Gemuruh riuh meramaikan suasana setelah pengucapan janji pernikahan dan pasang cincin di pernikahan privat dengan konsep intimate wedding outdoor yang dipilih Ryu dan Aya. Para tamu undangan menunggu Ryu mengecup bibir Aya setelah keduanya resmi menjadi sepasang suami istri.
Namun di tempatnya berdiri, Aya deg-degan dan tidak siap tapi tidak bisa protes dalam keramaian bahkan sedang dalam sorotan orang-orang. Ryu menatapnya dengan senyuman, keduanya tahu itu hanya acting. Ryu memajukan wajahnya dan mengecup kening Aya sebentar.
Aya merasa lega dalam hati meskipun beberapa kenalan Ryu terdengar kecewa karena Ryu tidak mengecup bibir Aya, beberapa undangan lain maklum barangkali Aya dan Ryu malu.
Langit di hari pernikahan begitu cerah ditambah dekorasi dominan putih dari bunga segar putih bercampur bunga berwarna pink dan ungu menghiasi taman yang dipenuhi kursi-kursi kayu berbalut pita indah. Aya begitu cantik dalam balutan dress pengantin berlengan balon dengan potongan leher berbentuk V. Design baju yang sangat sederhana tapi terlihat begitu indah di tubuhnya. Ryu dalam balutan jas juga begitu menawan dan karismatik. semua orang benar-benar berbahagia untuk pernikahan keduanya. Suasana sakral begitu kental terasa.
Aya dan Ryu dengan senyuman palsunya terlihat seperti pasangan paling bahagia yang akhirnya bisa menikah. Sedangkan ibu Aya, aura bahagia terpancar jelas dari raut ibunya yang menyaksikan anak perempuan satu-satunya menikah. Perasaan yang benar-benar bahagia melebihi segalanya.
Sesi demi sesi acara dilewati dengan lancar dan berlimpahan doa-doa baik untuk pernikahan Ryu dan Aya. Teman-teman dan kolega Ryu datang memberi ucapan selamat begitupun dengan kolega Aya.
Ibu Aya dan Lian datang menghampiri dengan senyum sumringah tercetak jelas di wajah. Aya dan Ryu dipeluk penuh kasih.
"Ryu, Mama titip Aya, ya. Tolong jaga dan sayangi Aya sepenuh hati. Semoga rumah tangga kalian selalu diberkahi." Ibu Aya berbisik kecil pada Ryu dibalas anggukan cepat olehnya. Kalimat yang penuh harap untuk pernikahan yang punya batas waktu.
"Mama percaya Ryu, Nak." Kata terakhir yang keluar dari bibir ibu Aya membuat Ryu beku. Panggilan yang sudah tidak pernah Ryu dengar sejak bertahun-tahun lalu kini terdengar lagi saat seseorang memanggilnya. Tapi kali ini, kehangatan kasih ibu yang dirasakan Ryu dari ibu Aya diiringi perasaan bersalah karena berbohong. Ryu diberi kepercayaan tapi sebenarnya Ryu tidak seperti yang dipikirkan.
Ryu rindu merasakan posisinya sebagai anak lagi, ibu Aya mengembalikan posisinya sejenak barusan tapi bagi Ryu, ia merasa tidak pantas menerimanya karena Ryu tidak sebaik yang ibu Aya kira.
Ryu dipeluk kembali dengan hangat. Elusan tangan mertuanya di punggungnya menjalarkan ketulusan dan kasih sayang yang sulit Ryu jelaskan. Entah, bagi Ryu, semuanya memang terasa begitu sungguh-sungguh.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Symbiotic
RomanceApapun yang terjadi, waktu terus berjalan dan tidak berhenti meskipun Aya ingin bernapas tanpa beban sehari saja. Seumur hidup Aya selalu meyakini bahwa cobaan yang ia dapatkan pasti sesuai dengan kapasitasnya sebagai seorang manusia. Namun keyakina...