08.

116 7 0
                                    

"Cie punya pacar baru, cieeeee."

"Cie ada yang mau nikah." Sejak tadi Aya sudah lelah diejek oleh Lian tentang rencana menikahnya degan Ryu yang sudah disampaikan oleh sang ibu kepada Lian. Aya tidak fokus membawa makanan ke meja makan karena Lian terus-terusan menganggunya.

"Lian udah, nanti piringnya jatuh kalau kamu mepet-mepet Kak Aya terus." Lian ditegur ibunya.

"Nakal," dumel Aya pada adiknya.

"Cie yang bentar lagi pacarnya datang bertamu,"

"Ih Lian geli!" Aya mencubit Lian karena mencolek colek dagunya. Keduanya terlibat kejar-kejaran dengan Aya yang siap memukul Lian dengan spatula.

"Lian, Aya, udah bercandanya! itu ikannya gosong----"

"Ada yang ketuk pintu!" Lian menjauh dari cubitan Aya. Serempak ketiganya lihat-lihatan. Lian tersenyum jahil ke Aya. Tampaknya tamu yang ditunggu sudah datang. Aya bergegas mematikan kompor lalu ibu dan adiknya meninggalkan dapur lebih dulu.

Lian membuka pintu dan tampaklah Ryu dan Arsel berdiri di sana.

Ryu melempar senyum dan disambut hangat oleh jabat tangan Lian.

"Masuk Kak," ujarnya sopan.

"Lian, ya?" tanya Ryu ramah dibalas anggukan.

Di dalam rumah, ibu Aya menatap Ryu dengan tatapan gembira.

"Masuk, Ryu. Maaf rumahnya seperti ini," ujar ibunya segan.

"Iyaa, Bu." Ryu memberi senyuman dan ingin melangkah tapi Arsel memeluk erat kakinya sambil menyembunyikan wajah di balik kaki Ryu.

"Ayo kita masuk, ada Mama di dalam." Ryu mencoba merayu tapi Arsel tidak mau menurutinya karena tidak ada Aya dalam pandangannya.

"Malu ya? sama Nenek aja mau nggak?" Ibu Aya turut merayunya.

"Nggak mau," desisnya kecil.

"Sama uncle aja, yuk! Uncle ada mainan loh!" Lian berjongkok di samping Arsel tapi anak itu tetap menolak dan makin bersembunyi.

"Belum kenal, masih malu anaknya." Ryu agak canggung. Lian bangkit dan pergi ke kamarnya.

"Nggak apa-apa. Anak kecil memang begitu. Duduk dulu, Ryu."

Ryu mencoba merayu Arsel agar ikut bersamanya untuk duduk namun tiba-tiba sebuah mobil-mobilan yang dikontrol dengan remote datang menghampiri kaki Arsel. Ekspresi takutnya tadi berubah jadi sumringah. Kakinya mundur perlahan karena mobil-mobilan itu terus menabrak nabrak sepatunya.

"Mau main mobil-mobilan? Kita main pakai ini!" Lian berdiri di tempatnya dengan tangan menggoyangkan remote control.

"Mau!" Arsel mengangguk malu-malu. Lian datang mengulurkan tangan langsung disambut dengan uluran tangan Arsel.

"Boleh bawa Arsel main ke halaman, Kak?" tanya Lian penuh hormat.

"Ah iyaa boleh boleh." Ryu menatap Arsel dan Lian yang menjauh dengan heran. Lian benar-benar jago mengambil hati anak kecil. Ke mana perginya Arsel yang malu-malu tadi, tangannya erat memegang tangan Lian seperti sudah lama kenal hanya karena mainan.

"Aya masih di dapur," ujar ibunya saat Ryu akhirnya duduk.

"Maaf Bu, saya ke sini untuk memperkenalkan diri dan mengenal keluarga Aya. Saya dan Aya----"

"Aya udah kasih tau. Nggak usah kaku begitu. Santai aja, Ryu."

"Ma, to the point banget nggak ada basa basinya." Aya datang membawa beberapa gelas minuman.

A SymbioticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang