Sabtu, 10 Februari 2024.
Ketukan beberapa kali pada pintu kaca tersebut.
Hongjoong yang duduk bersila seraya memangku laptopnya menoleh, menyadari bahwa Yunho berdiri di sana, dengan tatapan yang menunjukan bahwa ia meminta izin untuk bergabung. Ketika Hongjoong mengecek waktu pun pada layarnya, nyatanya sudah menunjukan pukul 2 pagi, yang menjawab mengapa keadaan sudah cukup sepi setelah dari tadi masih terdengar suara mengobrol. Lantaran memang mereka semua memilih untuk tidur di ruang hiburan--karpet tebal yang menjadi alas di sana sangat hangat, sangat cocok untuk tidur bersama.
Maka Hongjoong mengangguk.
Sambil tersenyum tipis, Yunho melangkah mendekat seraya tak lupa menutup pintu yang tadinya setengah terbuka. Yunho pun berjalan pelan tanpa alas kaki di teras tersebut, sebelum mendudukkan diri di hadapan Hongjoong secara berjarak.
Dengan itu Hongjoong menutup setengah laptopnya.
"Belum ada hasil banding--"
"Kayaknya gak akan ada, Hongjoong." Yunho menyela, dengan maksud agar nyerinya tak benar-benar sampai pada dirinya.
Dari kepasrahan Yunho, Hongjoong bisa melihat kelelahannya. Tentu Hongjoong tak suka jika Yunho menyerah. Hanya saja di sini, masalahnya bukan berada pada Yunho. Jelas Yunho seharusnya sebagai pihak tak tahu seperti para angkatan 51 dan selanjutnya, karena mereka tak berhak untuk tahu hingga waktu yang ditentukan.
"Mungkin memang udah gak ada jalan lain."
"Gue masih berusaha--"
"Nanti lo yang celaka." Lagi, Yunho memotongnya. Senyumnya disunggingkan, penuh dengan tekanan. "Bukan gue gak hargai usaha lo, Hongjoong. Cuma di sini, lo tahu sendiri... selain gue merasa memang gak pantas, mereka juga pertimbangin dari kita, 'kan? Dan itu hal yang sama sekali gak bisa dilepasin."
Hongjoong memahami tekanan yang terasa dan rasa tak percaya diri yang bisa timbul. Bagaimana pun juga, Hongjoong pernah berada di sana. "Kita udah berusaha sejauh ini, Yunho. Pasti ada hasilnya."
"Lo bahkan bilang dimarahi Hajoon dan--"
"Well," kali ini giliran Hongjoong yang memberikan interupsi, menyelipkan kalimatnya di sela milik Yunho yang harus terhenti. "Pada akhirnya, mereka juga bilang hal yang sama, Yunho. Mereka bilang bahwa apapun yang lo lakuin, bakal susah dilihat, dan itu karena gue. Mereka marah cuma karena gue nekan terus ke atas, walau di sisi lain mereka juga setuju dan bisa lihat dengan semua yang selalu berubah biar bisa blokir gue."
Yunho berakhir dengan menangkup wajahnya dengan kedua telapak tangannya; agar menjadi tenang, seraya pelan-pelan menarik dan menghembuskan napas.
Sehingga Hongjoong berakhir dengan menutup laptopnya, memindahkannya ke samping dari duduknya, seraya memperhatikan. "Kalau pun memang gak bisa, kita cari cara lain, Yunho. Dari Mark, Yongha dan Hwiyoung, gue paling percaya kalau Mark dan Yongha yang terkuat. Selagi Mark miliki hati anak-anak angkatan di bawah lo, Yongha miliki hati para alumni termuda. Udah sejak lama mereka lihat Yongha, yang gue rasa rela mundur demi sahabatnya, pun adiknya. Tapi para alumni juga pasti tekankan pilihan mereka."
"Sekalipun mereka pernah andil, kita gak bisa percaya mereka sepenuhnya, 'kan?" Yunho membalas sambil menurunkan kedua telapak tangannya. "Tetap harus ada... kita, 'kan, biar lo gak sendirian?"
Hongjoong mengangguk pelan. "Selagi gue merasa aman untuk UnBada, pe-er kita memang di UBB. Tapi selebihnya, gak usah lo pikirin, Yunho. Biar jadi tanggung jawab gue."
"Hongjoong--"
"Tidur, gih." Senyuman Hongjoong jatuhkan padanya. "Biar besok fit--lo kurang tidur. Selagi lo di sini, semua aman, biar gue yang urus. Lo harus kelihatan seger besok; kita lihat keajaiban apa yang sekiranya bisa Hajoon usahain, atau Dongwook, atau mereka yang lebih pro ke gue."
![](https://img.wattpad.com/cover/370904990-288-k672057.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BUTTERFLY EFFECT: MISSED CALLS (OCTAGON SPIN-OFF : BOOK ONE)
FanfictionDISARANKAN UNTUK MEMBACA OCTAGON DAHULU JIKA INGIN SANGAT PAHAM TERHADAP ISI DI DALAM SINI. OCTAGON TERDIRI DARI 3 SEASON DENGAN TOTAL 8 BUKU INTI.