Sholeh menutup mukanya dengan selimut. Malam itu ia tidak bisa tidur. Masih terbayang bibir merah muda milik Adel yang hampir menyentuh bibirnya. Ia sungguh malu, malu pada petugas bianglala yang hampir memergoki mereka, malu pada Adel karena terlihat sekali bahwa dia tidak berpangalaman perihal hal seperti dan ia juga Malu pada diri sendiri yang terbawa suasana dan nafsu. Meminta sesuatu yang belum haknya, maafkan sholeh ya Allah.
Tiba-tiba handphonenya bergetar, ada notifikasi pesan masuk, Sholeh perlahan membuka gawainya.
Adel : ga bsa tidur
Sholeh : sama, btw soal tadi, im sorry
Adel : ga usah dibahas, aku juga malu
Sholeh : mungkin teguran kali, harusnya kan kita lakuin pas udah Halal
Adel : iya nanti pas udah nikah aja, biar bisa sekalian
Sholeh : Sekalian?
Adel : Adelnya udah tidur, ini yang bales mokaSholeh mukanya sedikit menghangat karena malu. Ia memang cupu soal percintaan tapi bukan berarti ia tidak tahu 'sekalian' yang Adel maksud. Sholeh akhirnya membaca doa dan menyetel Murottal Lofi dari Spotifynya. Tak lama dirinya pun terlelap.
-0-
Pengumuman kelulusan Adel yang terasa begitu cepat, cukup menganggetkan banyak pihak, terutama dari fans. Banyak yang menyangkan keputusan Adel, apalagi disaat karirnya sedang tinggi-tingginya. Bayangkan, Setelah senbatsu single ke-3, Adel berturut-turun 3 kali masuk 16 besar Sousenkyo. Sebenarnya sudah banyak tawaran main film juga untuk Adel, namun gadis itu selalu menolaknya, selain karena kesibukan menjadi Idol, ia juga sudah mulai kuliah. Rasa-rasanya kalau ditambah main film, bisa-bisa ia typhus.
"Aku bakal nunggu kamu sampai kapanpun loh, kalau kamu masih nyaman gapapa banget padahal" Malam saat pengumuman Adel, Sholeh berkata seperti itu di kursi pinggir kolam renang rumah Adel.
"Gapapa, kalau dipikir-pikir rasanya aku udah cukup juga disini, udah saatnya bikin cerita baru" ucap Adel sembari memijat-mijat kakinya yang pegal, setelah Show.
"Cerita baru sama aku?" tanya Sholeh dengan nada menggoda.
"Sama siapa lagi, pake nanya!" ucap Adel sembari melempar kaos kaki baunya ke Sholeh. Pria itu tertawa saja.
"Bentar" Sholeh berlari kecil masuk ke dalam rumah, tak lama ia keluar dengan koyo dan hot cream.
"Ga mao, panas!" teriak Adel langsung menyembunyikan kakinya.
"Panas dikit, daripada kamu bangun-bangun sakit semua?" tanya Sholeh.
"Mmm yaudah, dikit ajaaaaa, dikit!" tegas Adel "dan aku ga mau make koyo!"
Sholeh lantas mengambil sedikit Hotcream, hanya seujung jarinya, lantas perlahan mulai mengusapkannya pada betis Adel, kanan dan kiri secara bergantian.
"Enakan?" tanya Pria itu sembari memijit halus betis Adel.
"Mmm, better, udah ga usah dipijitin, ga ada tenanganya, malah geli" ejek Adel.
Sebenarnya ia meminta Sholeh berhenti karena ada debar aneh yang berbeda saat pria itu memijitnya. Debar yang hampir Adel tidak pernah rasakan sebelumnya. Yah, nanti kalau udah nikah pasti tahu kok Del, itu debar karena apa.
"Yaudah, aku cuci tangan terus pulang ke apart ya" ucap Sholeh.
"Kenapa ga tidur disini aja?" tanya Adel.
"Masih ada beberapa kerjaan yang harus aku kelarin, kan laptopnya ketinggalan disana" jelas Sholeh.
Sholeh setelah lulus, akhirnya mantap menerima tawaran Ayah Adel untuk mengurusi CSR perusahaanya. Meskipun tidak mendapat terlalu tinggi, tapi Sholeh termasuk yang banyak turun langsung ke lapangan, sehingga uang jalannya cukup tinggi. Sholeh juga memutuskan untuk pindah dari kos-kosannya ke Apartemen dekat kantor, di sekitaran daerah duren kalibata. Sebuah apartemen Sederhana, sedikit kecil dari milik Azizi waktu itu. Kamarnya tapi cukup compact karena masih ada dapur mini dan balkon untuk menjemur. Mobil Honday City yang ayah Adel berikan waktu itu, ternyata memang benar untuk dirinya, jadi sekarang kemana-kemana Sholeh membawa mobil itu atau Vario miliknya. Merasa banyak berhutang budi, Sholeh berjanji akan bekerja giat, agar Citra perusahan milik Ayah Adel jadi makin cemerlang bekat kinerjanya.
