1

220 4 0
                                    

•••

Askara Devano, pemuda berusia 16 tahun itu memandang tas nya yang ada di dalam air di taman sekolah nya.

" Aduh Askara, sorry banget ya. Gue sengaja jatuhin tas lo ke air. " Perempuan cantik itu memandang seolah tak ada rasa bersalah, gadis itu bernama Linara Karini. Putri kepala sekolah tempat dia bersekolah ini, Askara hanya bisa terdiam memandang dan mengambil tas nya.

" Nara, ada apa ini? " Suara lelaki yang begitu Askara kenal membuat Linara yang sering di panggil Nara itu menoleh, Nara berlari memeluk lengan pemuda tampan yang menghampiri mereka.

" Sayang, tadi aku gak sengaja jatuhin tas Askara. Gak papa kan? " Pemuda itu memandang Askara, tidak ada respon kecuali membelai manja Nara sekarang.

" Gak papa kok, lagian dia juga yang salah. Anak gak guna. " Sakit sekali rasanya hati Askara mendengar kata-kata pedas itu keluar dari bibir Deon, Deondra Awantara.

" Ya udah sayang, aku ke kelas dulu ya. " Pinta Nara, Deon mengangguk lalu mendekati Askara yang menatap Tas nya.

" Mangkanya, lo gak usah belagu. Lo kira gue bakal biarin lo mutusin gue tanpa ada konsekuensinya. " Setelah mengatakan itu Deon pergi meninggalkan Askara.

Beberapa hari lalu memang Askara dan Deon baru putus, itu karna Deon yang selalu mementingkan Ego nya di banding perasaan Askara. Deon lalu berpacaran dengan Nara agar bisa memanas-manasi Askara, hingga akhirnya Askara di bully di sekolahnya karna ada rumor bahwa dia adalah Homo.

Askara memasuki kelas, banyak yang mempertawakannya karna tas nya yang basah. Dirinya di hina di caci dan di maki, Berbagai kata-kata pedas keluar dari teman sekelasnya sendiri.

" K-kursi ku kok ada di atas lemari? " Tanya Askara menatap kursinya yang berada di atas lemari yang ada di kelasnya, semuanya hanya tertawa. Askara lalu menatap Deon bersama teman-temannya yang melihat dan tertawa, Askara tau siapa yang meletakan ini.

" Deon! Turunin kursiku. " Panggilnya, Deon yang duduk di meja nya itu menoleh. Deon perlahan mendekatinya.

" Emang gue pikirin? Ambil aja sendiri, oh gue tau. Lo gak bisa kan? Karna lo Botti, banci! " Kata Deon, hati Askara berdenyut sakit. Se hina itukah dia di mata Deon? Sudah jelas dia berubah seperti itu karna Deon, tapi kenapa hanya dia yang kena impasnya.

" Emang nya kenapa kalo gue Botti? " Marah Askara, semuanya lalu tertawa mendengar jawaban Askara itu.

" Lah ngaku, Botti-Botti. Orang kek lo tuh gak pantes hidup di sini, lu tuh aib keluarga tau gak. " Perkataan Deon begitu menusuk hatinya, dia memang sudah perlahan terbiasa. Tapi tetap saja rasanya sakit untuk menerima perkataan-perkataan pahit itu.

" Eh guys gue punya permainan nih, kalo dari kalian berani buat si Botti ini sampai mau bersujud dan mencium kaki gue. Gue bakal bayar kalian 5 juta, gimana? " Perkataan Deon sontak membuat kelas heboh, mereka dengan bangga nya mengiyahkan lalu berbaris seolah sudah siap memperlmalukan Askara.

" Deon... " Perkataan pelan dari sang Botti di belakangnya membuat Deon berbalik, menatap Askara yang sekarang mata nya sudah memerah.

" Waduh gawat nih De, nangis tu sih Botti. " Ucap teman-teman Deon, Deon tersenyum miring lalu mendekati Askara.

" Kenapa? Mau nangis ya nangis aja, kan lu Botti? Cengeng, gak sekalian jual diri lu ama Homo lain hah? "

Plak.

Sebuah tamparan mendarat di pipi kiri Deon, tangan yang awalnya selalu membelai pipi nya manja malah kini menamparnya dengan kuat. Deon memegang pipi nya yang memerah lalu menatap Askara yang menangis, air mata Askara jatuh dari matanya yang indah.

AskarakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang