Part 3

97 11 0
                                    

Pria itu datang ke kampus hampir setiap hari. Im Sol heran bagaimana pihak kampus memperbolehkan orang aneh dari luar masuk seenaknya. Sejauh ini nasibnya masih aman. Ia bahkan tidak pernah kontak mata dengan pria itu.

Orang-orang di kampus mulai mengenal pria itu dengan nama Ryu Shi Oh. Terdengar kabar Shi Oh sedang berusaha mendekati seorang gadis untuk masuk agensinya, jadi ia datang setiap hari ke sini seperti stalker. Bikin merinding saja.

Walaupun Im Sol tidak sering membahasnya, ia tidak lupa bagaimana pria itu memukulnya dengan botol alkohol sampai pecah dan mengatainya tikus. Mungkin ia harus sedikit bersyukur bagaimana pria itu tidak mengenalinya. Syukurlah. Im Sol ingat soal bagaimana taringnya keluar saat ingin menerkam leher pria itu.

Kalau dipikir pikir posisinya buruk sekali, kalau benar pria ini berbahaya, maka Im Sol jelas akan mati lebih cepat. Bagaimana pun untuk saat ini dengan keterbatasan biaya, ia hanya bisa mengamati apa yang dilakukan pria itu.

Popularitas pria bernama Shi Oh itu melonjak di kampus, meski bukan mahasiswa dan hanya orang luar, gadis gadis tidak menyembunyikan kekaguman mereka dan terus mengerumuni pria itu dengan surat dan hadiah.

Im Sol cepat cepat pulang tidak peduli kerumunan yang berada cukup jauh darinya. Hari ini lelah sekali, ia harus minum darah dengan aman dan pergi bekerja setelahnya.

Perasaan cemas mulai muncul saat Im Sol menyadari kehadiran Shi Oh di sekitar apartemennya. Hanya kebetulan bukan? Barangkali pria itu mabuk seperti terakhir kali mereka bertemu malam itu. Im Sol ragu untuk meninggalkan apartemen, namun akhirnya ia keluar dan mendapati seorang pria tampan bernama Ryu Shi Oh ada di depan pintu apartemen nya.

Pria itu tersenyum tipis.

"Apa yang kau lakukan di sini?" ucap Im Sol pelan.

" Ah maaf aku hanya melihat lihat apartemen di sini, pemilik apartemen bilang kau butuh roomate." ucap pria itu ramah.

"Kau benar, tapi kalau pria aku agak..." ucap Im Sol pelan sambil menatap mata hitam legam itu.

"Tentu saja aku tidak memaksa, tapi kalau kau mau apartemen ini bisa direnovasi agar menjadi dua ruangan , jadi tidak perlu khawatir."

Ini mimpi buruk, tapi memang apartemen ini terlalu mahal untuk ditanggung sendiri. Tapi bagaimana dengan nyawanya. Im Sol bingung sekali.

"Maaf tapi... " ucap Im Sol

Pria itu tersenyum lagi. Ia memberikan kartu nama dan nomor telpon tanpa ragu.

"Kau bisa menghubungiku jika berubah pikiran. Aku permisi dulu." Shi Oh kemudian pergi begitu saja dari hadapannya.

Apa yang pria itu pikirkan? Makhluk bodoh mana yang akan menerima seseorang seberbahaya Ryu Shi Oh sebagai seseorang yang akan dijadikan teman berbagi ruangan? Membuat gila saja.

Im Sol tidak bisa menutupi rasa cemas dan tertekan di wajahnya. Buruk sekali. Orang bodohana yang tidak menyadari ada sesuatu yang diinginkan pria itu darinya?

Apa mungkin kebetulan? Tapi pria itu kemungkinan masih ingat dengan wajahnya malam itu. Im Sol mengacak ngacak rambutnya gusar. Benar, ia memang harus menolak tawaran itu. Nyawanya lebih penting daripada biaya apartemen yang mahal. Lebih baik mengerjakan banyak pekerjaan dibandingkan satu ruangan dengan lelaki gila itu!!

Mungkin akan lebih baik jika ia menemukan tempat tinggal yang lebih murah.

RYUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang