Sabtu, 10 Februari 2024.
Melihat Seonghwa langsung berbaring memunggunginya, Yunho tahu bahwa ada yang salah di sana. Dari perkiraannya, Yunho memahami bahwa tampaknya Seonghwa merasa takut harus menghadapi hal yang sama yang pernah terjadi. Yunho masih begitu ingat, ketika Hongjoong sedang diburu untuk segala pencalonan dan hal-hal sejenisnya, itu merusak banyak di antara mereka. Seonghwa bahkan sempat keluar dari rumah, untuk tinggal dengan seseorang yang kini sudah menjadi mantannya.
Di dalam kamar yang telah San pilihkan untuk mereka, di saat rumah ini kembali disewa, dia mendudukkan diri di tepi kasur. Di belakang tubuh Seonghwa, menatap punggung yang meringkuk tanpa selimut itu.
Dari yang terlihat, lebamnya berkurang.
Seminggu beristirahat kemarin memang berefek untuknya.
"Yun, aku punya pertanyaan."
Suara itu tiba-tiba menarik fokusnya. Yunho mempersiapkan diri, mengangguk walau lawan bicaranya tak bisa melihat itu. "Ya, Sayang."
"Kamu lakuin ini, karena memang mau, atau demi bantu Hongjoong?"
"Ini... tentang jadi ketua?"
Seonghwa diam sejenak, sebelum menambahkan dengan suara tipisnya. "Ya. Semua ini, untuk apa? Kekuasaan--aku tahu. Ada banyak hal yang udah bisa kamu lihat dari Hongjoong, seluruh keuntungan walau bayarannya banyak kerugian. Untuk jadi kaya raya, kamu gak perlu. Lihat di mana kamu tinggal sekarang. Jadi, tentang apa?"
Untuk itu, Yunho sendiri ikut diam memikirkannya. Satu-satunya yang ada di pikirannya adalah, bahwa dia harus melakukan itu.
"Kalau sekiranya semua demi Hongjoong, tolong berhenti."
"Seonghwa--"
Seonghwa langsung menoleh, menatap ke arahnya. "Biar Hongjoong menderita sendirian. Kamu gak perlu."
Jawaban itu tak menenangkan untuk Yunho. Di sana Yunho tak merasa diperhatikan--tak bisa menangkapnya seperti itu. "Aku rasa kalimatmu terlalu kejam untuk Hongjoong."
"Memang dia kejam, 'kan?" Seonghwa mengembalikan tatapannya ke depan--ke arah yang sama dengan bagaimana dia memunggungi Yunho. "Dia kejam, keluarganya kejam. Hongjoong cuma baru belajar tentang semua hal yang ngalir di darahnya, saat kita semua udah berteman sama dia."
"Semua kedengerannya kayak kamu gak peduli sama Hongjoong--"
"Aku gak mau kamu menderita."
Ucapan itu mengenainya.
Yunho paham.
Seonghwa menghawatirkannya.
Dan mungkin sebenarnya juga menghawatirkan Hongjoong yang sudah takkan bisa berhenti. Bagaimana pun caranya, Hongjoong takkan bisa lepas. Semua hal itu ada, mengalir di dalam nadinya, tak bisa dilepaskan sama sekali.
Perlahan, Yunho pun naik ke atas kasur, untuk merapat ke arah Seonghwa. Membaringkan tubuh di balik punggungnya, pun secara hati-hati menyentuh pinggangnya--berharap tak ditolak. Tak ada usaha defensif, Yunho langsung menarik selimut, untuk membungkus tubuh keduanya.
"Aku, pun Hongjoong, bakal baik-baik aja."
"Aku gak suka."
Yunho mengangguk sebelum mengubur wajahnya di belakang kepala Seonghwa. "I know," bisiknya.
Dalam diam, Seonghwa menoleh kembali ke arah Yunho.
Sehingga Yunho menarik kepalanya agak menjauh, agar bisa menatapnya. Yunho bisa memperhatikan bagaimana sorot mata Seonghwa benar memperlihatkan bahwa dia ketakutan--dia tak ingin merasakannya lagi. Yunho sampai tak bisa berkata-kata, karena kini tahu apa yang Hongjoong pernah rasakan.
![](https://img.wattpad.com/cover/370904990-288-k672057.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BUTTERFLY EFFECT: MISSED CALLS (OCTAGON SPIN-OFF : BOOK ONE)
FanfictionDISARANKAN UNTUK MEMBACA OCTAGON DAHULU JIKA INGIN SANGAT PAHAM TERHADAP ISI DI DALAM SINI. OCTAGON TERDIRI DARI 3 SEASON DENGAN TOTAL 8 BUKU INTI.