01.

176 7 4
                                    

Rasa sakit karena kehilangan tidak sembuh. Perasaan itu mendiami hati setiap orang yang mengalaminya. Dua nisan baru yang berdampingan membuat siapapun akan sesak memandanginya. Kepergian-kepergian yang mendadak, tidak ada satupun orang yang sudah bersiap sedia merasakannya, mustahil. Manusia membuat persiapan untuk banyak hal tapi sama sekali tidak ada persiapan untuk menghadapi kepergian orang-orang yang disayang. Bahkan mungkin jika ada orang yang membuat persiapan untuk menghadapi kehilangan, rencana itu akan langsung gagal sejak dibuat karena membayangkan kehilangan saja sudah berat melebihi apapun. Berapa kali pun kehilangan akan terulang, kata terbiasa tidak pernah menjadi gambaran akhir dari kondisi menyedihkan itu.

Isak tangis seorang laki-laki dewasa pecah saat semua orang meninggalkan pemakaman. Laki-laki yang biasanya selalu pulang pada keluarga satu-satunya yaitu mendiang, kini tinggal seorang diri di dunia. Sendirian dalam kesepian dan dititipkan seorang malaikat kecil berusia 2 tahun 6 bulan yang saat ini sedang berjuang sembuh di rumah sakit karena menjadi satu-satunya korban kecelakaan yang selamat.

Laki-laki itu Ryu, anak bungsu yang ditinggal meninggal orang tuanya ketika kecil karena kecelakaan pesawat. Hidup hanya berdua dengan kakak laki-lakinya, Rio yang saat ini sudah ikut ke surga bersama orang tua serta istrinya. Seumur hidup, Ryu hanya punya Rio di hidupnya sebagai tempat pulang dan bercerita. Rio adalah pahlawan untuk Ryu sang adik. Rio yang menikah memberikan sosok ipar yang baik untuk Ryu serta keponakan kecil laki-laki yang menggemaskan. Hari di mana kebahagiaan itu ada, meski tidak lengkap tapi Ryu bahagia karena Rio dan dirinya hidup dengan baik di dunia.

Sesaat mengingat masa lalu, rasanya tidak sesedih saat ini. Saat-saat di mana rumah kakaknya masih bisa dikunjungi, ada kakaknya dan kakak iparnya juga, dua orang yang selalu Ryu butuhkan untuk terus punya alasan bertahan hidup dan melawan kesepian kini telah pergi untuk selama-lamanya. Ryu benar-benar tidak punya alasan lagi untuk terus bertahan hidup selain anak kecil yang sedang terbaring di rumah sakit. Anak kakaknya, yang saat ini yatim piatu dan hanya ada Ryu sebagai satu-satunya wali anak itu. Rasanya seperti dikutuk, Ryu kehilangan orang-orang yang disayangi berkali kali. Orang tua yang menyayanginya, Kakak satu-satunya yang rela melakukan apapun untuk Ryu agar bangkit dari keterpurukannya, dan kakak ipar yang baik hati, semua pergi meninggalkan Ryu.

Ryu sesenggukan tidak bisa berhenti menangis di depan dua kuburan. Sejak ditinggal orangtuanya, hal yang paling Ryu takutkan adalah ditinggalkan Rio, kakak satu-satunya. Bukan, bukan karena Ryu tidak mandiri tapi karena Ryu tidak punya anggota keluarga lain. Lalu hari ini, ketakutannya menjelma kenyataan paling pahit untuk diterima. Ryu tinggal sebagai satu-satunya yang hidup dengan luka kehilangan yang cukup besar.

Ryu sama sekali tidak menyangka bahwa malam tadi adalah pertemuan terakhirnya dengan Rio. Rio dan istrinya mengajak Ryu makan malam di luar. Pertemuan mereka selalu hangat. Rio dikaruniai keluarga kecil yang bahagia, keluarga yang Rio idam-idamkan dengan seorang anak kecil di antara mereka. Mereka berpisah di parkiran, Ryu pulang ke rumahnya sendiri, Rio juga pulang ke rumahnya sendiri bersama keluarga kecilnya. Namun di perjalanan pulang, mobil Rio menabrak pohon yang ada di pinggir jalan, besar kemungkinan karena hujan deras dan jarak pandang yang pendek.

Rio dan istrinya Nia dinyatakan meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit sementara anak mereka kritis dan dioperasi karena geger otak. Sungguh Ryu hampir gila merasakan duka ini sendirian.

"Gue balik ya, Kak. Arsel sendirian di rumah sakit dan belum siuman. Operasinya berhasil. Gue bakal jagain anak lo. nggak usah khawatir, dia bakal baik-baik aja sama gue." Ryu menghapus air matanya dengan cepat. Berat sekali meninggalkan makam tapi berat juga untuk Ryu meninggalkan Arsel di rumah sakit sendirian.

Ryu kembali ke rumah sakit untuk menunggu anak itu siuman. Tatapan nanar Ryu lewat kaca pada Arsel yang terbaring lemah dan belum bisa dijenguk itu menyiratkan banyak ketakutan. Sudah berjam-jam lewat tapi rasanya waktu tidak berjalan saat Ryu menunggu. Lalu lalang manusia yang sibuk di rumah sakit adalah bukti bahwa dunia terus berlanjut tanpa ada hambatan apapun. Ryu memutar ingatannya ke malam terakhir bertemu Rio, sebelum kecelakaan terjadi. Arsel masih berusia 2 tahun 6 bulan dan sudah kehilangan kedua orangtuanya. Bagaimana Ryu akan menggantikan peran kakaknya dengan baik. Hal itu memenuhi pikiran Ryu.

A SymbioticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang