Dipukul, ditendang, dicaci maki ataupun dihina memang menyakitkan tapi Aya bisa tahan dengan semua itu. Namun dihantui rasa bersalah karena tidak bisa melakukan apapun adalah siksaan terberat bagi Aya. Ada dalam kondisi kehilangan semua yang ia miliki, hilang harapan untuk bisa memberi pengobatan yang terbaik bagi ibunya, menutup kesempatan bagi adiknya untuk mengejar mimpi yang diinginkan, harus memikirkan membawa ibu dan adiknya tinggal di tempat layak tapi hanya punya sedikit uang sisa gaji dan melanjutkan hidup benar-benar membuat Aya merasa berada di ujung jalan buntu.
Aya kehabisan cara namun waktu tidak berhenti sedikitpun. Seandainya ada mesin penjeda waktu akan Aya gunakan saat itu juga. Setidaknya tidak memperburuk masalah selagi dirinya memikirkan solusi lain yang rasanya sudah habis dipakai di masa-masa yang sudah terlewati.
Setidaknya Aya bisa menjeda waktu agar penyakit ibunya tidak bertambah parah untuk sesaat, menjeda waktu agar tidak terlalu cepat berlalu dan keberangkatan Lian keluar negeri hanya terhitung bulan. Membayangkan Lian mati-matian belajar bahasa asing, mengikuti banyak kursus dengan uang sendiri hasil mengajar anak-anak orang kaya baca tulis dan hitung sepulang sekolah dan hari libur sungguh menyakitkan.
Lian, adiknya yang riang diterima berkuliah di luar negeri dengan beasiswa karena hasil kerja kerasnya selama ini, foto-foto Lian terpajang di tembok sekolahnya, di berbagai surat kabar dan lainnya karena merupakan penerima beasiswa ke luar negeri dan menjadi kebanggaan sekolahnya tahun ini. Mimpi itu akan tercapai sebentar lagi jika Aris tidak mengambil hak Lian. Sampai hari ini, Lian tidak tahu sama sekali karena Aya tidak memberi tahunya.
Yang Lian tahu ia akan berangkat ke luar negeri dengan harta peninggalan ayahnya yang digunakan untuk sewa kamar dan biaya hidup tambahan beberapa bulan awal di sana karena beasiswanya tidak mencakup tempat tinggal. Memang ada uang saku yang akan diterima namun Lian sudah berencana bekerja paruh waktu saat kuliah. Rencananya sudah matang namun Aya diam-diam seperti menggagalkannya.
Aya menangis terisak di atap rumah sakit yang minim cahaya. Tadi ibunya harus dilarikan ke rumah sakit karena pingsan akibat shock. Sembari ibunya istirahat, Aya lari ke atap saat hari sudah malam dan menangis di sana. Semakin lama tangisnya semakin deras dan Aya tidak berniat turun. Aya tidak akan kuat melihat ibunya menangis lalu memohon, Aya tidak akan kuat untuk menerima dengan kesadaran penuh bahwa tidak ada yang bisa dilakukan untuk keluarganya. Aya tidak bisa hidup dengan menyaksikan orang yang dicintai terpuruk.
Aya menengok ke halaman rumah sakit yang lenggang. Cukup tinggi untuk bisa membuatnya mati bila jatuh dari sana. Perempuan itu diliputi putus asa dan rasa bersalah. Barangkali rasa bersalahnya akan hilang saat ia mati. Sebab baginya hidup tanpa bisa melakukan apa-apa sama saja bohong belaka.
Kakinya menaiki tembok pembatas yang rendah. Aya siap terjun dengan kedua mata tertutup dan pipi basah. Aya tidak tahan lagi, ia ingin menyerah sekarang.
Satu, dua, ... Aya sedang menghitung dalam hati.
"Konon katanya orang yang sudah mati ingin kembali ke dunia untuk memperbaiki banyak hal." Aya kaget mendengar ada suara laki-laki. Padahal tinggal satu hitungan lagi ia akan terjun ke tanah tapi ia dipergoki seseorang.
"Kalau kamu punya keluarga, pikirkan hidup mereka tanpa kamu. Kesedihan yang akan mereka rasakan saat tahu kamu mati karena bunuh diri akan membuat mereka bertanya-tanya tentang apa salah mereka selama ini atau apa yang kurang mereka berikan kepada kamu seumur hidupnya. Kamu mungkin kehilangan alasan untuk bertahan hidup tapi pasti ibu dan ayah kamu adalah orang yang selalu mengharapkan kamu berumur panjang dan bahagia."
"Kehilangan seseorang yang dicintai bisa aja menjungkir balikkan dunia seseorang. Kalau kamu pernah ditinggalkan, kamu pasti paham rasa sakitnya. Lalu, sanggupkah kamu membiarkan orang lain merasakan hal yang sama karena kehilangan kamu? Kalau belum, saya harap kamu nggak akan pernah merasakan neraka itu dalam hidup."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Symbiotic
RomanceApapun yang terjadi, waktu terus berjalan dan tidak berhenti meskipun Aya ingin bernapas tanpa beban sehari saja. Seumur hidup Aya selalu meyakini bahwa cobaan yang ia dapatkan pasti sesuai dengan kapasitasnya sebagai seorang manusia. Namun keyakina...