Adel merengut "Beneran buat kerjaan, bukan karena mau telfonan sama temen kantor kamu itu?" nadanya sinis.
"Ya Allah del, waktu itu kita telfonan sekali, cuma bahas kerjaan loh" Sholeh terkekeh, Adel sering sekali mengungkit masalah itu.
"Ya siapa tau" Adel masih merengut, ia tahu gadis yang Sholeh telfon. Ukhti-Ukhti manis dengan latar belakang organisasi yang mirip dengan Sholeh, siapa yang tidak takut?
"Hei, lihat nih, disini isinya cuma Reva Fidela" kekeh Sholeh menujuk dadanya.
"Males ah, dulu juga disitu pernah ada Azizi" Adel masuk ke dalam masih dalam muka merajuk.
Sholeh menghela nafas malas. Adel memang terkenal dengan keras kepala dan childishnya. Bukan pertama kali mereka bertengkar karena Adel cemburu, atau Adel yang sulit diberi tahu. Sholeh juga kadang tidak terlalu peka, efek tidak pernah hubungan yang benar-bener serius sebelumnya, semua terasa masih abu-abu bagi Sholeh. Yang bisa ia lakukan adalah menjadi pribadi yang lebih besar dan banyak bersabar.
Sholeh pun akhirnya masuk ke kamarnya yang ada di Rumah Adel, dia kaget, saat mendapati Adel sedang menangis sembari memeluk bantal disitu. Ia langsung berlari kecil mendekat ke pinggir kasurnya, melihat Sholeh ada disitu, Adel langsung memunggui pria favoritnya itu.
"Del, do you have something you want to talk about, something I don't know?" suara Sholeh bertanya lembut.
Adel membalik badannya dan menatap Sholeh lekat "Ga bisa bahasa enggres" ucap Adel serak.
"Hahaha, sempet-sempetnya" Sholeh terkekeh "Ada yang mau kamu omongin?" Sholeh mengusap sisa Airmata dari mata Adel.
"A-ku jujur merasa gamaaang banget, merasa resah soal keputusanku, tapi disisi lain, sebenarnya sebelum ketemu kamu, aku udah kepikiran buat Lulus dari grup ini, kehadiran kamu menjadi salahsatu pondasi kuat keyakinan aku" Adel masih sedikit terisak "Sejak itu juga, aku ngerasa ga mau banget kehilangan kamu, atau kamu berpaling ke yang lain, karena aku udah ngorbanin satu masa depanku, untuk masa depanku yang lain, mungkin kamu mikir ini lebay, tapi-" Adel menarik nafasnya "-tapi sebesar itu pengorbanan yang aku lakuin demi kamu"
Sholeh terhenyak, airmatanya tak bisa ia bendung. ia reflek memeluk Adel erat sekali. Selain keluarga, rasanya baru kali ini Sholeh merasakan Cinta yang begitu besar.
"Kok malah kamu yang nangis?" tanya Adel heran.
"Gapapa, aku beruntung banget bisa jatuh cinta sama kamu" ucap Sholeh lirih "dan terimakasih juga sudah Jatuh cinta sama aku ya"
Adel tersenyum, ia gantian mengusap airmata ynag ada di pipi Sholeh. Mata mereka saling bertatapan dengan deru nafas yang terdengar bagi satu sama lain, wajah mereka makin mendekat, kali ini tidak ada petugas bianglala yang menganggu. Singkat saja, sebentar, sedikit kekhilafan muncul karena suasana yang terlalu penuh cinta. Muka mereka berdua merah padam. Setelah itu? Adel berbalik badan pura-pura tidur, dan Sholeh langsung pamit pulang ke apartemennya. Mungkin mereka takut akan melakukan 'sekalian' yang Adel bilang waktu itu.
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Pilihan JOT (TAMAT)
FanfikceDi suatu semesta yang lain, Adel sudah terlalu sering membuat resah teman-teman, keluarga dan manajernya dikarenakan sikapnya yang terlalu flirty kepada teman sesama jenisnya. Keluarga dan Pihak manajemen pun memutuskan untuk menjodohkan Adel. Bagai...