Sholeh perlahan membuka matanya. Seluruh tubuhnya terasa sakit, visualnya menangkap ruangan putih yang bukan kamar apartemennya. Bibir Sholeh terasa kering, entah sudah berapa lama ia tak sadarkan diri. Samar-samar ia mendengar suara Chiko memanggil perawat melalui tombol panggilan khusus yang biasa ada di kamar-kamar rumat sakit. Serombongan perawat pun datang memeriksa Sholeh.
"Pak Sholeh, apa yang dirasa?" ucap Salahsatu perawat setelah Sholeh minum air putih.
"A-man Sus-ter" jawab Sholeh tertatih, ia masih merasa tenggorokannya kering.
"Yang terasa sakit mana aja?" tanya perawat itu lagi.
"Se-muanya, he-he" kekeh Sholeh.
"Sempaet-sempetnya ni bocah" batin Chiko geleng-geleng melihat Sholeh terkekeh.
"Kondisi Pak Sholeh memang sempat keritis karena sempat ada dugaan gegar otak dan tulang retak di beberapa bagian rawan, tapi masa kritisnya sudah lewat, sekarang fokus pemulihan ya, nanti ada terapi juga, pelan-pelan" jelas perawat "Nanti siang, dokternya akan kesini untuk pemeriksaan lebih lanjut ya"
Sholeh hanya tersenyum kecil, ia mengucap hamdalah berkali-kali. Allah masih memberikannya kesempatan untuk bernafas sekali lagi. Rasanya baru kemarin ia masuk rumah sakit karena dipukuli fans Adel, sekarang malah gara-gara Adel, sungguh funny. Chiko lantas memberikan jempolnya pada Sholeh.
"Leh, puji tuhan lu bangun pas gue mampir, tapi waktu break kantor gue udah abis, gue balik dulu ya, cepet sembuh" ucap Chiko sembari memberikan bro-fist pada Sholeh. Sholeh tidak kuat mengangkat tangannya hanya memberikan jempol saja. "Nanti ada yang kesini jagain lu kok, tunggu ae" ucap Chiko keluar.
Sholeh menerka kira-kira Siapa yang akan menjaganya? Kakaknya? Seperti tidak mungkin dia sudah jadi PNS di malang tidak semudah itu pulang, Adiknya? Mastin setelah lulus kemarin menyusul kakaknya kuliah di Unbraw, kasihan kalau pulang hanya untuk menjagainya. Orangtua? Bisa jadi, tapi Abi dan Mommy sibuk, Sholeh enggan merepotkan mereka yang masih fokus pada biaya pendidikan adiknya karena gilanya biaya kenaikan UKT disebkan kebijakan kurang masuk akal dari Rezim Jo-, ehm, lanjut.
"Sholeh" Gadis itu terpekik riang, dia sebenarnya sudah dikabari oleh Chiko bahwa Sholeh sudah bangun, namun ia tetap saja senang.
"Kak Mar-sha" bisik Sholeh lirih, ia sedikit kecewa, ia berharap Adel yang datang.
"Udah makan siang belum?" tanya Marsha setelah mendekat "Ini aku bawa cheese cake enak banget"
"Mau, ta-pi, ga tau u-dah bo-leh atau belum" jawab Sholeh terbata, perutnya terasa lapar sekali, cheese cake terasa menggoda.
"Pasti laper ya, nanti aku coba sama perawatnya kamu udah boleh makan atau belum, kamu hampir seharian pingsan kemarin, puji tuhan udah bangun" jelas Marsha.
"A-del kemana?" tanya Sholeh.
"Dia ga ada kabar, terakhir pas di apart kamu, keluarganya juga nyariin" jelas Marsha, hatinya sedikit teriris karena Sholeh ternyata masih mencari Adel, tidak bisakah Sholeh jadi membenci Adel dan menikahinya saja, pikir Marsha sederhana.
Sholeh tersenyum "Ga ada yang baik-baik sa-ja ngeliat ca-lon suaminya tidur sama sahabatnya sendiri, dia juga pas-ti terpukul" Sholeh berkata perlahan.
"Iya sih, semoga dia ga kenapa-kenapa" ucap Marsha akhirnya.
-0-
"Ayo kita ngobrol biar semuanya jelas" pesan itu Sholeh ketik lalu ia kirimkan ke Adel, malam itu kamar rumah sakit terasa sunyi. Saat ini tidak ada yang menjaga dirinya, sebenarnya Marsha ingin, tapi tidak Sholeh izinkan, Ibu Hamil Muda, tidak baik tidur di ruang yang tidak nyaman seperti itu. Sholeh memutuskan untuk mengaji saja sembari menunggu kantuk datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Pilihan JOT (TAMAT)
FanfictionDi suatu semesta yang lain, Adel sudah terlalu sering membuat resah teman-teman, keluarga dan manajernya dikarenakan sikapnya yang terlalu flirty kepada teman sesama jenisnya. Keluarga dan Pihak manajemen pun memutuskan untuk menjodohkan Adel. Bagai...