The Butterfly Effect - 019 : Celah Nyaman Pt. 1

171 17 0
                                    

Rabu, 31 Januari 2024.


"He's my friend, tapi kalau udah kayak pagi tadi, kerasa banget aura ketuanya." Yunho bergumam sendiri, ketika tengah mengingat apa yang terjadi di pertemuan seluruh angkatan dasar di Universitas Bakti Bangsa, buah dari perbuatan Jasper beberapa hari yang lalu. Sedikit meringis ketika ingat, tapi setelahnya sadar usai membuka pintu dan masuk ke dalam. Yunho yang hanya menuju dapur sesaat, kembali ke kamar 302, milik Seonghwa, di mana sosok itu tengah duduk dengan lutut tertekuk, di atas sofa dan menatap ponselnya dalam diam. Yunho mendekat secara hati-hati, menaruh gelas berisi air mineral yang dibawanya dan menaruh di meja. "Kamu jangan terlalu fokus hapalin naskah kayak gitu."

Sayangnya Seonghwa tak membalas sama sekali, seperti terhipnotis.

Yunho beralih ke dalam ruang tidurnya, untuk membawa sesuatu, dan berakhir menaruhnya di samping gelas. Obat, tepatnya. Obat-obatan Seonghwa, sebelum duduk di sampingnya. "Sayang, hei, jangan hapalin dulu naskahnya."

"Bukan naskah." Seonghwa, yang sudah keluar dari rumah sakit sekitar dua hari lalu menjawab. Samar dia menggigiti ibu jarinya. "Di jurnalku... sama Hongjoong, dia gak balas apapun tentang cokelat. Kenapa, ya?"

"Memang kalian saling balas, atau cuma saling tulis masing-masing aja?" tanya Yunho, yang tahu benar di sana tentang apa yang Seonghwa lakukan setiap hari. Ah, ketika pertama kali tahu, memang cukup menyesakkan. Sekarang sudah terbiasa--tepatnya membiasakan diri.

"Saling tulis aja, sih..." kata Seonghwa, lalu menggulir layarnya pelan. "Cuma, Hongjoong tulis terus-terusan tentang Lingkaran Dalam. Winter aja jarang dia bahas..."

Yunho menjawab dengan desahan napasnya. Setelah makan malam mereka yang lebih awal--karena Seonghwa harus beristirahat cepat untuk pemulihannya--dia pun mulai menyiapkan obatnya. "Karena memang sibuk tentang itu, Seonghwa."

Tersadar, Seonghwa mengunci layar. Seonghwa segera menatap Yunho, lalu pada obat-obatannya. "Yun, aku udah bilang. Aku minum pagi aja, gak mau minum yang malam."

"Loh?" Yunho berhenti dengan salah satu kapsul yang disiapkannya--setelah tablet. "Kemarin di rumah sakit sudah diberitahu, Seonghwa. Yang penting berjarak delapan jam, kamu gak akan mual sampai muntah, gara-gara tabrakan obat anemia ini sama obat buat atasin kecemasan kamu. Lagi pula, obatnya kan sudah diganti."

"Ya, tapi rasanya sakit, Yun." Seonghwa menolak cemas. Ya, Yunho sudah sempat 'memarahinya' terkait obat, sekitar di hari dia pulang dari rumah sakit. Seonghwa yang tahu bahwa akan terbongkar juga, bahwa dia membuang obat-obatan dari setiap Yunho menyuruhnya minum, dan memilih obat lain untuk didahulukan, kini hanya bisa pasrah. Seonghwa menaruh ponselnya di meja, lalu meremas lengan Yunho sambil memohon. "Please, Yunho. Aku gak suka tiap malam kebangun lagi."

Sayangnya Yunho takkan melunak untuk ini. "Gak, ayo minum dulu."

"Aku loh yang rasain efek sampingnya, bukan kamu." kata Seonghwa masih memohon.

Yunho mengambil obat--dua tablet dan satu kapsul--dan gelasnya, bersiap menyodorkan. "Aku, orang tua kamu dan yang lain juga ngerasain efek sampingnya; kamu kecelakaan."

Mendengar itu, Seonghwa tersinggung menjadi kesal. "Siapa yang mau celaka? Aku gak dibolehin ke agensi selama seminggu--aku juga rugi sama ini!"

"Ya, itu karena kamu gak minum obatmu." kata Yunho kembali. "Ingat Mama kamu bilang apa? Kamu terakhir parah gini waktu sering diajak Hongjoong jalan-jalan waktu SMA. Terus waktu masa kelulusan kamu. Selama kuliah, kamu baik-baik aja padahal teater banyak latihan. Berarti--"

"Ya, karena aku gak punya beban di kepala." Seonghwa memotong, meraih bantal sofa dan memeluknya. Menggerutu dalam kesalnya. "Waktu itu aku gak punya beban, Yun. Hidupku cuma fokus di ngewe sama banyak orang, ngewe di belakang Younghoon, dan nekan Hongjoong buat bayar rusaknya hidupku. Udah. Dan aku bahagia sama semua itu."

THE BUTTERFLY EFFECT: MISSED CALLS (OCTAGON SPIN-OFF : BOOK ONE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang