Selasa, 23 Januari 2024.
"T-tadi katanya pelan-pelan, hhh..."
Walau sebenarnya San tak menolak, dirinya hanya iseng untuk menggoda Wooyoung, yang tengah berusaha memuaskannya, pun dirinya sendiri, dalam keadaan sudah tak mengenakan apapun di tubuhnya, dan mengendarainya. San ingat beberapa waktu lalu, ketika hari belum bergulir tepat, Wooyoung membantunya untuk mencapai klimaksnya, dengan bantuan tangan dan mulutnya saja.
Pelan-pelan, katanya.
Dalam artian, mereka bisa memulai dengan oral dahulu, lalu selanjutnya naik perlahan di lain waktu. Guna untuk memperbaiki hubungan mereka, tanpa tergesa, setelah sebelumnya cukup canggung dan saling berhati-hati.
Sungguh, San tak protes.
San hanya tak menyangka saja, bahwa dirinya yang merindu, pun ia tahu kekasihnya pun demikian, tampak tak menutupi apapun. San bahkan tak dibiarkan untuk membantu, karena ketika ia menyentuh paha lengketnya, pinggang rampingnya, perut yang bergerak sesuai dengan irama napasnya, Wooyoung agak menepis. Hanya saja ketika San menyentuh penis Wooyoung yang juga menegang, untuk membantu memompanya, dia tak menolak.
"Shit... Sayang, kamu liar banget..."
Jelas Wooyoung memerah, tapi nafsunya lebih tinggi untuk sekarang. "S-Sansan, diem! Anghh... ini lagi enak banget... ahh, kangen banget sama kontol Sansan~"
Yang bisa San lakukan di bawah dalam keadaan berbaring di kasur itu, hanya menikmati--dan tampaknya memang itu tujuan dari Wooyoung. San tahu bahwa nikmat dari diam, ketika penisnya dimanjakan liang ketat yang mengisapnya--dan berkedut secara menantang di dalamnya--adalah keuntungan nyata. Hanya saja, San ingin mengambil alih juga.
Sudah lama sekali.
Sudah lama sekali sebelum mereka bertengkar kala itu.
Bagaimana bisa tak bertengkar, San benar-benar dalam keadaan tertekan dari segala arah, karena masalah yang ditinggalkan keluarganya. Ketika San mencari ketenangan dari sang kekasih, sosoknya malah jujur bahwa seseorang telah menciumnya. Bukan kesalahan Wooyoung, tapi dari caranya diam, jelas adalah sebuah kesalahan darinya.
Oh, San agak terganggu di moodnya.
San hanya terkesiap, ketika Wooyoung tiba-tiba menariknya dari rahang, dengan satu tangan. Memaksanya untuk menatap, sembari orang yang paling diinginkannya sekarang itu terus seolah memerasnya kuat dengan ruang sempitnya.
"Fokus ke aku, Sansan--anhh! Kamu gak suka...hnng?"
"Aku suka--" San menjawab tergesa, panik karena pikirannya ternyata masih belum bisa melupakan kejadian itu. Bagaimana pun juga, baru berjalan tiga bulan. Bekasnya masih sangat basah menyakiti hatinya. Terlebih, San paham betul, Wooyoung sendiri pasti masih merasa takut akan apa yang dilakukannya terhadap orang itu. "Aku suka, Sayang--hh, aku cuma kaget... waktu ulang tahun dan... hahh, tahun baru, kita bercinta... banyak canggung..."
"Ngh~ setelah aku keluar, aku tahu aku p-pasti malu, tapi aku kangen banget pacarku, ahh! Kangen dikontolin kayak gini, San--nghh, p-please... udah h-hampir banget... enak banget~"
Mungkin Wooyoung benar.
San sendiri masih agak merasa canggung, walau nafsunya berkata lain.
Ada banyak hal harus diperbaiki pelan-pelan dari mereka.
Contoh paling baru; Wooyoung masih berani untuk berbohong, setelah semua kejadian. Ya, Wooyoung memang tak ingin merepotkan, tapi, lagi. Siapa yang akan lebih direpotkan nanti ketika semua hal yang dianggap sederhana, justru berubah menjadi bencana?
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BUTTERFLY EFFECT: MISSED CALLS (OCTAGON SPIN-OFF : BOOK ONE)
FanfictionDISARANKAN UNTUK MEMBACA OCTAGON DAHULU JIKA INGIN SANGAT PAHAM TERHADAP ISI DI DALAM SINI. OCTAGON TERDIRI DARI 3 SEASON DENGAN TOTAL 8 BUKU INTI.