, nona shin. Prosedur itu dilakukan untuk memperbaiki kembali jaringan paru-paru anda yang telah rusak parah. Itu pula yang mengakibatkan anda sering mengalami kesulitan bernapas. Dan jika anda masih kekeh tidak ingin melakukan operasi, saya takut itu akan menjadi sebuah penyakit komplikasi yang bahkan bisa meningkatkan resiko gagal ginjal nantinya" jelas dokter choi meluruhkan air mata rami.

FEELING LOVE [BM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang