24

4 0 0
                                    

Jangan lupa vote and komen!

•••

Di sinilah Gara sekarang, dia tak dapat berbuat apa-apa lagi. Sudah beberapa hari dia tidak bertemu dengan Askara dan hanya berdiam diri di rumah Aeelin, jika membantah. Maka suntikam dana yang ayah Aeelin berikan akan di tarik lagi dan membuat perusahaanya bangkrut, cuma ini satu-satunya cara agar peninggalan keluarganya bisa ia jaga.

” Tuan muda. ” Panggilan itu membuat Gara menoleh, wanita berkaca mata itu menundukan kepalanya saat mendapatkan tatapan nyalang dari tuan mudanya.

” Maaf, saya tidak bisa memberitahu anda. Saya tidak mau anda yang masih di umur  belum produktif bekerja keras demi hal yang seharusnya bukan tanggung jawab anda, belum saat nya anda untuk mengetahui ini. Tapi— ”

” Tapi kenyataanya gue udah tau, udahlah. Penyesalan memang selalu datang di akhir, dan tentang umur yang gak produktif. Gue sudah berumur 16 tahun bahkan sebentar lagi 17 tahun, usia itu seharusnya sudah cukup. Tapi kenapa lo gak beri tau gue dari awal, gak bakal gini jadinya. ” Gara berucap dengan datar, salahnya karna mengira semuanya baik-baik saja. Seharusnya dia mengerti karna sekarang dialah kepala keluarga, dia terlalu sibuk dengan masa remaja dan percintaanya yang rumit bersama Askara.

” Gimana keadaan sekolah? ” Tanya Gara, Jeny yang terdiam sedari tadi mulai membenarkan kaca matanya bersiap untuk menjawab pertanyaan tuannya.

” Sekolah baik-baik saja tuan muda, masalah siswi bernama Linara Karini yang terjadi beberapa bulan lalu pun sekarang gosip nya telah sirna. Nama sekolahan kita sudah mulai membaik, dan juga berita bahwa... ” Jeny menjeda ucapannya, Gara yang menjadi heran lantas menatap Jeny penuh tanya. Ada berita lain selain masalah Nara koma itu?

” Berita apa? ”

” B-berita bahwa sekolahan kita mempunyai murid kelainan pun sudah tak terdengar lagi. ”

” Kelainan? Maksudnya? ”

" G-gay tuan muda. ”

Deg.

Sedikit Gara mengerti, ternyata berita cinta segitiganya telah menyebar di sekolah. Ia kira belum, pasti ada beberapa orang yang curiga dan menerka-nerka hubungan mereka yang nampak aneh.

” Gimana murid yang lo maksud keadaanya? ” Tanya Gara mulai tersenyum simpul, dia rindu dengan pemuda manis yang terlihat polos di matanya.

” Maksud anda Andrew? ”

” Hah? Andrew siapa? ” Tiba-tiba Gara mulai menatap Jeny sepenuhnya, penuh kejut dan juga keheranan. Ia kira itu Askara, Andrew? Siapa lagi lelaki itu.

” Andrew kelas 12 Ipa 1, sekarang menjadi kakak kelas tuan muda. ”

” Ohh... Aku kira berkisaran adik kelas 10. ”

” Maksud anda Askara 10? ”

” Emm. ”

” Masalahnya tak terlalu buruk, karna dari isu anda akan mengeluarkan siapa saja yang berani mengejeknya. Apa itu benar? ” Jeny bertanya, tetapi Gara tak menjawab pertanyaan itu. Pemuda itu malah pergi begitu saja, Jeny tau kalau isu itu benar melihat tingkah Gara. Tuan mudanya itu mudah di tebak, bersikap sok dewasa, padahal Gara itu hanyalah remaja yang memprihatinkan baginya.

Tewasnya kedua orang tua menjadi dampak buruk bagi kehidupan Gara, memang Gara itu tak dapat kasih sayang secara full dari mendiang orang tuanya. Membuatnya tidak tau rasanya bagaimana hangat nya keluarga, Gara pun di besarkan dengan pengasuh yang berbeda-beda pertahunnya.

Karna itu Gara tak punya hati untuk menaruh rasa sayang layaknya keluarga di sekitarnya, saat orang tuanya tewas pun Gara tak menangis. Bukan salah nya karna bersikap seperti itu, dia saja menganggap kedua orang tuanya sama saja dengan orang luar atau orang yang ia kenal saja.

AskarakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang