Aya bernapas lega setelah dokter menyatakan pengobatan untuk Kanker Ovarium ibunya berlangsung lancar. Rasanya Aya ingin menangis saking senangnya. Doa-doa dipanjatkan sejak pengobatan dimulai. Jantungnya tak berhenti deg-degan sejak ibunya dibawa masuk ke ruangan. Kekhawatirannya baru saja berakhir saat mendengar kabar gembira tentang kondisi ibunya. Sang ibu mendapatkan pengobatan dengan metode terbaru yang minim efek samping dan akurat membunuh sel-sel kanker lalu tinggal diikuti dengan pengobatan lain setelah kondisinya membaik. Aya berharap ibunya bisa hidup lebih lama dan berkualitas setelah menjalani pengobatan yang ia usahakan.
Sambil menunggu ibunya dipindahkan ke ruang inap, Aya membuka ponsel dan mengabari Ryu. Sudah beberapa hari ia aktif memberi kabar ke Ryu dan Lian. Aya sangat merindukan Arsel tapi segan meminta Ryu mengirimkan video Arsel kecuali anak itu sendiri yang meminta Ryu menghubungi Aya via panggilan video agar mereka bisa bicara sebentar. Aya harus menunggu sampai ibunya membaik baru bisa kembali ke Indonesia.
-Pengobatan Mama lancar, Ry. Tinggal tunggu siuman.
Ponsel Aya menunjukkan pukul 12.09 siang waktu Guangzhou, China. Itu tandanya Ryu menerima pesannya di Indonesia masih pukul 11. 09 WIB karena perbedaan waktu China dan Indonesia hanya satu jam.
Aya bergegas menemani ibunya yang sedang istirahat di ruangnya. Wajah tua yang sudah banyak keriput tapi kian berseri dan banyak senyum sejak beberapa hari lalu karena bahagia melihat Aya menikah.
Suasana hati ibunya terlihat jelas berubah drastis saat Aya memperkenalkan Ryu ke rumah. Semangat sembuhnya muncul lagi karena ingin melihat Aya menikah, untungnya hal itu membuat Aya mudah merayu ibunya untuk menyetujui pengobatan. Impian sang ibu ingin melihat anak perempuan satu-satunya memiliki keluarga baru.
Berjam-jam Aya menunggu ibunya sadar sampai ia pun merasa ngantuk. Saat kepalanya ia rebahkan di kasur pasien yang ibunya tempati dan matanya perlahan menutup, tiba-tiba ada elusan di kepalanya.
"Ma?" Aya duduk tegak kembali karena ibunya sudah siuman. Ibunya sudah membuka mata dan tersenyum lesu ke Aya.
"Akhirnya Mama bangun juga." Aya senang bukan main, senyumnya merekah indah melihat ibunya baik-baik saja.
"Semuanya lancar, Mama akan terus membaik mulai sekarang, Ma." Ibunya mengangguk. Dalam hati juga lega dan berharap bisa sehat kembali.
"Mama pikir kamu tidur," ujar ibunya dengan suara kecil.
"Tadi ngantuk karena Mama nggak bangun-bangun tapi sekarang udah nggak.
"Kamu juga harus istirahat, Ayo tidur lagi. Di samping Mama, mau?"
"Nggak ah, kasurnya sempit nanti Mama jatuh gara-gara Aya,"
"Ya udah sana di sofa aja," suruh ibunya menunjuk sofa. Aya menggeleng.
"Di sini aja." Aya kekeh.
"Kabari Ryu atau Lian dulu, ya?"
"Oh iya!" Aya membuka ponselnya lalu selfie di tempat duduknya dengan ibunya.
Gambar langsung dikirim ke Ryu dan Lian. Ponsel Aya langsung banyak notifikasi dari Lian yang bertanya macam-macam karena senang. Aya membalasnya dengan sabar.
-Kak Aya, nanti kalau Mama udah lebih baik, Kita video call ya?
Aya dengan senang hati mengiyakan balasan pesan itu. Adiknya sungguh pengertian. Lian sama sekali tidak mau mengganggu proses pemulihan ibunya yang baru siuman beberapa menit.
Satu notifikasi masuk, ternyata balasan pesan dari Ryu.
-Syukurlah. Semoga mama cepat membaik dan bisa cepat pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Symbiotic
RomanceApapun yang terjadi, waktu terus berjalan dan tidak berhenti meskipun Aya ingin bernapas tanpa beban sehari saja. Seumur hidup Aya selalu meyakini bahwa cobaan yang ia dapatkan pasti sesuai dengan kapasitasnya sebagai seorang manusia. Namun keyakina...